Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Wajah Buram Sebuah Nama yang Hilang

image-gnews
Iklan

TEMPO Interaktif, Semarang -Siapa saya? Dimana saya? Apa yang harus saya lakukan? Itulah pertanyaan-pertanyaan yang menghinggapi pikiran perupa Erik Pauhrizi selama tiga tahun terakhir. Untuk mendapatkan jawabannya, Pauh melakukan riset dan mencari berbagai buku bacaan. Akhirnya, pertanyaan dasar itulah yang dijadikan landasan bagi Pauh untuk menelurkan karya rupa.

Hasilnya, di sela-sela waktunya yang padat menyelesaikan studi Masternya di Braunschweig, Jerman, Pauh masih sempat berkarya dalam berbagai teknik, mulai dari cetak digital, lukisan, drawing dan bordir. Sebanyak 20 karyanya dipajang dalam pameran tunggal bertajuk  Indistinct Names di Galeri Semarang, mulai 3 hingga 17 April mendatang.

Dalam pameran ketiganya kali ini, Pauh masih bermain di perwajahan. Berbagai foto dari teman kuliahnya dijadikan obyek membentuk citra dalam karya.

Wajah-wajah dalam pameran ini dikumpulkan Pauh dalam perjalanan hidupnya.
Ia memanfaatkan wajah dari berbagai teman maupun temannya teman. Lalu kenapa karyanya berupa gambar yang buram? Pauh menyatakan itu tidak lepas dari perjalanan hidupnya selama di Jerman. Di negara yang pernah dipimpin Hitler itu nilai individualnya sangat tinggi. Pauh menceritakan, dalam ruang kuliah, banyak teman yang bisa diajak tegur sapa. Tapi, jika sudah diluar ruangan maka antar teman itu bisa saja tidak saling sapa dan mengenal.

"Nama teman keluar masuk sangat banyak. Tapi begitu keluar ruang kuliah maka seperti sendiri," ujar pria kelahiran Bandung, 1 Juni 1981 itu. Pauh menilai, perkenalan dan kedekatan antar teman di Jerman tidak seperti di Indonesia. Teman kuliah di Indonesia bisa sangat dekat tapi di Jerman seperti ada batas yang sangat tebal. “Jika berpapasan dengan teman kuliah di Jerman maka bisa tidak saling bertegur sapa. Seolah-olah wajahnya tiba-tiba buram dan menghilang," kata Pauh.

Atas peritiswa-peristiwa seperti itu, Pauh akhirnya punya kesimpulan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang menghinggap di otaknya. "Saya merasa, orang yang paling bijak adalah yang mengetahui dirinya sendiri," kata Pauh.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sedangkan alasan dia membingkai karyanya  dalam berbagai bentuk,  Pauh menyatakan karena pada saat ini perupa sudah tidak ada batas mediumnya. "Media-media itu keluar berseliweran apa adanya," katanya. Jika dulu para seniman dikategorikan sebagai fotografer, pelukis dan lain-lain maka kini batasan itu sudah buram menghilang. Saat ini, kata Pauh, mediumlah yang mengikuti.

Kurator pameran, Heru Hikayat menilai perayaan Pauh dikaitkan dengan pilihan medium yang hilir mudik diantara beberapa disiplin, mulai dari lukisan, fotografi, bordir dan lain-lain. Awalnya, kata Heru, Pauh memang bermain pada genre seni media baru berupa penggunaan kamera dan merekayasa citra. Namun, seiring perjalanannya waktu, Pauh justru lintas disiplin. Heru menyatakan karya Pauh memperlihatkan bagaimana perkenalan dengan teman adalah menyangkut nama.

Heru menjelaskan dalam kerumitan jejaring hubungan antar manusia ketika saling berpapasan tidak pada ruangnya maka bisa jadi mereka tidak saling menganggap keberadaanya. "Maka bukan wajah yang menghilang tapi nama," kata kurator kelahiran Wanareja, 1974 itu. Sama hal dengan kehidupan saat ini yang banyak orang lalu lalang berseliweran. "Wajah-wajah berseliweran di depan mata tapi nama-nama menghilang," kata Heru.

(ROFIUDDIN)

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

27 hari lalu

Pameran Voice Against Reason. Foto: Museum Macam.
Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

Pameran seni rupa ini diikuti perupa dari Australia, Bangladesh, India, Jepang, Singapura, Taiwan, Thailand, Vietnam, dan Indonesia.


Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

33 hari lalu

Pameran seni rupa Islami berjudul Bulan Terbit  sejak 15 Maret hingga 14 April 2024 di Grey Art Gallery Bandung. (Dok.Grey)
Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

Pameran seni rupa Islami ini menampilkan 85 karya 75 seniman yang membawa kesadaran bagaimana memaknai nilai-nilai Islam.


Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

16 Oktober 2023

Karya instalasi buatan Michelle Jovita berjudul Massa Manusa. (Dok.pameran).
Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

Gen Z menggelar pameran seni rupa yang berisi karya digital art, seni instalasi, gambar atau drawing, lukisan, seni grafis, patung, juga performance


Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

23 September 2023

Pameran Lengan Terkembang: Ruas Lintas - Abilitas di Bale Tonggoh Selasar Sunaryo Art Space Bandung melibatkan belasan peserta seniman difabel.  Foto: TEMPO| ANWAR SISWADI.
Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

Program itu dilatari oleh kenyataan bahwa pameran seni rupa di Indonesia selama ini belum menjadi ruang khalayak yang inklusif.


Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

19 September 2023

Pameran Artsiafrica#2 di Galeri Pusat Kebudayaan Bandung berlangsung 16 - 30 September 2023. Foto: Dok.Galeri.
Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

Pameran seni rupa bertajuk Artsiafrica menampilkan sosok warga Asia dan Afrika lewat muka hingga balutan budayanya di negara masing-masing.


Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

4 September 2023

Pameran kelompok Ambari di Galeri Orbital Dago Bandung hingga 17 September 2023. (TEMPO/ANWAR SISWADI)
Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

Karya yang ditampilkan 9 anggota dari kelompok Ambari dalam pameran Prismeu adalah perwujudan dari benda atau alam sekitar yang nyata di keseharian.


Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

20 Agustus 2023

Lukisan karya Iwan Suastika berjudul Beauty in a Chaotic Rhythm. Dok. D Gallerie
Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

Pameran tunggal Iwan Suastika diharapkan dapat membangun diskusi bersama tentang nilai-nilai kemanusiaan dengan perubahan alam.


Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

19 Juni 2023

Karya Dionisius Caraka berjudul Tumbukan Lato-lato di Galeri Ruang Dini Bandung. TEMPO/ANWAR SISWADI
Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

Pameran Seni Rupa yang berlangsung di Galeri Ruang Dini, Bandung itu banyak menggunakan media papan kayu.


Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

21 Mei 2023

Karya Isa Perkasa berjudul Masker 2024. (Dok.Pribadi)
Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

Ada cara yang dinyatakan oleh para seniman dalam pameran seni rupa ini, seperti mengenali ulang apa yang terlihat sebagai realitas keseharian.


Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

7 April 2023

(kiri ke kanan) Hilmar Faris, Claire Siregar, Sylvia Siregar pada acara pembukaan Bianglala Seribu Imajinasi, di Bentara Budaya Jakarta, Jakarta Pusat, pada Rabu, 5 April 2023. Foto: TEMPO | Gabriella Amanda.
Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

Imajinasi unik dan berbeda yang dimiliki penyandang autisme ini terlihat dari karya mereka yang memiliki makna sudut pandang sendiri.