TEMPO.CO, Jakarta - Samsara, karya terbaru Garin Nugroho, membawa sinema Indonesia ke ranah yang tak biasa. Sebuah film bisu hitam-putih, Samsara menggabungkan musik gamelan Bali dan elektronik dalam bentuk cine-concert dan menghidupkan setiap adegannya tanpa seucap kata.
Dibintangi oleh Ario Bayu dan Juliet Widiasari Barnett, film ini menggambarkan perjalanan emosional seorang pria miskin yang terperangkap dalam perjanjian gaib.
Tantangan Ario Bayu Akting Tanpa Dialog
Ario Bayu, yang memerankan tokoh Darta, menghadapi tantangan besar sebagai pemeran utama dalam film tanpa dialog ini. Aktor berdarah Jawa itu mengungkapkan pendekatannya terhadap perannya. Ia merinci, ada tiga unsur yang cukup elemental dari tokoh Darta—ada cinta, ada keserakahan, dan ada pengorbanan.
“Jadi kita harus pahami subteksnya terlebih dahulu,” ujarnya kepada Tempo, di JCC Senayan pada Sabtu, 28 September 2024. Ia dituntut untuk mengekspresikan kompleksitas emosional tokoh Darta tanpa bantuan kata-kata. Pendalaman subteks, menurutnya, menjadi panduan utama dalam setiap gerakan dan ekspresi yang ditampilkan di layar.
Sebagai aktor dengan latar belakang teater, Ario Bayu sudah terbiasa mengekspresikan emosi dalam penampilannya. Namun dalam Samsara, ia harus mengeksplorasi tubuh dan gerakannya untuk menyampaikan pesan cerita. “Tantangan besarnya, bagaimana menyampaikan emosi marah atau sedih hanya melalui gerakan dan ekspresi wajah,” kata dia.
Aktor peraih Piala Citra itu juga menekankan, unsur tari menjadi elemen penting dalam film ini. Sebagai seorang aktor, ia harus mampu menyampaikan emosi melalui gerakan tubuh yang terinspirasi oleh koreografi.
Kolaborasi Lintas Seni
Ario Bayu menyebutkan, Samsara adalah sebuah upaya kolektif yang melibatkan kolaborasi lintas seni. Antara lain ada sinematografi dari Marcelinus Batara Goempar dan komposer Wayan Sudirana serta Kasimyn dari Gabber Modus Operandi.
Samsara menggabungkan musik gamelan Bali dengan musik elektronik—hingga melibatkan tari tradisional, topeng kontemporer, dan seni peran teatrikal yang menciptakan keunikan tersendiri. “Semua elemen ini akhirnya melebur dalam adegan-adegan yang kami tampilkan di Samsara”, ujar Ario.
Setelah film bisu Setan Jawa pada 2017, Garin Nugroho kembali mendulang pujian dengan Samsara. Berlatar Bali pada 1930-an, Samsara mengeksplorasi konflik antara keinginan pribadi dan dampaknya terhadap keluarga, dibalut dalam nuansa mistis dan ritual.
Film Samsara pertama kali dipertunjukkan di Esplanade Concert Hall, Singapura, pada 10 Mei 2024. Di Tanah Air, Samsara diputar pada 16 Agustus 2024 dalam program Indonesia Bertutur 2024 di Bali. Rencananya, film ini akan ditayangkan di Jakarta pada Desember tahun ini.
Pilihan Editor: Samsara Karya Garin Nugroho Gabungkan Seni Tradisional Bali dan Musik Elektronik