Pertemuan ini digagas oleh Dewan Antik Tertinggi Mesir atau SCA, yang menginginkan banyak barang kuno masa farao milik mereka yang dipajang sejumlah museum negara Barat untuk dikembalikan. SCA mengatakan forum ini akan membahas tentang "penjagaan dan pengembalian warisan budaya''.
Sebanyak 20 negara ikut serta dalam konferensi dua hari di Kairo tersebut. Negara-negara itu, antara lain, Mesir, Italia, Cina, dan Peru – yang semuanya menginginkan banyak artefak kuno milik mereka yang telah hilang selama berabad-abad dikembalikan.
Selama ini Mesir menginginkan agar Pualam Parthenon dikembalikan oleh Museum Nasional Inggris. Adapun Peru mengambil langkah hukum guna mengambil harta Inca dari Universitas Yale di Amerika Serikat.
Rencana yang diatur dalam konferensi ini termasuk menyusun daftar barang antik yang ingin dikembalikan ke negara asal. Para peserta pertemuan juga memikirkan untuk meminta badan kebudayaan PBB Unesco mengubah sebuah konvensi pelarangan ekspor dan kepemilikan barang antik curian setelah 1970, sehingga mereka bisa merebut sejumlah barang yang dicuri lebih cepat.
Dalam beberapa tahun terkahir, otoritas Mesir mengambil langkah guna mengembalikan artefak yang dicuri. Salah satunya adalah upaya kepala SCA Zahi Hawass menarik perhatian dunia internasional dengan sejumlah cara.
Tahun lalu, dia menghentikan kerja sama dengan museum Louvre, sampai Prancis mau mengembalikan kumpulan pecahan dari sebuah lukisan dinding di makam kuno Mesir. "Kami adalah negara dengan suara terkencang dalam isu ini dan sejauh ini berhasil mengembalikan sekitar 5.000 artefak,'' katanya dalam pertemuan tersebut.
Dia berulangkali meminta agar batu Rosetta yang disimpan di Museum Nasional Inggris selama lebih dari 200 tahun dan sebuah artefak payudara Ratu Nefertiti yang berusia 3.400 tahun di Berlin, Jerman, dikembalikan ke Mesir.
NURDIN KALIM/BBC