TEMPO Interaktif, Jakarta: Perupa Samuel Indratma, 38 tahun, bak seorang pemulung. Ia mengumpulkan aneka seng dan pelat bekas. Lalu seng-seng karatan itu dibuatnya menjadi karya yang unik dan lucu. Anda dapat menyaksikannya dalam pameran bertajuk "Agro Metal" di Tembi Contemporary Gallery, Bantul, 12-31 Mei 2009.
"Ada yang bilang saya nekat. Bahkan ada yang menyebut saya sakit (jiwa)," kata Samuel sembari mengumbar derai tawa.
Samuel menyebut pameran tunggalnya kali ini lebih sebagai sebuah "kecelakaan". Suatu hari, Valentine Willie (pemilik Tembi Contemporary Gallery) memergoki karya-karya Samuel yang tertumpuk di gudang. "Materi pameran ini sebenarnya karya-karya saya sejak tahun 2005," ujarnya.
Awalnya Samuel mengaku ragu memindahkan karya-karyanya yang tertumpuk di gudang itu ke ruang pamer. Ia ragu publik bisa menerima karyanya, apalagi ada kolektor yang berminat. Ternyata, baru sehari pameran digelar, tiga karya sudah dipesan kolektor.
Karya-karya Samuel yang dipamerkan kali ini sebenarnya lebih sebagai sebuah sketsa ide, yang diangankannya bisa memberi manfaat praktis sehari-hari.
Lihatlah karya Samuel yang berjudul Wayang Magnet. Ia merakit sebuah kotak dengan anak wayang yang terbuat dari seng bekas. Sang dalang cukup mencangklongkan kotak wayang magnet itu di depan perutnya, mirip pedagang asongan rokok. Anak wayang diletakkan di atas kaca dan digerakkan dengan magnet. Kotak itu juga dilengkapi dengan sound system mini bertenaga baterai serta mikrofon mini yang dicantolkan di dekat mulut sang dalang.
Samuel berangan-angan, kelak "Wayang Magnet" ini bisa menjadi alat ngamen alternatif di Yogyakarta. Melalui "Wayang Magnet" pula Samuel berangan-angan bisa menggaet Landung Simatupang atau Butet Kartaredjasa untuk menggelar sebuah workshop dramaturgi agar menghasilkan seniman pengamen alternatif "Wayang Magnet". "Saya membayangkan, suatu saat di sudut-sudut Kota Yogya ada pengamen 'Wayang Magnet'," katanya.
Sejumlah karya yang dipamerkan bahkan didesain untuk mengisi ruang publik dan member manfaat bagi masyarakat. Maka lahirlah karya Emergency Series, berupa nomor telepon darurat, seperti rumah sakit, pemadam kebakaran, dan bantuan polisi. Ia membayangkan, karyanya itu bisa dipajang di sudut-sudut kota untuk memudahkan masyarakat memperoleh informasi penting yang dibutuhkan.
Ia juga menciptakan Javanese Alphabet, berupa 24 huruf Jawa yang menggunakan seng serta besi beton. Konstruksi Javanese Alphabet cukup kukuh sehingga sejumlah anak di sekitar galeri menjadikan Javanese Alphabet sebagai mainan yang bisa dipanjat. Javanese Alphabet sengaja ditampilkan di halaman galeri dan pengunjung boleh merespons dengan membuat lukisan apa pun di permukaan huruf-huruf Jawa dari seng dan besi beton yang kukuh itu.
Samuel membayangkan, suatu saat nanti Javanese Alphabet bisa dibawa keliling ke sejumlah sekolah dan ruang publik di seantero Yogyakarta. Masyarakat boleh merespons dengan membuat lukisan di permukaannya. "Sekaligus mengingatkan kembali masyarakat tentang tulisan Jawa yang sudah mulai dilupakan," ujarnya.
Terinspirasi oleh slebor becak, lahirlah karya berjudul Small Transportation. Ia menjejer belasan slebor becak ukuran kecil di tembok. Uniknya, Samuel menggabungkan karyanya itu dengan rekaman video seorang tukang becak yang terus-menerus mendendangkan tembang Jawa, Dandang Gula.
"Itu Seno, tukang becak yang biasa mangkal di depan rumah saya. Saat senggang, ia selalu uro-uro (mendendangkan lagu Jawa, red). Lalu, iseng-iseng saya buatkan klip videonya. Mbah Seno narik becak sembari nembang Dandang Gulo. Dengan begitu, Mbah Seno akan merasa menjadi superstar. Saya membayangkan, semua orang bisa menjadi superstar dengan klip video dirinya sendiri," katanya.
Pada beberapa karya, Samuel mewarnai pelat-pelat besi itu dengan cat enamel. Namun, pada karya lainnya, Samuel sengaja membiarkan karat dan gosong bekas api las menjadi pewarna alami, seperti pada karyanya yang berjudul Mask Project dan Circle Series, yang ternyata justru diminati kolektor.
Perpaduan tak lazim antara logam-logam las dan cat enamel itu, menurut kurator Karim Raslan, menghasilkan kombinasi yang sublim. "Ia (Samuel, red) telah mengubah logam anorganik tak bernyawa menjadi sesuatu yang tampak organik dan hidup," dia menuliskan dalam katalog pameran.
HERU CN