"Kegiatan karnaval budaya dengan tema kebhinekaan dan tahlilan tersebut dijadwalkan berlangsung pada Sabtu lusa dan dipusatkan di Alun-Alun Utara Kota Yogyakarta," kata Ketua Panitia Peringatan 100 hari wafatnya Gus Dur, Munir Che Aman di Yogyakarta, Kamis siang tadi.
Menurut Munir, penyatuan kegiatan karnaval dan tahlilan tersebut digelar karena masyarakat yang ingin berpartisipasi dalam peringatan wafatnya Gus Dur bukan hanya kaum Nahdliyin tetapi juga kelompok masyarakat lain. Misalnya, dari kaum Tionghoa.
Dalam karnaval budaya tersebut akan ditampilkan atraksi seni budaya dari 33 provinsi di Indonesia yang diwakili oleh asrama mahasiswa yang ada di Yogyakarta, pawai seni budaya Tionghoa, pawai lintas agama, atraksi seni budaya tradisional dari lima pengurus cabang NU se-Daerah Istimewa Yogyakarta dan pawai motor besar dari Ikatan Motor Besar Indonesia.
"Karnaval akan diikuti 4.000 peserta dan menutup sepanjang Jalan Malioboro mulai pukul 14.00 hingga 17.00 WIB,” ujar Munir.
Munir menambahkan, tahlilan akbar yang akan berlangsung Sabtu malam itu diperkirakan diikuti sekitar 50.000 orang, karena setiap PCNU akan mengerahkan sekitar 5.000 orang ditambah simpatisan dari luar warga nahdliyin.
Ketua Perhimpunan Fu Qing Yogyakarta Sutanto Sutandyo menyatakan, warga Tionghoa di Yogyakarta mendukung kegiatan tersebut karena alasan historis: jasa Gus Dur yang telah merangkul warga Tionghoa sehingga tidak lagi didiskriminasikan.
"Gus Dur banyak berjasa bagi warga Tionghoa karena telah membebaskan kami untuk bisa menampilkan atraksi budaya dan berbahasa Mandarin,” Sutanto. “Sangat berbeda dengan kondisi sebelumnya.”
NURDIN KALIM/ANTARA