TEMPO Interaktif, Yogyakarta – Pameran foto bertajuk Orang Jawa Indonesia-Suriname, Refleksi Kultural Kontemporer digelar di Karta Pustaka Yogyakarta, 12-18 April 2010. Sejumlah foto dokumentasi perkembangan keberadaan orang Jawa di Suriname, sejak tahun 1890 hingga saat ini dipajang dalam pameran tersebut. Foto-foto hasil koleksi perorangan dan koleksi Kedutaan Indonesia di Suriname maupun Kedutaan Suriname di Jakarta itu diharapkan mampu memberi gambaran keberadaan etnis Jawa di Suriname sejak tahun 1900-an hingga saat ini.
Arief Santoso, jurnalis Jawa Pos, mengatakan populasi etnis Jawa di Suriname saat ini sekitar 70.000 orang diantara 700.000 penduduk negara Suriname. “Mayoritas penduduk Suriname berasal dari etnis India. Meski etnis Jawa bukan mayoritas, namun posisinya cukup penting. Sebab, mereka punya lima partai politik dan beberapa etnis Jawa pernah menduduki posisi penting seperti menteri dan perdana menteri di negara Suriname,” jelas Arief saat ditemui di Karta Pustaka Yogyakarta, Rabu (14/4).Arief sendiri turut memamerkan hasil jepretannya selama tinggal beberapa lama di Suriname pada 2006
Pameran yang dibuka Senin (12/4) lalu itu diharapkan bisa memberi penanda tentang perhelatan besar peringatan 120 tahun pendaratan orang Jawa di Suriname, mengingat peristiwa itu tak pernah menjadi catatan penting bagi orang Jawa di Indonesia. Salah satu foto yang dipamerkan misalnya, menggambarkan kedatangan rombongan pertama orang Jawa di Suriname pada 9 Agustus 1890, yang kemudian dipekerjakan sebagai kuli kontrak di berbagai perkebunan milik pemerintah kolonial belanda. Tengok pula sebuah foto tentang dokumen tertulis setiap pendatang Jawa yang mendarat di Suriname. Setiap orang dicatat secara rinci mulai dari nama, umur, tinggi badan, asal daerah, ciri-ciri fisik dan dilengkapi dengan foto.
Yang tak kalah menarik adalah foto-foto dokumentasi tentang aktivitas sehari-hari orang Jawa di Surimane. Misalnya, kebiasaan memasang sesaji di rumah setiap malam Jumat, seperti yang dilakukan Pak Marto dan Pak Din yang difoto tahun 1985. Tak ketinggalan foto atraksi kesenian Jaran Kepang yang dilakukan Kelompok Kesenian Jaran kepang Young Riders, sebuah kelompok kesenian jaran kepang paling terkenal di Suriname. Uniknya, jika pemain jarang kepang di Jawa memakan beling , para pemain jaran kepang “Young Riders” justru memakan rumput .
Namun yang paling dramatik adalah foto-foto dokumentasi kedatangan orang Jawa di Suriname. Mereka tiba di Suriname dengan kendaraan kapal laut, untuk menjadi “koeli kontrak” di perkebunan milik pemerintah kolonial Belanda. Salah satunya adalah foto kedatangan orang Jawa dengan kapal Prins Willem II, 17 Juli 1900. Foto yang menarik ini kemudian dipilih menjadi poster pameran.
Pameran ini juga sebagai salah satu upaya penggalangan dana bagi sebuah penelitian antropologi tentang masyarakat Jawa di Suriname dalam budaya popula yang akan dilakukan Noor Aini Prasetyawati, mahasiswi S2 jurusan Antropologi UGM, mulai Juni 2010 nanti. “Akan sangat menarik jika penelitian ini bisa juga mengungkap posisi orang Jawa di Suriname saat ini. Bagaimana posisi mereka diantara banyak etnis lain yang mewarnai Suriname saat ini,” kata Doktor Lono Lastoro Simatupang, Ketua Jurusan Antropologi UGM yang sekaligus menjadi dosen pembimbing penelitian Noor Aini Prasetyawati, saat membuka pameran.
Heru CN