TEMPO.CO, Bandung - Johana Permana, 27 tahun, menggelar pameran tunggal perdananya yang berjudul Belulang Daun di Galeri Orbital Dago Bandung. Berlangsung sejak 24 Februari hingga 12 Maret 2023, selusin judul karyanya mengolah tulang beberapa jenis daun. “Konsepnya lebih ke arah menyampaikan bahwa dari tulang daun itu punya karakter tersendiri,” katanya, Ahad, 26 Februari 2023.
Dia membuat karya seni kriya itu sejak 2017 hingga sekarang. Johana merintisnya saat tingkat akhir sejak kuliah di jurusan Kriya Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung pada 2014. Dari hasil eksplorasinya pada beberapa jenis daun, ia kemudian memilih daun bisbul, daun sirsak, dan daun kupu-kupu. “Yang dicari tulang daun dan karakternya yang transparan, kulit daunnya juga bisa dikelupas,” ujarnya.
Manfaatkan Tulang Daun Jadi Karya Seni Kriya
Kerangka tulang daun itu kemudian disusun dengan pola dan tata letak tertentu yang bercorak abstrak lalu ditampilkan sebagai instalasi. Lembaran tulang daun itu misalnya dipasang pada rangka kayu yang berfungsi sebagai sekat atau pembatas di ruangan, menempel pada tirai, juga lampu. Cahaya lampu berwarna kuning pada beberapa karya bertujuan untuk menonjolkan tulang daun, memunculkan kesan misterius, serta kehangatan dan kenyamanan.
Menurut Johana, kreasinya juga bisa dipakai untuk kebutuhan interior. Kekaryaan seperti itu sebelumnya ia sertakan pada beberapa pameran bersama 2017-2018. “Sebagai ekspresi cinta terhadap alam, saya ingin dari penggunaan daun ini akan bisa menghasilkan produk yang sangat baik dan bisa sustainable,” ujarnya.
Kolase dedaunan ditekuni Johana sejak 2017 hingga sekarang untuk karya kriyanya. (Dok.Galeri)
Di sisi lain dia melihat banyak daun yang dibuang begitu saja. Ide menggunakan daun dan mengolah tulangnya itu setelah melihat bagaimana daun bisa terkelupas sendiri di dalam air. “Kerangka daunnya baik untuk dikoleksi atau disusun secara kolase untuk menjadi produk,” kata Johana.
Tahapan Johana Permana Olah 4.000 Lembar Daun
Namun begitu, dia mengaku kesulitan dalam proses pengolahannya yang menggunakan sekitar 4.000 lembar daun. Terutama pada tahap awal yaitu perendaman daun di dalam air yang butuh waktu berhari-hari dan airnya harus diganti setiap hari. Tujuannya untuk menghindari pembusukan.
Untuk menghemat waktu, perendaman bisa menggunakan bahan seperti soda kue atau soda api. Setelah kurang dari satu jam, dedaunan itu dijemur tanpa terkena sinar matahari langsung hingga daun tampak tembus pandang dan bentuk tulangnya terlihat jelas. Pada karyanya, material itu kemudian ada yang dilapis penguat serat dan tidak.
Johana pun menggunakan pewarna alami dari kayu secang dan kayu tingi, dan sebagian lagi warna asli dari dedaunan yang dipakai. Dari kekaryaannya itu, ia menampilkan dedaunan yang memiliki hasra. “Bahwa mereka pun mempunyai keindahan yang patut untuk dipertimbangkan.”
Pilihan Editor: Gelar Pameran Tunggal, Lukisan Tennessee Caroline Tampilkan Sosok Anak Perempuan Jutek
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.