Benda itu adalah pipa rokok dari gading gajah. Ray mengaku memperolehnya dengan cara yang unik. Menurut dia, benda itu merupakan hadiah dari sahabatnya pada kurun 1970-an, seorang makelar film bernama A Sheng.
“Dia mendatangi saya seraya menyerahkan ini (pipa). Ia ngomong ke saya kalau saya memegang ini, hati-hati dengan kesehatan,” kata pria kelahiran Donggala, 1 Januari 1957 itu kepada Tempo di Jakarta Selatan, Rabu, (20/1). Sejak itu, ia mengaku kian keranjingan merokok.
Sampai sekarang, kata Ray, pipa itu sudah menemani dirinya selama 30 tahun. Awalnya, warna pipa itu putih gading. Namun seiring berjalannya waktu, warnanya berubah seakan telah dipernis dengan pelitur cokelat. “Padahal karena keseringan kena asap nikotin,” tambah pemain film Dunia Mereka itu.
Semula pipa itu juga tak berukir. Menurut pria berusia 53 tahun itu, suatu ketika ia bertemu dengan Kanten Cokot, perupa asal Bali, di Ancol. Ray pada saat itu memintanya membubuhi ukiran yang berisi kisah cinta Rama dan Sinta. “Dia bilang tidak sanggup. Tapi dia bisa meminta temannya untuk mengukir. Syaratnya harus di bawa ke Bali,” kata Ray.
Ray menyatakan setuju. Ia merelakan pipanya beralih tangan untuk sementara waktu. Tiga bulan menunggu, ia mendapatkan pipanya sudah berukir, namun bukan berisi cerita. ”Melainkan gambar Adam yang memeluk Hawa dalam pandangan Bali yaitu Perdana dan Perusi.” tutur Ray. “Di baliknya bergambar ular naga.”
Namun, itu bukan berarti bahwa Ray bertipe lalaki yang suka memberi perhatian lebih terhadap properti sendiri. Sejatinya, karena keteledorannya, pipa itu pernah hilang dua kali. “Mungkin karena berjodoh dengan saya, jadi balik kembali,” kata mantan suami Dewi Yull.
Kehilangan pertama terjadi pada saat ia tengah menggarap filmnya sendiri (1988). Ketika itu Ray mengaku begitu sibuk mengurusi filmnya sehingga tanpa sengaja menggeletakkan pipa tersebut di sembarang tempat. “Sudah dua tahun hilang. Ternyata pas saya sedang berkunjung ke salah satu kerabat (kakak mantan istrinya, Dewi Yull) ternyata lagi di pajang,” jelas Ray. “Wah ini pipa saya.”
Kehilangan kedua terjadi ketika ia tengah berwisata ke Surabaya (1990-an). Pada saat itu Ray yakin pipa kesayangannya hilang dan tidak akan kembali. Namun, ketika ia sudah ada di Jakarta lagi, dirinya menerima telepon dari seseorang yang mengaku dari Surabaya. “Dia bilang menemukan pipa saya. Tapi dia minta imbalan sebesar (Rp) 350 ribu,” kata Ray.
MUSTHOLIH