TEMPO.CO, Jakarta - Kalimba merupakan bentuk modern dari alat musik tradisional Mbira. Alat musik ini berasal dari Afrika Selatan yang dipopulerkan ke penjuru dunia oleh Hugh Tracey. Tracey adalah etnomusikolog asal Inggris yang banyak mempelajari dan mengarsipkan musik tradisional Afrika Selatan dan Afrika Tengah.
Megutip dari laman Grinnell College Musical Instrument Collection, kalimba sering digunakan untuk hiburan pribadi atau musik dansa, tetapi juga dapat dimainkan dalam upacara adat seperti upacara Spirit of Bira di Zimbabwe.
Hugh Tracey bekerja dangan cara merekam dan mempelajari musik Afrika, dan ingin memperkenalkan instrumen Afrika yang menarik, ramah, dan unik ini kepada dunia. Alat musik ini dibuat menggunakan baja Sheffield dengan mubvamaropa, yaitu kayu keras resonansi yang secara tradisional digunakan untuk Mbira di Afrika tengah dan selatan.
Tak hanya suara indah yang dihasilkan, kemudahan dalam memainkan alat musik ini juga menjadi pendukung dalam popularitas alat musik kalimba itu sendiri. Orang-orang sering menyebut kalimba sebagai “piano jempol” dari Zimbabwe.
Baca : Piano dua Jempol
Melansir dari laman Binus University, alat musik ini juga merupakan bagian dari alat musik perkusi. Untuk memainkannya cukup dengan memetik ujung tuts logam yang ada pada kalimba, caranya kurang lebih sama dengan cara memainkan piano.
Seiring berkembangnya zaman, kalimba terus dikenal dan menjadi alat musik trend saat ini, termasuk di Indonesia. Suara yang menenangkan menjadi daya tarik alat musik ini. Harga yang terjangkau, dan mudah dibawa kemana-mana menjadi penyebab masyarakat tertarik untuk memperlajari kalimba.
Baca : Pakar Internasional Bicarakan Alat Musik dari Dieng di Melbourne
Memainkan alat musik kalimba pun cukup mudah. Kalimba di pegang dengan kedua tangan lalu kedua jempol di gunakan untuk memetik ujung logam hingga menghasilkan nada-nada yang indah dan merdu. Suara yang keluar akan di perkuat oleh resonantor dari lubang buluh kayu tersebut.
Ada beberapa cara merubah nada agar suara kalimba lebih tinggi atau rendah. Yaitu dengan cara menjauhkan lempengan besi dari lubang resonansi. Jika ingin membuat nada rendah maka perdekat ke lubang resonansi. Dengan mengatur posisi lempengan yang ada, maka pemain bisa menghasilkan variasi nada yang lebih tinggi ataupun rendah dari si 'piano jempol' ini.
WINDA OKTAVIA
Baca : Alat Musk Bambu Buatan Cimahi Mendunia
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.