TEMPO.CO, Jakarta - Raden Haji Oma Irama atau lebih dikenal dengan Rhoma Irama yang lahir pada 11 Desember 1946. Sosok legendaris asal Tasikmalaya ini adalah seorang penyanyi, musikus, penulis lagu, produser, aktor hingga politisi.
Raja dangdut Indonesia yang kini genap berusia 76 tahun pernah menempuh pendidikan di Sekolah Rakyat Kibono Manggarai (Jakarta), SMP Pondok 1 (Jakarta), dan SMA Saint Joseph (Solo). Ia juga sempat berkuliah di Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta, tetapi tidak menyelesaikannya.
Mengutip p2k.unkris.ac.id, lalu, pada Februari 2005, ia memperoleh gelar doktor honoris causa dari American University of Hawaii dalam bidang dangdut. Namun, gelar tersebut dipertanyakan banyak pihak karena universitas ini diketahui tidak mempunyai murid sama sekali di Amerika Serikat (AS) sendiri dan hanya mengeluarkan gelar kepada warga non-AS di luar negeri. Selain itu, universitas ini pun tidak diakreditasikan oleh pemerintah negara bagian Hawaii.
Baca: Rhoma: Walau Tak Jadi Presiden Saya Tetap Raja
Rhoma Irama: Musik, Politik dan Pendidikan
Sementara itu, awal karier Rhoma Irama dalam dunia hiburan mulai dikenal melalui bintang film kanak-kanak, Djendral Kantjil (1958-an). Setelah itu, ia mulai memasukkan kakinya dalam dunia musik. Saat itu, Rhoma sudah menjadi penyanyi, gitaris, pimpinan, dan musisi ternama dan mulai membentuk band Tornado bersama kakaknya, Benny Muharam dan tiga orang lainnya pada 1959. Rhoma dan Benny mengadopsi gaya bernyanyi dari Everly Brothers dasal Amerika. Sayangnya, Tornado bubar dan berpindah haluan menjadi Gayhand pada 1963.
Tak lama kemudian, Rhoma pindah dan bergabung dengan Orkes Chandra Leka sampai akhirnya membentuk band sendiri, Soneta yang sejak 13 Oktober 1973 mulai berkibar. Bersama Soneta yang dipimpinnya, Rhoma tercatat pernah memperoleh 11 Golden Record dari kaset-kasetnya. Berdasarkan data penjualan kaset dan jumlah penonton film-film yang dibintanginya, penggemar Rhoma tidak kurang dari 15 juta atau 10 persen penduduk Indonesia yang tercatat sampai pertengahan 1984. "Tidak ada jenis kesenian mutakhir yang memiliki lingkup sedemikian luas, seperti Rhoma Irama", seperti dikutip majalah Tempo.
Pada 13 Oktober 1973, Rhoma menggaungkan semboyan "Voice of Moslem" (Suara Muslim) yang bertujuan menjadi agen pembaharu musik Melayu dengan memadukan unsur musik rock dalam musik Melayu serta improvisasi atas aransemen, syair, lirik, kostum, dan penampilan di atas panggung. Bukan hanya rock yang dipadu oleh Rhoma Irama, melainkan api musik pop, India, dan orkestra pun demikian.
Selain sukses dalam bermusik, Rhoma juga sukses dalam dunia film secara komersial. Hampir semua film yang dibintangi Rhoma selalu laku, bahkan sebelum sebuah film selesai diproses, orang sudah membelinya, seperti Satria Bergitar. Film tersebut dibuat dengan biaya Rp750 juta, tetapi ketika belum rampung sudah memperoleh penghasilan Rp400 juta.
Tidak hanya dunia hiburan, Rhoma juga terlibat dalam dunia politik. Pada masa awal orde baru, ia sempat menjadi maskot penting PPP, setelah menjadi musuh besar pemerintahan orde baru lantaran menolak bergabung dengan Golkar. Meskipun, Rhoma pernah memutuskan untuk tidak aktif berpolitik dalam beberapa waktu, tetapi akhirnya terpilih menjadi anggota DPR mewakili golongan seniman dan artis pada 1993. Lalu, pada pemilu 2004 Rhoma Irama tampil di panggung kampanye PKS.
Dalam panggung politik, Rhoma Irama sempat membesut Partai Islam Damai Aman (Idaman) yang terdaftar di Kementerian Hukum dan HAM. Dalam dunia pendiikan, Rhoma Irama mendirikan lembaga pendidikan mennegah, Perguruan Islam Rhoma Irama, di Karawang, Jawa Barat yang diresmikan pada Ahad 23 Januari 2022.
Kariernya yang sangat luas ini membuat Rhoma Irama memiliki banyak penghargaan ataupun pengakuan. Berikut adalah beberapa penghargaan dan pengakuan, baik nasional maupun internasional yang pernah diraih oleh raja dangdut Indonesia ini, yaitu:
1. Raja Musik Asia Tenggara dalam majalah Asia Week edisi XVI (1985),
2. Pengakuan The Indonesian Rocker dari dunia musik Amerika dalam majalah Entertainment edisi Februari (1992),
3. Legenda Dangdut Indonesia dalam Anugerah Dangdut Indonesia (1997), dan
4. The Immortals: 25 Artis Indonesia Terbesar Sepanjang Masa dalam majalah Rolling Stone Indonesia (2008).
Di sela-sela kegiatannya bermusik, kini Rhoma Irama pun aktif di akun YouTube miliknya yaitu Bisikan Rhoma yang memiliki lebih dari 1,6 juta subscriber. Akun ini merupakan perbincangan Rhoma Irama dengan berbagai tokoh mulai ulama hingga penyanyi dan pelawak legendaris.
RACHEL FARAHDIBA R
Baca juga: Rhoma Irama Layak Jadi Presiden
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.