TEMPO.CO, Jakarta - Bambang Widjojanto, Mantan Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) periode 2011-2015, turut buka suara terkait pelimpahan perkara Tahap II yang menimpa dua aktivis Fatia Maulidiyanti dan Haris Azhar. Hal ini merupakan bentuk keangkuhan dan kesombongan kekuasaan. Menurut dia, kasus ini seharusnya tidak bisa diproses secara hukum karena hak berpendapat dilindungi oleh Undang-Undang Dasar 1945
Bambang Widjojanto atau BW menyatakan bahwa Haris dan Fatia hanya menggunakan haknya untuk mengeluarkan pendapat yang sepenuhnya ditujukan kepada unsur kekuasaan untuk kepentingan pelaksanaan pemerintahan yang lebih baik. Senada dengan ini, Bambang Widjjojanto pun merilis sebuah puisi berjudul Puisi Haris & Fatia karya Ahmad Fanani yang dilantunkannya melalui kanal Youtube pribadinya pada 17 April 2023.
BW dalam akun YouTube miliknya berpuisi ini bukan tanpa sebab. Puisi itu dibuat dan dibacakan untuk memberikan reward dan pernyataan terima kasih kepada sedikit orang yang masih punya nyali untuk menyatakan kejujuran melalui kritik dihadapan kepongahan kekuasaan.
"Haris dan Fatia bukan orang biasa bukan karena dia ganjil tapi karena terus berupaya jujur pada realitas yang dilihat, diamanti dan dikajinya. Kejujurannya itu yang menyebabkan mereka diadili di persidangan," katanya .
Keduanya mengemukakan kritik secara lantang berkaitan dengan kepentingan publik dan senantiasa menyampaikan fakta sejujurnya. Kejujuran mengkritik kekuasaan menjadi langka karena sebagian besar orang justru tidak berani mengemukakannya. Keduanya adalah representasi dari speechless voices kebanyakan rakyat yang sudah muak kecanggihan muslihat dari sebagian penguasa tapi tak berani menyatakannya.
"Kejujuran mengkritik kekuasaan menjadi langka karena sebagian besar orang justru tidak berani mengemukakannya. Dia adalah representasi dari speechless voices kebanyakan rakyat yang sudah muak dengan muslihat yang kian canggih dari sebagian penguasa, tapi tak berani menyatakannya," ujarnya.
Haris dan Fatia bukan tidak tahu risiko yang akan dihadapinya tetapi juga menyadari upaya sekecil apapaun perlu dilakukan untuk kepentingan dan kemaslahatan yang jauh lebih besar. Mereka tidak hanya terpanggil tapi juga terpilih dan bersedia mewakafkan kepentingan dirinya demi kepentingan Respublica yg jauh lebih besar.
Berikut puisi Haris dan Fatia karya Ahmad Fanani yang dibacakan Bambang Widjojanto:
Haris dan fatia
Mereka manusia eling cendekia
Menginci langkah pada jalan-jalan yang tak sudi dilalui manusia rata-rata
Memintal nyali melawan raksasa
Haris dan Fatia
Diburu leviatan dan pasukan hulubalang
Terlibat dalam sengketa misterius dengan kekuasaan
Mimpi mereka tergeletak di ketinggian awan-awan
Untuk negeri dengan cuaca busuk yang melumpuhkn segala tunas harapan
Berjuang untuk suara-suara yang terpinggirkan
Beridiri untuk kebenaran dan keadilan yang acapkali berhenti di slogan
Di tengah gerombolan yang serba pragmatis dan materialistis
Dalam kerumuman tim hore yang gemar bersorak
Dari ketiak semut mereke menghimpun semangat para pemberani terdahulu
Entah demi apa
Entah dipungut dari mana nyali mereka
Tanpa gentar membongkar apa yang disembunyikan Tuhan dan raja-raja
Seperti angin yang meniupkan pesan di atas tanah
Teriakan mereka bergaung di sudut-sudut kota, juga di desa,
Celah-celah rumah, goa goa dan di kolong meja
Takkan pernah padam meski hanya tinggal satu bar satu bar
Dengan menunggang badai dan topan mereka berkoalisi dengan petir dan halilintar
Membuat tornado di perut tuan oligarki dan tiran peliharaan yang berlagak sok jagoan
Haris dan Fatia
NAOMY AYU NUGRAHENI I SDA
Pilihan Editor: Saat Lagu Indonesia Raya Bergemuruh di Sidang Haris Azhar dan Fatia Maulidiyanti
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.