Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Sardono: Sosok Diponegoro Sangat Komplek  

image-gnews
Geladi bersih pertunjukan Opera Diponegoro di Jakarta, Jumat(19/2). Opera Diponegoro merupakan hasil penulusuran panjang dari koreografer Sardono W Kusumo, terhadap sejarah dan sosok Pangeran Diponegoro. TEMPO/Dwianto Wibowo
Geladi bersih pertunjukan Opera Diponegoro di Jakarta, Jumat(19/2). Opera Diponegoro merupakan hasil penulusuran panjang dari koreografer Sardono W Kusumo, terhadap sejarah dan sosok Pangeran Diponegoro. TEMPO/Dwianto Wibowo
Iklan

TEMPO Interaktif, Jakarta - Ruang teater di Komunitas Salihara, Jakarta, yang berkapasitas 300 orang itu penuh oleh penonton yang ingin menyaksikan pementasan Opera Diponegoro karya Sardono W. Kusumo pada Jumat malam lalu. Karya ini dipentaskan kembali di tempat yang sama pada pukul 20.00 malam ini.

Sardono mengaku sedang berusaha menafsirkan ulang Babad Diponegoro, baik versi Yogyakarta maupun Surakarta, ke dalam bentuk tari kontemporer. Dengan penampilan sederhana koreografer senior Indonesia itu bercerita tentang proses penciptaan karyanya ini pada Jumat lalu di Teater Kecil Salihara. Berikut ini petikan wawancaranya.

Opera Diponegoro pernah dipentaskan pada 1995 dan 2009 lalu di New York. Apa beda dengan pertunjukan saat ini?

Sebetulnya tahun 2008 lalu karya ini pernah dipentaskan secara besar-besaran di Keraton Yogyakarta. Waktu itu pementasannya membutuhkan pemain sekitar 200 orang. Naskah ceritanya pun sedikit lebih panjang dan naratif. Kalau pertunjukan sekarang sama dengan pentas 2009 lalu di New York. Garapan ini hanya dengan sedikit penari, yaitu lima orang, dan ceritanya lebih sastrawi. Penarinya sekaligus melagukan tembang babad itu dalam setiap dialognya.

Pertunjukan tari ini diangkat dari Babad Diponegoro, baik versi Yogyakarta maupun Surakarta. Bagaimana prosesnya?

Saya melakukan riset panjang, termasuk mempelajari Babad Diponegoro versi Yogyakarta dan selalu berdiskusi dengan Peter Carey, peneliti sejarah dari Inggris yang mendalami Babad Diponegoro versi Surakarta. Keduanya berisi tema yang sedikit berbeda. Versi Yogyakarta bercerita tentang biografi Diponegoro. Sedangkan versi Surakarta berisi cerita perang dan perjuangan Diponegoro saat itu. Lalu, dari dua babad itu kemudian saya rangkum dan saya tafsirkan menjadi opera semacam ini.

Dalam gelaran tari ini juga memakai tampilan visual lukisan Raden Saleh, Penangkapan Diponegoro. Apakah bahan dari Babad Diponegoro tidak cukup untuk mencipta narasi ini?

Lukisan Raden Saleh saya gunakan untuk membantu visualisasi penonton. Bahkan, sebelum pertunjukan saya meminta bantuan Peter Carey untuk menjelaskan kepada audiens terkait lukisan Raden Saleh ini. Ini sebagai pengantar gambaran untuk masuk ke opera tersebut.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Apa yang membuat Anda tertarik dalam pertunjukan ini?

Diponegoro adalah sosok yang sangat mengagumkan. Dalam garapan ini ada yang menarik bagi saya setelah saya mempelajari dua versi babad itu dan menfasirkan ulang. Ada tiga level objek yang menarik. Pengadeganan Diponegoro bertemu dengan Jendral De Kock sama nyatanya ketika berdialog dengan arwah para wali yang disucikan dan sama nyatanya pula ketika berjumpa dengan Ratu Kidul. Sisi humanis dan spiritualis Diponegoro muncul di sini.

Bagaimana sosok seorang Diponegoro menurut tafsiran Anda?

Diponegoro itu, ya, seperti pertunjukan ini. Sangat komplek.

Ismi Wahid

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Hari Tari Sedunia, Bandung Menari 18 Jam

29 April 2018

Peserta delegasi dari Pekalongan di Asian African Carnival 2018 di Bandung, Jawa Barat, 28 April 2018. Karnaval budaya Asia Afrika bertema Respect Diversity ini diikuti sekitar 4.000 perserta dari seluruh Indonesia dan perwakilan delegasi asing. TEMPO/Prima Mulia
Hari Tari Sedunia, Bandung Menari 18 Jam

Seniman dan penggiat tari di Jawa Barat merayakan Hari Tari Sedunia di Bandung.


Tari Sonteng dari Jawa Barat Pikat Diplomat di Ekuador

28 Oktober 2017

Tari Sonteng (ANTARA News)
Tari Sonteng dari Jawa Barat Pikat Diplomat di Ekuador

Tari Sonteng dari Jawa Barat memikat hati para diplomat Ekuador yang tergabung dalam Asosiasi Pasangan Diplomat Ekuador.


Tari Cry Jailolo yang Mendunia Dipentaskan di SIPA 2017 Malam Ini

7 September 2017

Eko Supriyanto foto besama penari yang menarikan tari Balabala saat GR pementasan penutupan SIPFest 2016 di Teater Salihara Jakarta, 4 November 2016. TEMPO/Nurdiansah
Tari Cry Jailolo yang Mendunia Dipentaskan di SIPA 2017 Malam Ini

Eko Supriyanto akan mementaskan tari Cry Jailolo pada pembukaan pagelaran Solo International Performing Art (SIPA) di Benteng Vastenburg, Surakarta.


Nanti Malam, Lima Komunitas Tari Beraksi di JDMU#2

30 Agustus 2017

Pementasan tari dalam acara Jakarta Dance Meet Up di Gedung Kesenian Jakarta, 31 Maret 2017. TEMPO/Frannoto
Nanti Malam, Lima Komunitas Tari Beraksi di JDMU#2

Dance Meet Up (JDMU) #2 merupakan ajang pertemuan para komunitas tari dari berbagai genre di Jakarta.


Penari Balet Marlupi Dance Academy Raih 7 Medali di Hong Kong

25 Agustus 2017

Penari Balet membentuk formasi saat membawakan pertunjukkan Balet dengan Tema Si Kabayan di Teater Jakarta, kompleks Taman Ismail Marzuki (TIM), 31 Oktober 2015. Pertunjukan Balet yang dimaikan oleh Marlupi Dance Academy (MDA) ini, mengkawinkan antara seni tari balet klasik dan kontemporer Nusantara. TEMPO/Subekti
Penari Balet Marlupi Dance Academy Raih 7 Medali di Hong Kong

Penari balet Marlupi Dance Academy (MDA) berhasil meraih 7 medali di dalam ajang Asian Grand Pix 2017 yang diselenggarakan di Hong Kong.


Gala Balet Tampilkan Kolaborasi Penari Difabel  

11 Juli 2017

Sejumlah penari difabel dan non-difabel melakukan latihan jelang pementasan di Galeri Kesenian Jakarta, Jakarta, 8 Juli 2017. Mereka akan membawakan koreografi CandoDance karya Mirjam Gutner dan Tanja Erhart dari grup Candoco Dance Company (Inggris). TEMPO/Subekti
Gala Balet Tampilkan Kolaborasi Penari Difabel  

Gala Balet akan menampilkan kolaborasi penari difabel dari Australia, Prancis, Korea Selatan dan Italia.


Penari Prancis dan Indonesia Berkolaborasi Pentaskan Sadako

16 Mei 2017

Karya origami
Penari Prancis dan Indonesia Berkolaborasi Pentaskan Sadako

Berbeda dari kebanyakan anak-anak lain yang terkena paparan bom atom, Sadako bertahan hidup bahkan layaknya manusia normal.


Hari Tari Sedunia di Solo Dimeriahkan Ribuan Seniman  

25 April 2017

Dua seniman membawakan tarian Bisma Srikandi di Pendapa Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta, Solo, (29/4). Pertunjukan yang digelar selama 24 jam ini untuk memperingati Hari Tani Sedunia. Tempo/Ahmad Rafiq
Hari Tari Sedunia di Solo Dimeriahkan Ribuan Seniman  

Ribuan seniman akan menari bergantian selama sehari semalam untuk memperingati Hari Tari Sedunia di Institut Seni Indonesia (ISI) Solo, 29 April 2017.


Pentas Arka Suta, Perayaan 41 Tahun Padnecwara

9 Maret 2017

Poster Pertunjukan tari Arka Suta dari Sanggar Padnecwara. Facebook.com
Pentas Arka Suta, Perayaan 41 Tahun Padnecwara

Jelang pementasan digelar pula pameran foto dan properti

pementasan tari yang lalu


Indonesia Pentaskan Tari  

12 Januari 2017

Penari Eky Dance Company saat tampil dalam gladi resik pementasan kabaret oriental bertajuk
Indonesia Pentaskan Tari  

EKI akan mementaskan dua karya tari di India.