Ada pula skuter reot yang harus dimuati tong besar, sehingga kendaraan kaum menengah ke bawah itu makin terlihat tertatih-tatih. Itulah karya seni Taufik yang dipamerkan di Gallery Orasis, Jalan HR Muhammad, Surabaya. Pameran yang dibuka Walikota Surabaya Bambang Dwi Hartono pada Jumat malam kemarin itu akan berlangsung hingga 30 April mendatang.
Street Rebel, itulah tema performing art yang diusung Taufik. Selain menggeber seni instalasi, Taufik, alumnus Universitas Negeri Surabaya, juga memajang puluhan lukisannya sendiri. Sama dengan performing art yang dia tampilkan, tema lukisan Taufik seluruhnya bersiksar soal skuter.
Menurut Taufik, vespa adalah simbol kemerdekaan. Alasannya, kata dia, skuter adalah satu-satunya kendaraan yang jarang disemprit polisi ataupun diembat pencuri. Dengan media skuter, Taufik ingin memberontak dan keluar dari belenggu kehidupan yang menghimpit. "Hidup ini penuh dengan jebakan, dengan media skuter saya ajak masyarakat tidak terjebak ke dalam killing groud," katanya.
Performing art dengan merusak benda-benda seperti skuter, boleh dibilang masih asing di Indonesia, khususnya di Surabaya. Tapi di kota-kota besar mancanegara, karya seni yang demikian itu sudah menjadi suatu hal yang biasa. "Ini gerakan kesenian," ujar Taufik.
Perupa Agus "Koecink" Sukamto masih melihat Taufik sebagai seniman muda yang jiwanya meledak-ledak. Karakter "berangasan" itu, kata Agus, tak lepas dari jiwa demonstran yang dimiliki Taufik. Sebab, pada 1998 Taufik adalah salah seorang demonstran terkenal di Surabaya. Dalam berunjukrasa, Taufik tak melulu mengerahkan massa tapi juga seorang diri. "Tubuh Taufik selalu bergerak bila ada sesuatu yang menindas," kata Agus menjelaskan.
KUKUH S. WIBOWO