Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kisah Sibur-sibur dalam Sehari  

image-gnews
Pameran lukis
Pameran lukis "Sehari" oleh Gabriella Prima Puspita Sari di Vivi Yip art room.(TEMPO/Jacky Rachmadiyansyah)
Iklan
TEMPO Interaktif, JakartaCapung itu sendirian. Berada di tengah kanvas, posisi capung itu diagonal ke kiri atas. Tubuhnya seperti tak terlihat karena berwarna hitam sangat tipis. Jaring-jaring di empat sayapnya tak sempurna lagi. Bahkan selembar sayapnya seperti sudah terurai. Sang sibur-sibur seolah sedang mengarah ke satu tempat. Ditilik dari latar abu-abu keputihan di sekitarnya, mungkin capung itu menuju alam lain setelah kematiannya. Alam yang adigung.

 

Lukisan bertajuk Menuju Surga itu merupakan akhir dari perjalanan sang capung. Pelukisnya, Gabriella Prima Puspita Sari, juga memamerkan 11 karya lain di Vivi Yip Art Room, Jakarta, 27 Maret-17 April. Semua lukisan bercat akrilik itu menggambarkan capung. Tema “Sehari” diusung untuk melukiskan kehidupan capung selama 24 jam. “Capung menjadi teman imajiner saya,” kata perupa produktif berusia 29 tahun yang mulai mengeksplorasi capung sejak dua tahun lalu ini.

 

Kehidupan capung dibagi oleh Sari menjadi empat bagian: pagi, siang, sore, dan malam. Warna biru dan hijau mendominasi pagi dan siang. Pada bagian sore, merah dan jingga seperti senja sangat kuat. Adapun bagian malam kental dengan hitam dan diakhiri dengan putih pada Menuju Surga.

 

Perjalanan capung dimulai dari Aku Bukan (Lagi) Bonekamu. Dalam lukisan ini, sosok capung hitam memiliki sayap hijau muda. Warna latar hijau tua ditambah sejumlah cipratan merah tetap terlihat kontras dengan sayapnya. Lima garis putih membentuk kurva seperti baru saja terlepas dari kepala, tubuh, dan ekor capung. Sari agaknya ingin menunjukkan pagi yang membebaskan si capung untuk mulai menerbangkan hidupnya.

 

Selanjutnya, capung berkelana ke berbagai tempat. Salah satunya tempat sampah yang tergambar dalam Elegi Sampah. Tubuh capung yang tetap hitam dan diselubungi warna putih berada di sekeliling tumpukan sampah, kebanyakan berupa botol plastik. Di dekat capung terdapat cipratan merah dan tiga anak panah membentuk hati berwarna hijau tanda daur ulang. Sampah dilukiskan tak terlalu jelas dengan warna kuning kusam. Latar belakang sampah ini berwarna kuning keabu-abuan.

 

Penggunaan warna yang nyaris senada ini memang kerap dijumpai dalam karya-karya Sari. Dalam Rise of the Prince, misalnya, tubuh dua capung dikelilingi warna biru keabu-abuan. Lukisan itu sendiri dipenuhi warna biru tua dengan cipratan abu-abu dan putih. Toh, Sari mampu meramu warna dengan tone nyaris sama ini sehingga tetap terlihat menarik dan kontras.

 

Dalam karya lain, Sari justru menunjukkan keberanian menggunakan warna sangat kontras. Friendship--melanjutkan perjalanan serangga ini--melukiskan enam capung, dua di antaranya bersayap oranye dan hijau daun, satu putih, serta tiga hitam. Penggabungan keenamnya dengan latar belakang putih, merah, abu-abu, dan biru kelam ini terlihat padu dan menunjukkan kecerahan.

 

Begitu jua dalam Benci Tivi. Warna oranye pada sayap capung dan cokelat muda dari televisi terkombinasi apik dengan latar belakang merah darah dengan cipratan abu-abu dan biru tua.

 

Bentuk cipratan atau tetesan memang selalu muncul dalam karya Sari. Bentuk cipratan yang berbeda-beda dan kombinasi warna justru memperkaya lukisannya. Semua bentuk dalam lukisan ini merupakan hasil desain Sari di komputer yang diproyeksikan ke kanvas. Proses selanjutnya, “Dibuat sketsanya dan saya beri warna,” ujar perupa yang menempuh pendidikan di Institut Seni Indonesia, Yogyakarta, ini.

 

Karya-karya Sari juga menjadi citra pengalaman hidupnya. Contohnya, Sari melukiskan kereta dorong bayi dalam Messages from the Stroller. Karya yang masuk dalam bagian pagi ini terinspirasi oleh kebiasaannya membawa putranya yang masih balita berjalan-jalan.

 

Begitu juga dengan Kisah Dapur. Sari menggambarkan seekor capung di antara sodet, wajan, gelas, pisau, garpu, dan peralatan masak-makan lainnya. Lukisan ini terinspirasi oleh kesukaannya memasak. Sangat jelas terlihat rutinitas kehidupan sehari-hari dan tema aktual seperti lingkungan menjadi jalan cerita dalam melukis kehidupan capung.

 

Sari juga merefleksikan kehidupan lain yang lebih besar dalam Trah. Di situ tergambar seekor capung dengan tubuh dikelilingi warna emas. Dari kepalanya, garis emas melengkung dan memanjang ke atas membentuk batang pohon. Di kiri-kanan batang utama terbentuk cabang yang juga membentuk ranting-ranting kecil, salah satunya berwarna merah.

 

Jadilah pohon tanpa daun berbentuk lebih dari separuh lingkaran sempurna terhubung dengan si capung. Seolah mengesankan capung itu merupakan bagian dari kehidupan lain yang tak terhitung banyaknya. Warna hijau kelam dan corak biru keunguan serta hijau muda memperkuat pesan tersebut.

 

Meski kaya akan warna, sayangnya rupa-rupa posisi tubuh capung seperti kurang dieksplorasi Sari. Hampir semua capung dihadirkan dalam keadaan biasa, dengan sayap terkembang. Hampir tak ada keunikan dari para capung selain pelukisan jaring-jaring dan warna sayap. Sangat mungkin capung-capung itu akan lebih bercerita melalui ekspresi tubuh lainnya, sehingga perjalanan capung tentu makin jauh dari membosankan seperti yang sudah digambarkan Sari.


 

PRAMONO

 

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

27 hari lalu

Pameran Voice Against Reason. Foto: Museum Macam.
Mengenal Voice Against Reason, Pameran Seni Rupa Kontemporer dari 24 Perupa

Pameran seni rupa ini diikuti perupa dari Australia, Bangladesh, India, Jepang, Singapura, Taiwan, Thailand, Vietnam, dan Indonesia.


Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

34 hari lalu

Pameran seni rupa Islami berjudul Bulan Terbit  sejak 15 Maret hingga 14 April 2024 di Grey Art Gallery Bandung. (Dok.Grey)
Grey Art Gallery Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Islami Karya 75 Seniman

Pameran seni rupa Islami ini menampilkan 85 karya 75 seniman yang membawa kesadaran bagaimana memaknai nilai-nilai Islam.


Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

16 Oktober 2023

Karya instalasi buatan Michelle Jovita berjudul Massa Manusa. (Dok.pameran).
Belasan Seniman Gen Z dari 3 Kampus di Bandung Gelar Pameran Seni Rupa Equivocal

Gen Z menggelar pameran seni rupa yang berisi karya digital art, seni instalasi, gambar atau drawing, lukisan, seni grafis, patung, juga performance


Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

23 September 2023

Pameran Lengan Terkembang: Ruas Lintas - Abilitas di Bale Tonggoh Selasar Sunaryo Art Space Bandung melibatkan belasan peserta seniman difabel.  Foto: TEMPO| ANWAR SISWADI.
Selasar Sunaryo Gelar Pameran Lengan Terkembang Karya Belasan Seniman Difabel

Program itu dilatari oleh kenyataan bahwa pameran seni rupa di Indonesia selama ini belum menjadi ruang khalayak yang inklusif.


Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

19 September 2023

Pameran Artsiafrica#2 di Galeri Pusat Kebudayaan Bandung berlangsung 16 - 30 September 2023. Foto: Dok.Galeri.
Pameran Seni Rupa Artsiafrica#2 di Bandung Tampilkan 170 Gambar

Pameran seni rupa bertajuk Artsiafrica menampilkan sosok warga Asia dan Afrika lewat muka hingga balutan budayanya di negara masing-masing.


Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

4 September 2023

Pameran kelompok Ambari di Galeri Orbital Dago Bandung hingga 17 September 2023. (TEMPO/ANWAR SISWADI)
Kelompok Ambari dari Alumni ITB Gelar Pameran Prismeu di Galeri Orbital Dago Bandung

Karya yang ditampilkan 9 anggota dari kelompok Ambari dalam pameran Prismeu adalah perwujudan dari benda atau alam sekitar yang nyata di keseharian.


Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

20 Agustus 2023

Lukisan karya Iwan Suastika berjudul Beauty in a Chaotic Rhythm. Dok. D Gallerie
Fenomena Alam dan Sosial di Pameran Tunggal Iwan Suastika

Pameran tunggal Iwan Suastika diharapkan dapat membangun diskusi bersama tentang nilai-nilai kemanusiaan dengan perubahan alam.


Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

19 Juni 2023

Karya Dionisius Caraka berjudul Tumbukan Lato-lato di Galeri Ruang Dini Bandung. TEMPO/ANWAR SISWADI
Lato-lato dan Rumus Fisika di Pameran Seni Rupa Ruang Dini Bandung

Pameran Seni Rupa yang berlangsung di Galeri Ruang Dini, Bandung itu banyak menggunakan media papan kayu.


Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

21 Mei 2023

Karya Isa Perkasa berjudul Masker 2024. (Dok.Pribadi)
Galeri NuArt di Bandung Gelar Pameran Mekanisme Pertahanan Manusia

Ada cara yang dinyatakan oleh para seniman dalam pameran seni rupa ini, seperti mengenali ulang apa yang terlihat sebagai realitas keseharian.


Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

7 April 2023

(kiri ke kanan) Hilmar Faris, Claire Siregar, Sylvia Siregar pada acara pembukaan Bianglala Seribu Imajinasi, di Bentara Budaya Jakarta, Jakarta Pusat, pada Rabu, 5 April 2023. Foto: TEMPO | Gabriella Amanda.
Pameran Bianglala Seribu Imajinasi, Wadah Seniman Penyandang Autisme Unjuk Diri

Imajinasi unik dan berbeda yang dimiliki penyandang autisme ini terlihat dari karya mereka yang memiliki makna sudut pandang sendiri.