Deep in Store menampilkan karya-karya dalam bentuk lukisan dan patung tiga dimensi, yang merespons sejumlah masalah sosial-kebudayaan, cara berpikir aktual, dan isu-isu di bidang seni itu sendiri. Pemilik galeri Christiana Gouw mengatakan, pihaknya mencoba untuk mengembangkan seni dengan hal baru yang diciptakan oleh seniman, sehingga masyarakat akan mendapatkan pemahaman yang lebih kaya dan up to date mengenai seni itu sendiri. "Untuk itu kami sebagai pemilik galeri terus menjembatani seniman dengan publik," katanya.
Karya-karya yang ditampilkan boleh dibilang mewakili karakteristik dari para seniman masing-masing. Karya-karya itu juga mencerminkan kolektivitas pemahaman tentang hubungan antara ruang dan waktu, tanpa melepaskan identitas yang merujuk kepada subyektivitas seniman dalam mewujudkan ide-idenya. Misalnya, lukisan yang menggambarkan sebuah ijazah S1, kemudian lukisan sebuah dinding Facebook, serta lukisan yang menggambarkan semut yang mengerumuni kata-kata.
Menurut staf galeri Edy Haruniawan, karya yang ditampilkan di pameran tidak hanya memindahkan karya seniman dari studio, melainkan merupakan perpaduan solid dengan mempertimbangkan kuratorial. "Karya-karya yang ditampilkan juga menyesuaikan bentuk ruang pameran," kata Edy.
Ihwal tema Deep in Store itu sendiri, tutur Edy, karena kebetulan pameran tersebut digelar di pusat perbelanjaan. Harapannya, dari pameran itu para pengunjung dapat kreatif menanggapi setiap masalah yang dihadapi dengan caranya sendiri. "Tidak hanya dengan karya seni, tapi juga makin memahami berbagai isu di sekitar kita," ujarnya menjelaskan.
Herry Fitriadi