TEMPO Interaktif, Magelang - Kepala Unit PT. Taman Wisata Candi Borobudur Pujo Suwarno mengatakan akan segera merealisasikan gagasan menciptakan batik dengan corak khas Borobudur. Motifnya bisa diambil dari relief atau simbol yang ada di candi tersebut, sehingga berbeda dengan dengan corak batik pada umumnya.
Menurutnya, gagasan membuat batik khas ini merupakan tindak lanjut dari program Taman Wisata sebelumnya. Sejak awal Februari lalu, Taman Wisata mewajibkan pengunjung yang berpakaian minim (celana atau rok pendek) bersarung. Rencananya, batik khas borobudur ini bisa digunakan menggantikan sarung bermotif biasa yang kini masih dipinjamkan bagi pengunjung.
Pelatihan pembuatan batik khas Borobudur, kata dia, akan diberikan pada warga sekitar candi. Hal ini dilakukan sebagai upaya meningkatan taraf perekonomian masyarakat sekitar Candi. Mereka selanjutnya bisa menjual atau menyewakan sarung bermotif batik Borobudur itu kepada pengunjung. “Awal April nanti akan digelar pelatihan pada masyarakat,”kata Pujo, Ahad (28/3).
Selain mewajibkan pengunjung yang berpakaian minim bersarung, PT Taman Wisata juga meminta pengunjung yang beralas kaki keras, baik sepatu atau sandal, menggantinya dengan sandal karet. Peraturan ini dilakukan untuk memperkecil kerusakan batu candi akibat gesekan dengan alas kaki pengunjung. Menurut dia, ada 2.500 pasang sandal karet yang disediakan bagi pengunjung. Sama halnya dengan kain sarung, sandal ini dipinjamkan bagi pengunjung.
Kepala Balai Konservasi Peninggalan Borobudur Marsis Sutopo mengatakan batu di Candi Borobudur telah puluhan abad. Usianya cukup tua sehingga diperlukan perawatan khusus untuk melestarikannya.
Salah satu penyebab kerusakan batu candi, kata dia, adalah cuaca. Guyuran air hujan, angin dan panas matahari telah menyebabkan terjadinya proses kimia yang merusak batu. Diantaranya adalah sementasi (endapan semen di dinding candi), tumbuhnya lumut, hingga munculnya endapan garam di permukaan batu. Pemakaian sandal karet, kata dia, berguna memperkecil gesekan batu di bagian lantai. Balai Konservasi melaporkan sejumlah batu lantai itu telah tergerus ujungnya akibat gesekan dengan alas kaki keras.
ANANG ZAKARIA