Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kisah Syuting Darah dan Doa, Film Perdana Anak Negeri yang Jadi Tonggak Hari Film Nasional

image-gnews
Film Darah dan Doa karya Usmar Ismail. wikipedia
Film Darah dan Doa karya Usmar Ismail. wikipedia
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Setiap tanggal 30 Maret merupakan Hari Film Nasional. Peringatan ini dibuat dalam upaya meningkatkan kepercayaan diri, motivasi para insan film Indonesia serta untuk meningkatkan prestasi yang mampu mengangkat derajat film Indonesia secara regional, nasional dan internasional.

Tema Hari Film Nasional tahun ini mengusung tema "Bercermin Pada Masa Lalu, Merencanakan Masa Depan”.

Hari Film Nasional identik dengan film Darah dan Doa yang rilis pada 1950. Film arahan sineas Usmar Ismail ini merupakan film pertama yang disutradarai orang dan perusahaan Indonesia serta dinilai sebagai film lokal pertama yang bercirikan Indonesia. Tanggal 30 Maret 1950 merupakan hari pertama syuting alias pengambilan pertama gambar film ini.

Darah dan Doa menjadikan Usmar Ismail sebagai pelopor film Indonesia. Film ini merupakan produksi Perusahaan Film Nasional Indonesia (Perfini) yang Usmar Ismail dirikan bersama Rosihan Anwar.

Bagi Usmar Ismail, Darah dan Doa merupakan film yang spesial baginya. Mengutip buku ‘Usmar Ismail Mengupas Film’, ia mengatakan “Meskipun saya telah membuat dua film sebelum Darah dan Doa, film itu saya rasakan sebagai film saya yang pertama. Karena buat pertama kalinya, sebuah film diselesaikan seluruhnya, baik secara teknis-kreatif maupun secara ekonomis, oleh anak-anak Indonesia. Buat pertama kalinya pula, film Indonesia mempersoalkan kejadian-kejadian yang nasional sifatnya.”

Mengutip laman Badan Perfilman Indonesia (BFI), Darah dan Doa menjadi acuan sebagai perumusan konsep film nasional. Darah dan Doa mengisahkan perjuangan militer sebagai inti pembentukan Indonesia modern, melawan ancaman-ancaman persatuan bangsa. Pernyataan Usmar Ismail yang terkenal tentang Darah dan Doa adalah bahwa film ini “dibikin tanpa perhitungan komersial apa pun, dan semata-mata hanya didorong oleh idealisme.” 

Sinopsis Darah dan Doa

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Mengutip laman Lembaga Sensor Film (LSF), film Darah dan Doa atau Long March of Siliwangi yang baru rilis pada 1 September 1950 ini mengisahkan perjalanan pulang prajurit Divisi Siliwangi, yang dipimpin Kapten Sudarto (diperankan Del Juzar), dari Jogjakarta menuju Jawa Barat. Di tengah perjalanan, Sudarto dan sahabatnya, Adam, tak hanya harus melawan penjajah Belanda, tapi juga para pemberontak di daerah.

Dalam beberapa peristiwa, Kapten Sudarto, yang telah kehilangan anaknya akibat revolusi, digambarkan sebagai seorang peragu dalam pengambilan keputusan. Alih-alih ditokohkan sebagai pahlawan, film ini justru lebih menyoroti Sudarto sebagai manusia dengan banyak kekurangan, termasuk pengkhianatan.

Sudarto terlibat perselingkuhan dengan dua orang perempuan: seorang perempuan keturunan Jerman, dan Widya, seorang perawat, padahal Sudarto sudah memiliki istri. Film ditutup dengan ditembak matinya Sudarto oleh anggota Partai Komunis Indonesia (PKI), organisasi yang ikut ditumpasnya pada pemberontakan di Madiun 1948. Padahal, operasi penumpasan di Madiun, itu sejatinya ditentang oleh Sudarto, karena baginya itu merupakan perang melawan bangsa sendiri.

Pilihan editor : 5 Film Ikonik Indonesia Versi Remake untuk Hari Film Nasional
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Gairah Nonton Film Indonesia Meningkat, Sandiaga: Sudah Jadi Tuan Rumah di negeri Sendiri

22 hari lalu

Menparekraf Sandiaga Uno saat menghadiri acara Batam Wonderfood & Art Ramadan, Sabtu, 1 Maret 2024. TEMPO/Yogi Eka Sahputra.
Gairah Nonton Film Indonesia Meningkat, Sandiaga: Sudah Jadi Tuan Rumah di negeri Sendiri

Sandiaga mengatakan, kemajuan film Indonesia bisa dilihat dari angka penonton yang setiap tahun melampaui target.


Hari Film Nasional Momen Tepat untuk Tingkatkan Literasi dan Apresiasi Film

24 hari lalu

Ilustrasi Buka Puasa. shutterstock.com
Hari Film Nasional Momen Tepat untuk Tingkatkan Literasi dan Apresiasi Film

Hari Film Nasional bisa menjadi momen untuk menyoroti berbagai program peningkatan literasi dan apresiasi film


Hari Film Nasional, Reza Rahadian Ingin FFI Jaga Marwah dan Netralitas

25 hari lalu

Hari Film Nasional diperingati setiap 30 Maret. Sosok Usmar Ismail, yang melahirkan karya-karya legendaris pada 1950-an hingga 1970-an, menjadi catatan penting dalam sejarah perfilman Indonesia. ISTIMEWA
Hari Film Nasional, Reza Rahadian Ingin FFI Jaga Marwah dan Netralitas

Di momen Hari Film Nasional, Reza Rahadian berharap siapa pun yang akan menggantikannya bisa membawa kebaikan bagi film Tanah Air.


Hari Film Nasional, Riri Riza Melihat Sosok Usmar Ismail

25 hari lalu

Riri Riza Sutradara Film Laskar pelanggi berfoto di depan salah panel yang dipamerkan dalam Pameran Usmar Ismail. Pameran Usmar Ismail tersebut diadakan di Kopigo,  Kota Bukittinggi pada 28 Maret hingga  8 April 2024. TEMPO/ Fachri Hamzah.
Hari Film Nasional, Riri Riza Melihat Sosok Usmar Ismail

Riri Riza juga menjelaskan, bahwa karya-karya Usmar Ismail identik dengan keIndonesiaannya.


Lewat Film Djenderal Kantjil, Sako Academy Kenalkan Sosok Usmar Ismail

26 hari lalu

Poster film Djenderal Kantjil. Foto: Wikipedia.
Lewat Film Djenderal Kantjil, Sako Academy Kenalkan Sosok Usmar Ismail

Sako Academy menyelenggarakan pemutaran film yang diproduseri oleh Usmar Ismail di Kota Bukittinggi. Film yang diputar berjudul Djenderal Kantjil.


Hari Film Nasional, Prilly Latuconsina Punya Harapan Besar untuk Sineas Muda

26 hari lalu

Prilly Latuconsina dalam acara konferensi pers Hari Film Nasional bersama Netflix Indonesia di Jakarta, Rabu, 27 Maret 2024. TEMPO/Marvela
Hari Film Nasional, Prilly Latuconsina Punya Harapan Besar untuk Sineas Muda

Memperingati Hari Film Nasional, Prilly Latuconsina mengungkapkan harapannya untuk sineas muda dan masa depan industri perfilman Indonesia.


Sako Academy Gelar Putar Film Usmar Ismail di Kota Kelahiran

26 hari lalu

Pembukan perayaan Hari Film Nasional i oleh Arif Malin Mudo yang merupakan Founder Sako Academy. Perayaan Hari Film Nasional tersebut dilakukan pada Kamis 28 Maret 2024 di Kota Bukitinggi.Foto TEMPO/Fachri Hamzah.
Sako Academy Gelar Putar Film Usmar Ismail di Kota Kelahiran

Sako Academy mengelar peringatan Hari Film Nasional di Kota Bukitinggi, Sumatera Barat pada Kamis 28 Maret 2024 dengan cara memutar film Usmar Ismail.


Profil Usmar Ismail, Wartawan yang Jadi Bapak Film Nasional

26 hari lalu

Usmar Ismail. Dok.Kemendikbud
Profil Usmar Ismail, Wartawan yang Jadi Bapak Film Nasional

Usmar Ismail dikenal sebagai bapak film nasional karena peran penting dalam perfilman Indonesia, Diberi gelar pahlawan nasional oleh Jokowi.


Kisah Darah dan Doa, Film Longmarch of Siliwangi yang Jadi Hari Film Nasional

26 hari lalu

Film Darah dan Doa karya Usmar Ismail. wikipedia
Kisah Darah dan Doa, Film Longmarch of Siliwangi yang Jadi Hari Film Nasional

Pengambilan gambar film Darah dan Doa dijadikan peringatan Hari Film Nasional setiap 30 Maret


Melawat ke Kota Kelahiran Bapak Perfilman Indonesia Usmar Ismail di Bukittinggi

26 hari lalu

Seorang warga sedang memotret mural Usmar Ismail yang berada di Janjang 40, Kota Bukittinggi, Sumatra Barat, Jumat, 29 Maret 2024. (TEMPO/Fachri Hamzah)
Melawat ke Kota Kelahiran Bapak Perfilman Indonesia Usmar Ismail di Bukittinggi

Hari Film Nasional 2024 digelar dengan mendatangi tempat-tempat yang penuh kenangan bagi Usmar Ismail di Kota Bukittinggi.