TEMPO Interaktif, Jakarta - Nona Huang tampil cantik dengan gaunnya. Ia keluar dari sebuah limosin mewah berwarna putih bersama dua pria bersetelan jas rapih. Ia hendak pergi ke bar mahal untuk minum-minum.
Pemandangan ini tampak kontras ketika menengok gambar-gambar Gao Lie ketika di jalur Gaza, Palestina. Bocah kecil itu tampak mahir memegang senapan laras panjang. Begitu pula dengan kesunyian kota tua Dolorosa, di Yerusalem, di waktu hujan, yang terekam kamera.
Sensasi visual beragam ini bisa di nikmati selama tiga bulan penuh dalam pameran bertajuk Re-Imagine The Real. Pameran fotografi yang digelar di Yuz Museum, Dharmawangsa Square, Jakarta Selatan itu, mulai 31 Maret hingga 30 Juni 2010. Pameran ini menampilkan karya-karya empat fotografer asal Cina yang bertema kemanusiaan. Mereka adalah Gao Lie, Shi Guo Rui, Yang Fu Dong, dan Zhuang Hui, dengan Wu Hung sebagai kurator.
Jika Yang Fu Dong lebih memilih mengabadikan kecantikan Nona Huang, dan Gao Lie kukuh bergelut dengan kondisi perang di Gaza, maka Shi Gou Rui dan Zhuang Hui memilih citarasa yang berbeda.
Shi Gou Rui nampaknya terpikat dengan bangunan-bangunan megah di Beijing Baru. Gedung dengan arsitektur unik dibalut dengan tata cahaya yang mempermainkan mata. Kota Shanghai di tahun 2007, pun tak luput dari bidikannya. Hingga pesona puncak Himalaya yang telah ditaklukannnya tahun 2006 lalu. Lain lagi dengan Zhuang Hui. Seniman independen itu membidik alam dari jauh, memotret lubang-lubang, dan mencoba menyadur foto tekstur bebatuan yang disulapnya menjadi sebuah peta.
Keempat karya seni ini merupakan pilihan dari kurator Cina bernama Wu Hung. Hung dikenal dengan konsistensinya pada kebudayaan Cina lampau. Karyanya yang terkenal adalah Seni Cina Eksperimental di Ujung Abad 20, di Universitas Chicago Press, tahun 1999. Kali ini, ia mencoba menggugah rasa berkeseniannya dengan terlibat dalam pameran fotografi kontemporer ini.
Aguslia Hidayah