TEMPO.CO, Jakarta - Kahlil Gibran yang lahir pada 6 Januari 1883 adalah seorang penulis, penyair, dan seniman visual asal Lebanon. Selain itu, berdasarkan buku Gibran in His Museum, ia juga dianggap sebagai filsuf, meskipun gelar tersebut ditolak olehnya.
Namanya melambung berkat tulisannya dengan judul The Prophet yang pertama kali diterbitkan pada 1923 dan sejak itu menjadi salah satu buku terlaris sepanjang masa. Buku ini juga telah diterjemahkan ke dalam lebih dari 100 bahasa. Namun, bukan buku itu yang menceritakan kisah tentang cintanya, tepatnya cinta pertama Gibran, melainkan melalui buku hariannya ia menceritakan gadis pertamanya.
Pada 4 Mei 1908, Kahlil Gibran memberi tahu pelindungnya, Mary Elizabeth Haskell sebuah cerita ketika ia mengunjungi Beirut (1898-1902). Saat itu, ia masih menjadi mahasiswa di Universitas al-Hikmah dan bertemu dengan seorang gadis yang tidak memiliki keberanian untuk mengungkapkan perasaannya.
Sang penyair menceritakan gadis tersebut yang selalu menyertai kehidupannya kepada Mary. Dengan pembawaan yang sederhana dan lembut, Gibran menceritakan bahwa ketika ia kuliah di Suriah, ada seorang teman perempuannya dan memiliki ketiga putri yang sangat baik kepadanya. Mereka selalu memberikan Gibran buah. Namun, suatu waktu, ketika mereka memberikan Gibran buah, ia bertemu dengan perempuan lain, yaitu seorang janda berusia 22 tahun, tetapi ketika itu, Gibran masih berusia 17 tahun. Seorang perempuan tersebut disebut namanya Sultana Tabit yang memiliki paras cantik, pintar, puitis, dan menawan. Ia tampak luar biasa bagi Gibran.
Baca: Perjalanan Cinta Seorang Gibran
Akhirnya, selama empat bulan mereka saling mengenal satu sama lain, bahkan mereka bertukar buku dan catatan pribadi. Sayangnya, Gibran hanya sebentar menjalin kisah romansa dengan Tabit. Tidak berapa lama dari proses saling mengenal satu sama lain, Tabit harus mengembuskan napas terakhirnya. Saat mengunjungi Tabit untuk terakhir kalinya, ia dipanggil oleh seorang teman Tabit untuk diberikan syal sutra, beberapa perhiasan, dan satu paket berisi 17 surat disegel yang dialamatkan kepadanya, sebagaimana ditulis dalam Gibran’s First Love: The Riddle Of Sultana Tabet.
Kahlil Gibran pun menyebut 17 surat yang masih disegel sebagai surat cinta nan lembut, bahkan dapat dikatakan indah. Gibran pun mengungkapkan kesedihannya kehilangan cinta pertamanya. Ia juga sangat menyayangkan mengapa belasan surat tersebut tidak dikirim ketika Tabit masih ada di dunia. Akibatnya, butuh waktu berbulan-bulan untuk Gibran tidak lagi memikirkan kisah romansanya dengan Tabit yang hanya seumur jagung saja.
Secara lebih lanjut, Gibran mendeskripsikan sosok Tabit kepada Mary. Menurut Gibran, Tabit adalah sosok perempuan cantik dengan leher panjang dan melengkung, bibir bawahnya berbentuk daun, dan telinganya penuh lekukan. Gibran juga mengakui bahwa Tabit selalu memenuhi pikirannya pada siang hari, kapan saja. Meskipun pikiran Gibran tertuju pada orang lain, tetapi Tabit datang sehingga membuat pikiran Gibran hanya fokus padanya.
Beberapa penulis biografi dalam Remembering Dr Ayyub Tabet pun mengungkap siapa Tabit sebenarnya, mereka menegaskan bahwa Tabit adalah adik dari salah satu sahabat Gibran semasa kuliah, Ayyub Tabet, seorang tokoh nasionalis asal desa Bhamdoun.
Ia pernah menjabat sebagai Perdana Menteri pada 1936-1937, lalu menjabat sebagai Presiden Lebanon selama Mandat Perancis dari 18 Maret hingga 22 Juli 1943 menggantikan Presiden Alfred Naccache (1888-1978), dan pernah menjadi Perdana Menteri Lebanon untuk periode yang sama.
Namun, fakta-fakta lain tentang Sultana Tabit sebenarnya masih bertebaran luas dan sampai sekarang menjadi teka-teki untuk dipecahkan secara pasti. Lantas, tepatkah menyatakan bahwa Sultana Tabit memang eksis di dunia atau hanya sekadar imajinasi seorang penyair ternama, Kahlil Gibran saja?
RACHEL FARAHDIBA R
Baca juga: Salma Hayek Buat Film Animasi Sang Nabi Karya Gibran
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.