Makhluk-makhluk anomali itu hadir dalam pameran tunggal bertajuk Immortal War di Galeri Srisasanti, Jakarta Selatan. Pameran yang digelar hingga 24 April mendatang itu menunjukkan ekspresi atas memori Fazar terhadap dirinya, membentuk cerita akan simbolisasi pertarungan rekaannya sendiri. "Tema pameran ini dibuat berdasarkan potensi teknis karya Fazar sebelumnya yang cenderung riuh, dekoratif, dan penuh," kata Fery Oktanio, kurator dalam katalog.
Tema perang rupanya memberi Fazar keleluasaan bermain overlap dalam bentukan-bentukannya. Kanvas kosong itu dibuatnya riuh oleh kehadiran bentuk, garis, lengkung, dan warna yang melekat erat bersama tema-temanya. Bentukan-bentukan itu dibuatnya begitu banyak, begitu sesak hingga tak tersisa ruang kosong dalam bidang gambar.
Lukisan Fazar cenderung komikal dan bernuansa novel grafis. Konfigurasi warna dibuat secara utuh, bertumpuk, dan sangat minim gradasi. Obyek-obyek ganjil hasil imajinasinya sangat riuh. Makhluk-makhluk itu terikat erat pada komposisi gambar yang berbelit, berpotongan, tapi berkelindan, sehingga yang terbaca adalah bentuk itu hanya mereferensikan obyek keseluruhan, karena jarang terlihat utuh.
Tema besar itu dibagi menjadi tiga babak. Menurut Fery, pembabakan ini dimaksudkan sebagai jalan untuk mempermudah pemahaman penikmat seni terhadap karya Fazar yang penuh labirin, simbolisasi, dan asosiasi yang mengejutkan. Babak itu adalah The Beginning, sebuah permulaan perang. Lalu The Battlefield, medan perang yang sesungguhnya. Dan terakhir, Gate of New Consciousness, sebuah akhir dan pencapaian.
Dalam membangun obyek, sebenarnya Fazar mengambil bermacam referensi budaya ataupun lingkungan dari berbagai macam mitos atau legenda. Memori kehidupannya punya andil besar membentuk bangunan cerita dalam lukisan itu.
Simak lukisan berjudul Daphne Descend, sebuah lukisan yang masuk dalam babak keduanya. Terlihat pertarungan manusia sebagai pahlawan yang sedang melawan Dewi Daphne, peri pohon dalam mitologi Yunani. Manusia dengan baju zirah cerah mengendarai naga, makhluk legenda Cina yang melambangkan kekuatan dan keteguhan hati yang terbuat dari balutan daun singkong. Ia menatap tajam ke arah Daphne yang bermahkota bunga opium sambil menggenggam golok tajam.
Masing-masing elemen dikonstruksikan menjadi satu bagian utuh. Tak lain membangun cerita pertarungan manusia melawan narkoba. Fazar menempatkan manusia sebagai tokoh utama yang memuarakan sebab ataupun akibat. Sekaligus harapan yang hanya bisa muncul darinya.
Cara penyampaian Fazar terhadap obyek-obyek ganjil menunjukkan praktek visual di luar kelaziman. Fazar seolah ingin memperlihatkan perwujudan pesan yang tak melulu vulgar, tapi memberinya kesan artikulasi estetis. Ia secara sengaja ingin membawa pemirsanya ke tingkatan kode-kode yang harus dipecahkan bagian-bagiannya untuk memahami keseluruhan pesan dalam bagian konstruksi visual itu.
Bermula pada sebuah lukisan berjudul Conjugal Burns. Awal ketika tokoh-tokoh imajinasi Fazar bersiap diri menghadapi medan perang yang sebenarnya. Ia menghadirkan semut lengkap dengan baju zirah perangnya. Semut, menurut Fazar, adalah manifestasi masyarakat kecil yang biasanya menjadi korban peperangan besar akibat ambisi kekuasaan dan permainan politik yang tak berkesudahan. Semut-semut itu menaiki makhluk aneh hasil bentukan dari berbagai jenis burung dan kepala manusia. Di sana menyertai pula peri pelindung perjuangan mereka.
Ya, Fazar tengah membangun dunia pesannya sendiri di atas kanvas. Porsi babak medan perang membawa kisah yang lebih banyak dibanding babak yang lain. Kisah peperangan melawan kerusakan lingkungan, perseteruan melawan kebaikan dan keburukan, korupsi, dan punahnya rantai makanan hingga perang melawan diri sendiri.
ISMI WAHID