Kedua lokasi situs itu berada di Desa Rindu Ati dan Desa Muara Dua Gumay Ulu, Kecamatan Pulau Pinang, Kabupaten Lahat. Kondisi kedua situs tersebut terbengkalai. Pengamatan di lokasi pada Sabtu siang tadi, puluhan situs yang berada di perkebunan kopi tersebut tertutup semak dan sampah dedaunan, dengan kondisi sudah banyak mengalami kerusakan.
Meski terlihat ada yang sudah melakukan pemagaran, tak satu pun kondisinya terawat dengan baik.
Selain telah berubah posisinya, ada juga arca mengalami kerusakan hingga hilang beberapa bagian, seperti punggung, hidung, kepala, kaki, dan pahatan aslinya.
Menurut Ketua Tim Balai Arkeologi Palembang Kristantina Indriastuti, kondisinya bukan saja kurang perawatan, tapi situs juga banyak yang mengalami kerusakan, terutama arca di kompleks Desa Rindu Ati, Kecamatan Pulau Pinang, Lahat. “Selain sudah ditumbuhi semak, pagarnya hancur, dan ada beberapa bagian situs rusak,” katanya.
Kristantina menyatakan, terdapat dua lokasi penemuan situs dan arca, yakni Desa Muara Dua dan Desa Rindu Ati, Kecamatan Pulau Pinang, Kabupaten Lahat. Namun di tempat itu ditemukan banyak sekali situs kurang pemeliharaan meski BP3 Jambi sudah mengangkat juru pelihara.
Hingga hari ketujuh penelitian tim, jumlah megalit yang berhasil ditemukan mencapai ratusan dan tersebar di semua daerah wilayah Kabupaten Lahat. Namun yang paling banyak memiliki keunikan berada di Kecamatan Pajar Bulan.
"Sudah seharusnya jika wilayah Lahat dan Pagaralam menjadi kawasan cagar budaya dan memiliki salah satu museum megalitik, mengingat di Sumatera Selatan hanya kedua daerah ini memiliki kekayaan aset budaya sejarah terbanyak,” ujar Kristantina.
Namun, Kristantina menambahkan, keberadaan aset sejarah yang tak ternilai harganya tersebut masih kurang mendapat perhatian pemerintah daerah, sehingga banyak yang mengalami kerusakan dan hilang.
NURDIN KALIM/ANTARA