“Selain pelestarian budaya, kami ingin mencetak generasi pecinta kesenian ketoprak,” jelas Purnomo Subagyo, Kepala Dinas Pariwisata, Seni, dan Budaya Surakarta, kepada Tempo, Senin (29/3).
Dia mengaku gembira dengan penyelenggaran festival tersebut. Selain animo masyarakat untuk menonton begitu tinggi, juga mereka yang pentas masih berusia muda. “Tidak ada peserta yang berumur lebih dari 40 tahun. Kebanyakan anak-anak muda,” tutur dia. Festival sendiri tiap malam ditonton antara 400-500 orang.
Dia menambahkan ke depan festival serupa akan dijadikan kalender budaya tahunan. “Tidak hanya ketoprak, tapi juga wayang orang,” tandas dia. Jika ketoprak dihelat di Balekambang, maka wayang orang diselenggarakan di Gedung Wayang Orang Sriwedari.
Untuk itu, dia rutin mendorong tiap kelurahan untuk memiliki setidaknya kelompok kesenian ketoprak atau wayang orang. Dia berjanji akan memberi kesempatan kelompok kesenian yang dibentuk masyarakat tersebut, untuk pentas di Sriwedari atau Balekambang. “Biar masyarakat semakin semangat,” dia beralasan.
Dia juga menjanjikan ada pelatihan kesenian wayang orang dan ketoprak yang meliputi cara penyutradaraan, dialog dengan bahasa Jawa atau ontowocono, penokohan, dan iringan gamelan.
Sementara itu, Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas Taman Balekambang Endang Sri Murniyati mengatakan penyelenggaran festival ketoprak memperebutkan beberapa kategori pemenang. Seperti iringan terbaik, pemeran putra terbaik, pemeran putri terbaik, dan juara umum. “Juara umum diraih kelompok rukun budaya dari Jebres,” ucap dia.
Selanjutnya, lima kelompok tadi akan diberi kesempatan untuk pentas secara rutin di Balembang. Selain gedung pertunjukan yang sudah tersedia, juga sudah dilengkapi dengan panggung, pencahayaan, dan iringan musik. “Tinggal gamelan yang belum ada. Semoga dalam waktu dekat bisa diusahakan,” harap dia.
UKKY PRIMARTANTYO