TEMPO Interaktif, Sampang- Melukis identik sekali dengan cat. Perpaduan warna cat sangat menentukan indah tidaknya sebuah lukisan. Tapi ditangan Kamaludin, warga Kabupaten Sampang, Jawa Timur, warna cat bukan lagi keharusan untuk menghasilkan sebuah lukisan yang indah. Lelaki yang akrab disapa Kamal ini, memanfaatkan getah pohon pisang sebagai media pengganti cat aklirik untuk melukis. "Kata orang saya pelukis getah pisang pertama," katanya seraya tertawa, saat ditemui Tempo, Rabu (14/4).
Disebuah bilik sempit dirumahnya, di Desa Tabaan Kecamatan Camplong, terpampang sekitar tiga puluh lukisan dari getah pisang hasil karyanya. Mayoritas lukisan wajah tokoh nasional, termasuk lukisan wajah almarhum KH Abdurrahman Wahid atau Gusdur yang berjudul "Sang Humoris". Kamal menyebut lukisannya jenis dekoratif dan sudah diikutsertakan dalam sejumlah pameran lokal di Madura.
Lalu kenapa getah pohon pisang? Kamal bercerita, semua bermula dari kenangan masa kecilnya. Ketika sedang bermain secara tidak sengaja ketika sedang bermain pelepah pisang getahnya tumpah dikaosnya. Ia kagum pada getah pisang karena tidak luntur meski dicuci dan terus membekas menjadi warna kecoklatan.
Sejak remaja Kamal memang hobi melukis, setelah lulus SMP ia melanjutkan belajar di Sekolah Menengah Seni Rupa SMSR) lulus tahun 1997 dan kemudian kuliah di jurusan Seni Rupa Universitas Negeri Surabaya tahun 200 silam. Namun keinginannya baru menguat untuk melukis dengan getah pisang saat dalam sebuah kesempatan ia berkunjung ke sebuah acara pameran lukisan tahun 2002 silam. Waktu itu salah satu karya yang dipamerkan adalah karya perupa asal Bali yang menggunakan darah sapi sebagai bahan lukisan. Kamaludin terkagum, ia jadi terinspirasi menggunakan bahan lain selain cat dan darah sapi untuk melukis. "Saya jadi teringat getah pohon pisang waktu kecil itu," tutur pria kelahiran 28 September 1980 silam ini.
Melukis dengan getah pisang butuh insting yang kuat. Sebab, kata Kamal, saat getah digoreskan pada kanvas yang munculnya hanyalah kanvas yang basah. Agar basahan getah di kanvas cepat terlihat, sehingga struktur lukisan tetap terjaga, sebagian kanvas yang basah dibiarkan terkenal sinar matahari sambil melanjutkan bagian lukisan lainnya.
Setelah gambar yang dibuat selesai, kanvas dibiarkan mengering antara dua hingga tiga hari. barulah bentuk lukisan getah pisang akan terlihat jelas. Menurut Kamal, satu lukisan getah pisang butuh waktu hingga satu bulan untuk proses penyempurnaan. Getah pisang hanya mencipta satu warna yaitu coklat . "Lukisan pertama saya bunga lili," kamal mengenang.
Sejak eksperimennya berhasil, mulai tahun 2006 hingga sekarang lelaki berusia 30 tahun ini, terus melakukan uji coba untuk menyempurnakan lukisan getah pisang. Salah satu temuannya adalah mengendapkan getah pisang dalam botol selama waktu tertentu untuk menghasilkan warna coklat yang lebih pekat. getah endapan ini biasanya untuk melukis menggunakan kuas.
Selain itu, Lanjut Kamal, ternyata hampir semua bagian pohon pisang, mulai dari kulit, pelepah, buah, bunga dan kelopak bunga pisang menghasilkan warna berbeda saat digoreskan dikanvas. "Saat melukis saya tidak gunakan kuas, tapi langsung gunakan bagian-bagian pisang tersebut, agar struktur lukisan terjaga, saya biasa membuat sketsa dikertas terlebih dahulu tentang apa yang akan saya lukis," ungkapnya.
MUSTHOFA BISRI