Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

5 Buku Paling Top Karya Buya Hamka yang Meninggal Hari Ini 41 Tahun Lalu

Reporter

Editor

Dwi Arjanto

image-gnews
Museum kelahiran Buya Hamka di danau maninjau, Agam, Sumatra Barat. TEMPO/Wisnu Agung Prasetyo
Museum kelahiran Buya Hamka di danau maninjau, Agam, Sumatra Barat. TEMPO/Wisnu Agung Prasetyo
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta -Tepat pada hari ini di tanggal 24 Juli 1981, sastrawan Indonesia Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau dikenal dengan Buya Hamka meninggal dunia. Semasa hidupnya, ia telah menulis berbagai macam buku dan sastra. 

Beberapa di antaranya telah dijadikan film, seperti karyanya yang berjudul Tenggelamnya Kapal van der Wijck. Berikut adalah 5 karya buku yang dikenal paling top yang pernah dibuatnya:

Tenggelamnya Kapal van der Wijck

Rekomendasi buku pertama dari Buya Hamka berjudul Tenggelamnya Kapal van der Wijck. Buku bergenre novel ini terbilang salah satu keluaran terlamanya, yakni pertama kali terbit sekitar tahun 1938.

Disebutkan dalam ensiklopedia.kemdikbud.go.id, novel ini merupakan cerita sambungan dari rubrik "Feuilleton" majalah Pedoman Masyarakat. Kemudian, cerita bersambung itu dikumpulkan oleh Syarkawi dan diterbitkan di Medan oleh Penerbit Centrale Courant pada tahun 1939.Saking diminatinya novel ini mengalami cetak ulang sampai puluhan kali oleh penerbit yang berbeda-beda.

Secara umum novel fiksi ini menceritakan tentang percintaan, adat, dan kekayaan. Lebih jelasnya mengisahkan mengisahkan pasangan yang cinta satu sama lain, namun kendalanya ialah dihalangi oleh adat Minangkabau yang terkenal kukuh mengatur jodoh seseorang.

Hal yang didapatkan setelah membaca novel fiksi ini adalah mengetengahkan masalah adat dan agama yang perlu dikaji kembali. Serta memperlihatkan bahawa perlunya menghadapai segala rintangan dan cobaan dengan tabah.

Merantau ke Deli

Novel Hamka yang terbilang popular berjudul Merantau ke Deli. Novel ini terbit pada tahun 1939 di Bandung oleh Penerbit Bulan Bintang. Sama seperti tema kebanyakan yang diangkat oleh Hamka, Merantai ke Deli mengandung unsur kebudayaan yang berasal dari Minangkabau.

Melansir ensiklopedia.kemdikbud.go.id, menceritakan tentang stigma buruk untuk lelaki yang berasal Minangkabau untuk menikahi seorang perempuan yang bukan berasal dari sukunya sendiri. Oleh karena itu, terdapat konflik yang menceritakan seputar perkawinan campuran.

Menurut perintis kritik sastra Indonesia, Zuber Usman dalam majalah Pustaka dan Budaya Tahun II No. 7 tahun 1960, mengatakan bahwa novel ini mampu memperlihatkan bagaimana adat dari kebudayaan di Tanah Deli berlangsung.

Kisah dari novel ini pun tercatat laku dan digemari pembacanya. Hal ini dibuktikan ketika di tahun 1960, Merantau ke Deli diterjemahkan ke dalam bahasa Malaysia dengan judul Merantau ka Deli. Di negara tetangga tersebut novel ini mengalami lima kali cetak ulang.

Di Bawah Lindungan Ka’bah

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Di Bawah Lindungan Ka’bah merupakan novel Hamka yang dikenal sebagai sastra klasik Indonesia. Novel ini sendiri mulai terbit pada tahun 1938 dan diterbitkan oleh Balai Pustaka saat itu.

Dikutip dari encyclopedia.jakarta-tourism.go.id, menceritakan tentang kedua sahabat antara Hamid dari keluraga miskin dan Zainab seorang anak dari keluarga kaya. Mereka menjalin cinta, namun hubungannya tak berjalan mulus dan banyak sekali rintangannya.

Perbedaan latar belakang tersebut membuat Hamid memutuskan melanjutkan perjalanan ke Mekkah. Hal ini ia lakukan karena beberapa alasan yang sampai membuatnya berserah diri di hadapan Ka’bah.

Terusir

Novel selanjutnya dari Buya Hamka dengan judul Terusir. Melansir seribupena.com, buku ini mulai terbit pada tahun 2016 yang diterbitkan oleh Gema Insani.

Sedangkan menurut jurnal yang terbit pada tahun 2017, menjelaskan bahwa terdapat banyak konflik yang ada dalam buku ini. Salah satunya ialah dari peran utamanya yang mendapatkan beberapa masalah percintaan dan keluarga.

Pelajaran yang dapat diambiil dari kisah novel ini mengajari bahwa terdapat alasan dari segala hal yang dilakukan. Selain itu, novel ini juga mengajarkan agar selalu bersikap adil kepada semua orang.

Si Sabariah

Novel terlaris dari Hamka berjudul Si Sabariah yang terbit pada tahun 1928. Fakta uniknya adalah buku ini merupakan novel yang paling pertama kali digarap oleh Hamka.

Dalam novel ini, Buya Hamka memasukkan dan menjelaskan berbagai gagasannya yang terjadi dalam adat Minangkabau. Misalnya dengan melihat perempuan di daerahnya yang mulai tergerus oleh materialisme dan kapitalisme. Tokoh dari cerita ini adalah Sabariah dan Pulai yang diceritakan hubungannya semakin banyak tantangannya.

FATHUR RACHMAN
Baca juga : Buya Hamka Selesaikan Tafsir Al-Azhar 30 Jilid Selama 2 Tahun Dipenjara Orde Lama

Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


64 Tahun PMII, Respons Mahasiswa Muslim terhadap Situasi Politik

2 hari lalu

Presiden Joko Widodo saat Peresmian Pembukaan Musyawarah Nasional VI Ikatan Alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (IKA PMII) Tahun 2018di Jakarta, Jumat 20 Juli 2018. TEMPO/Subekti.
64 Tahun PMII, Respons Mahasiswa Muslim terhadap Situasi Politik

Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) merupakan salah satu dari sekian banyak organisasi mahasiswa yang masih eksis sampai saat ini.


Pasang Surut Hubungan Indonesia-Cina dalam Rentang 74 Tahun

18 hari lalu

Bendera Cina dan Indonesia. Shutterstock
Pasang Surut Hubungan Indonesia-Cina dalam Rentang 74 Tahun

Prabowo Subianto, memilih Cina sebagai negara pertama yang dikunjunginya, menandai pentingnya hubungan Indonesia-Cina.


Terkini: Nilai THR Jokowi dan Ma'ruf Amin, Kisah Sri Mulyani Dirayu Susi Pudjiastuti Pulang ke Indonesia

25 hari lalu

Presiden Joko Widodo bersama Wakil Presiden Maaruf Amin memimpin Sidang Kabinet Paripurna di Istana Negara, Jakarta, Selasa 9 Januari 2024. Sidang kabinet membahas Peningkatan Kinerja Aparatur Sipil Negara Melalui Keterpaduan Layanan Digital Pemerintah. TEMPO/Subekti.
Terkini: Nilai THR Jokowi dan Ma'ruf Amin, Kisah Sri Mulyani Dirayu Susi Pudjiastuti Pulang ke Indonesia

Berita terkini: Berapa nilai THR yang diterima Jokowi dan Ma'ruf Amin? Kisah Sri Mulyani saat dirayu Susi Pudjiastuti untuk pulang ke Indonesia.


Wisata Religi Sumbar, Ada Masjid dengan Arsitektur Terbaik hingga Surau Buya Hamka

25 hari lalu

Masjid Raya Sumatera Barat. Foto : Pemkot Padang
Wisata Religi Sumbar, Ada Masjid dengan Arsitektur Terbaik hingga Surau Buya Hamka

Destinasi wisata religi di Sumbar banyak jumlahnya, antara lain Masjid Raya Sumatera Barat hingga surau tempat Buya Hamka menimba ilmu agama.


Prabowo Banggakan Rasio Pajak Orba, Begini Respons Direktorat Jenderal Pajak

25 hari lalu

Calon Presiden terpilih Prabowo Subianto memberikan sambutan dalam acara buka puasa bersama DPP PAN di Jakarta, Kamis 21 Maret 2024. Kegiatan tersebut merupakan kegiatan buka puasa bersama pertama usai Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka diputuskan oleh KPU dalam Keputusan KPU Nomor 360 Tahun 2024 menjadi pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden terpilih. ANTARA FOTO/ Rivan Awal Lingga
Prabowo Banggakan Rasio Pajak Orba, Begini Respons Direktorat Jenderal Pajak

Respons Direktorat Jenderal Pajak terhadap pernyataan Prabowo Subianto yang membanggakan rasio pajak era Orba.


Prabowo Sebut Rasio Pajak di Era Reformasi Kalah dari Zaman Orde Baru, Benarkah?

28 hari lalu

Calon Presiden (Capres) nomor urut dua, Prabowo Subianto, saat melakukan Konferensi Pers usai acara Buka Puasa Bersama DPP PAN dan Konferensi Pers yang berlokasi di Kantor DPP PAN, Kalibata, Jakarta Selatan, pada Kamis, 21 Maret 2024. TEMPO/Adinda Jasmine
Prabowo Sebut Rasio Pajak di Era Reformasi Kalah dari Zaman Orde Baru, Benarkah?

Prabowo Subianto, kembali menyinggung soal rendahnya rasio penerimaan pajak (tax rasio) terhadap PDB yang lebih rendah dari zaman Orde Baru.


Rasio Pajak di Era Orde Baru Sampai 14 Persen, Prabowo: Kenapa Sekarang Turun?

28 hari lalu

Calon Presiden terpilih Prabowo Subianto memberikan sambutan dalam acara buka puasa bersama DPP PAN di Jakarta, Kamis 21 Maret 2024. Kegiatan tersebut merupakan kegiatan buka puasa bersama pertama usai Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka diputuskan oleh KPU dalam Keputusan KPU Nomor 360 Tahun 2024 menjadi pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden terpilih. ANTARA FOTO/ Rivan Awal Lingga
Rasio Pajak di Era Orde Baru Sampai 14 Persen, Prabowo: Kenapa Sekarang Turun?

Prabowo Subianto menyinggung rasio penerimaan pajak saat ini yang lebih rendah dari era orde baru (orba).


Sinetron dan Film yang Dibintangi Donny Kesuma, Ini Perannya di Film Buya Hamka

29 hari lalu

Donny Kesuma. Foto: Instagram.
Sinetron dan Film yang Dibintangi Donny Kesuma, Ini Perannya di Film Buya Hamka

Selain menjadi atlet berprestasi, Donny Kesuma merupakan aktor yang telah membintangi sejumlah sinetron hingga layar lebar di Tanah Air, yang terbaru ada Trilogi Buya Hamka


Pintu Masuk Prajurit TNI - Polri Duduki Jabatan Sipil, Ingat Kembali Strategi Dwifungsi ABRI Orde Baru

33 hari lalu

Apel Gelar Pasukan Skala Besar Pengamanan Pemilu di Lapangan Benteng Medan, Kamis 11 April 2019. Tempo/Sahat Simatupang
Pintu Masuk Prajurit TNI - Polri Duduki Jabatan Sipil, Ingat Kembali Strategi Dwifungsi ABRI Orde Baru

Dwifungsi ABRI merupakan jabatan ganda prajurit TNI dan Polri sehingga mendapatkan jabatan sipil, hal itu muncul pada zaman Orde Baru. Muncul lagi?


58 Tahun Lalu Sidang MPRS Putuskan Soeharto Jadi Pejabat Presiden, Dimulainya Orde Baru

37 hari lalu

Sukarno dan Soeharto
58 Tahun Lalu Sidang MPRS Putuskan Soeharto Jadi Pejabat Presiden, Dimulainya Orde Baru

Pada 12 Maret 1966, MPRS menunjuk Soeharto sebagai Pejabat Presiden pada 12 Maret 1967. Ini menandai berakhirnya kekuasaan Sukarno, berganti Orde Baru