TEMPO Interaktif, Pasuruan - Teater Cuci Otak asal Kota Pasuruan, Jawa Timur, mengikuti Festival Teater Dunia di Contact Theatre Manchester Inggris. Festival dilaksanakan 18-26 Juli diikuti 12 negara. Wakil di kawasan Asia terdiri dari Teater Cuci Otak dan teater asal India.
"Cuci Otak menyisihkan 150 kelompok teater di seluruh dunia," kata Andre Pink, artis fasilitator Contact Theatre, Kamis (8/4).
Teater Cuci Otak lolos seleksi karena memiliki ciri warna tersendiri kental dengan kekuatan seni budaya asli Indonesia. Kostum, tata rias, gerakan dan karakternya berasal dari akar budaya Indonesia, juga diwarnai musik tradisi berupa angklung, kendang dan gamelan.
Teater ini unik karena juga memadukan sejumlah elemen kontemporer. Penilian ini didasarkan pada profil kelompok Teater Cuci Otak dan sejumlah video pertunjukkan pementasan.
Dalam pertunjukkan nanti, Cuci Otak akan berkolaborasi dengan kelompok Teater Out House Collective asal Inggris. Setiap negara, kata Andre, membawa warna dan identitas tersendiri.
Kelompok teater asal Amerika misalnya, akan mempertunjukkan bahasa sehari-hari dengan perpaduan musik hip-hop, rap dan tari jalanan. Belanda akan mempersembahkan puisi karya anak muda dengan karakter dan cerita yang kental dengan pandangan politiknya.
Andre menyebutkan, festival digelar dua tahun sekali sejak 2002. Festival teater ini bertujuan membangun sikap toleransi dan saling menghormati budaya tradisi tanpa memandang politik, warna kulit, agama dan ras tertentu.
Contact Theatre menanggung seluruh biaya akomodasi dan keperluan teknis selama pertunjukkan. Sedangkan peserta mendanai secara mandiri tiket serta kebutuhan selama berada di Inggris.
Manager Teater Cuci Otak, Zainul Arifin mengatakan untuk memberangkatkan kelompok teater yang beranggotakan 15 orang ini membutuhkan dana sekitar Rp 1,6 miliar. Sayang, hingga menjelang keberangkatannya tak ada anggaran yang dimiliki.
Zainul berencana meminta bantuan pendanaan kepada perusahaan swasta, pemerintah daerah dan donatur yang peduli. "Cuci Otak adalah duta bangsa, pemerintah harus mendukungnya," katanya.
Dalam pementasannya nanti, Cuci Otak mengangkat cerita rakyat Ken Arok-Ken Dedes masa Kerajaan Singosari. Naskah cerita ditulis bersama anggota Cuci Otak dibantu sejumlah seniman dan budayawan asal Pasuruan dan Malang.
Alur ceritanya dilengkapi dengan intrik politik, penjatuhan tahta, percintaan dan dendam. "Babad tanah Jawa tak lepas dari cerita Ken Arok, perkembangan negara juga berkaitan dengan cerita ini," kata pelatih Forum Komunitas Seni Budaya Cuci Otak, Akhmad Rosidi.
Teater Cuci Otak berdiri sejak 2004, beranggotakan seniman muda. Berasal dari latar belakang pendidikan yang berbeda. Di antara anggotanya adalah pelajar, mahasiswa serta anak jalanan.
Bahkan, sebagian anggotanya sebelumnya merupakan pecandu narkoba dan minuman keras. "Mereka menjalani terapi penyembuhan dengan teater," kata ketua Forum Komunitas Seni Budaya Cuci Otak, Ruswansyah Dani.
EKO WIDIANTO