Debut Monolog, Dira Sugandi Akui Punya Banyak Kesamaan dengan Pelukis Emiria Soenassa

 Dira Sugandi tampil sebagai Emiria Soenassa dalam seri monolog Di Tepi Sejarah berjudul Yang Tertinggal di Jakarta pada Sabtu, 2 Juli 2022 di Teater Kecil, Taman Ismail Marzuki Jakarta. Foto: Yose Riandi/Titimangsa.
Dira Sugandi tampil sebagai Emiria Soenassa dalam seri monolog Di Tepi Sejarah berjudul Yang Tertinggal di Jakarta pada Sabtu, 2 Juli 2022 di Teater Kecil, Taman Ismail Marzuki Jakarta. Foto: Yose Riandi/Titimangsa.

TEMPO.CO, Jakarta - Penyanyi, Dira Sugandi berhasil memerankan Emiria Soenassa dalam pertunjukan monolog panjang berjudul Yang Tertinggal di Jakarta pada Sabtu, 2 Juli 2022 di Teater Kecil, Taman Ismail Marzuki Jakarta. Pertunjukan monolog tersebut ini merupakan debut Dira bermain di dunia monolog.

Dira berperan sebagai Emiria Soenassa, pelukis perempuan yang turut berjuang untuk kemerdekaan Indonesia lewat dunia seni rupa namun namanya jarang tercatat di buku sejarah. Emiria Soenassa sendiri merupakan perempuan pelukis pertama di Indonesia, yang hidup di tahun 1895-1964. Ia baru mulai melukis saat telah berusia 45 tahun, tetapi sangat produktif dalam menghasilkan karya. Ia bergabung dalam organisasi Persatuan Ahli Gambar Indonesia (PERSAGI) yang mana kebanyakan anggotanya adalah laki-laki, dengan usia yang jauh lebih muda darinya. Ia mengikuti berbagai pameran lukis dan memenangkan beberapa penghargaan.

Selain melukis, Emiria juga dikenal sebagai seorang pemikir revolusioner. Tahun 1949, ia menjadi salah satu delegasi yang menghadiri Konferensi Meja Bundar di Den Haag, Belanda. Sebelum aktif menjadi pelukis, Emiria sempat menjadi perawat dan kepala perkebunan.

Dira Sugandi tampil sebagai Emiria Soenassa dalam seri monolog Di Tepi Sejarah berjudul Yang Tertinggal di Jakarta pada Sabtu, 2 Juli 2022 di Teater Kecil, Taman Ismail Marzuki Jakarta. Foto: Paramita/Titimangsa.

Dalam majalah Perintis yang terbit pada 1951, Usmar Ismail, tokoh perfilman Indonesia, menyebut Emiria sebagai perintis dan mendudukkannya sejajar dengan Chairil Anwar dan Kartini. Bukan hanya perintis dalam seni lukis Indonesia, tetapi ia juga disebut sebagai juru rawat maupun kepala perkebunan pertama yang berkebangsaan Indonesia.

Dira Sugandi menyampaikan bahwa memainkan sosok Emiria mempunyai tantangan sendiri karena bermain monolog tantangannya berbeda dengan menyanyi. Meski begitu, ada kesamaan sifat Emiria dengan Dira yang membuatnya tertantang untuk memainkan peran ini. "Kami sama-sama seniman, saya merasa ada kesamaan ada sifat keukeuh, fearless, ada nyelenehnya juga. Kayaknya saya sama Emiria itu sama juga kalau ide-ide atau pemikiran yang tidak disampaikan itu bikin gelisah. Jadi bilang ini penampilan sulit namun saya didukung oleh tim yang baik," kata Dira saat diwawancara setelah pertunjukan.

Felix K. Nesi, penulis naskah Emiria Soenassa: Yang Tertinggal di Jakarta mengungkapkan butuh waktu yang cukup panjang untuk memahami perjalanan hidup maupun pemikiran Emiria Soenassa. Hal tersebut dikarena sosok tersebut sangat berada jauh dari catatan sejarah. Sumber-sumber sejarah tentang Emiria pun sangat kurang.

"Saya menghubungi sejarawan dan beberapa orang yang pernah menulis atau mengenal Emiria. Saya juga mencari koleksi lukisannya dan mencoba menangkap apa yang ia lihat, tapi tampaknya tidak ada yang benar-benar mengenal dan memahami Emiria. Ia perempuan yang penuh kejutan dan misterius. Idenya kerap melampaui cara pandang kebanyakan orang dari zamannya,” ungkap pemenang sayembara Novel DKJ 2018 lewat novel Orang-Orang Oetimu ini.

Dira Sugandi tampil sebagai Emiria Soenassa dalam seri monolog Di Tepi Sejarah berjudul Yang Tertinggal di Jakarta pada Sabtu, 2 Juli 2022 di Teater Kecil, Taman Ismail Marzuki Jakarta. Foto: Yose Riandi/Titimangsa.

Pendiri Titimangsa dan produser pementasan, Happy Salma mengungkapkan perlunya meneruskan serial monolog ini. Di Indonesia masih banyak tokoh yang belum tercatat dalan buku sejarah. Menurutnya, pementasan monolog Emiria ini semestinya menjadi ruang diskusi tentang kesejarahan di negeri ini.

"Serial monolog Di Tepi Sejarah merupakan salah satu upaya melawan hoax, karena memberikan ruang kepada kita untuk menyerap dan memahami berbagai peristiwa sehingga nalar kita pun terasah. Kisah-kisah ini merupakan interpretasi terhadap sejarah itu sendiri, inginnya juga mampu membuka ruang diskusi,” ujarnya. 

Titimangsa dan KawanKawan Media bekerjasama dengan Direktorat Perfilman, Musik dan Media Kemendikbudristek menggelar pertunjukan Di Tepi Sejarah untuk musim kedua. Di Tepi 
Sejarah akan ditayangkan secara daring pada Agustus 2022 di saluran Kemendikbudristek RI, yaitu kanal Youtube Budaya Saya dan di saluran televisi Indonesiana TV. Di Tepi Sejarah merupakan sebuah seri monolog yang menceritakan tentang tokoh-tokoh yang ada di tepian sejarah. Mereka mungkin kurang disadari kehadirannya dan tersisih dalam catatan besar sejarah bangsa namun menjadi bagian dalam peristiwa-peristiwa penting yang terjadi di Indonesia.

Baca juga: Monolog Ismail Marzuki, Lukman Sardi: Menghargai Sosok Pahlawan Tanpa Memegang Senjata

Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.








Profil Achmad Noe'man, Arsitek 1000 Masjid, Pelopor Rancangan Masjid Tanpa Kubah

9 hari lalu

Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil  mengumumkan desain masjid untuk Gaza, Palestina kepada publik di Masjid Salman ITB, Minggu, 27 Januari 2019.(dok Pemprov Jabar)
Profil Achmad Noe'man, Arsitek 1000 Masjid, Pelopor Rancangan Masjid Tanpa Kubah

Achmad Noe'man adalah salah satu arsitek yang mempelopori bangunan masjid tanpa kubah di Indonesia.


Planetarium TIM Tak Berfungsi, PSI DKI: Anggaran Fantastis, Hanya Ganti Kursi dan Karpet

19 hari lalu

Revitalisasi Taman Ismail Marzuki (TIM) di Cikini, Jakarta Pusat, telah selesai. Namun, sampai hari ini Planetarium dan Observatorium Jakarta masih ditutup. Tak ada kunjungan publik apalagi kegiatan peneropongan bintang.
Planetarium TIM Tak Berfungsi, PSI DKI: Anggaran Fantastis, Hanya Ganti Kursi dan Karpet

Wakil Ketua Komisi E Bidang Kesra DPRD DKI Anggara Wicitra Sastroamidjojo menyayangkan situs Planetarium dan Observatorium Jakarta tidak berfungsi.


Rayakan Hari Perempuan Internasional, IFI Bandung Putar Film Terbaik Berbahasa Sunda

20 hari lalu

Poster film Before, Now & Then. Foto: Instagram Kamila Andini.
Rayakan Hari Perempuan Internasional, IFI Bandung Putar Film Terbaik Berbahasa Sunda

IFI Bandung mengungkapkan alasannya memutar film terbaik berbahasa Sunda, Before, Now & Then (Nana) diputar di Hari Perempuan Internasional.


Di Planetarium Jakarta, Pejabat Kemenko PMK Lihat Banjir dan Kotoran Kucing

28 hari lalu

Ruang pameran lantai 1 Planetarium Jakarta pasca-revitalisasi TIM. Ruangan menjadi tertutup dan tak bisa digunakan. Foto: Maria Fransisca Lahur
Di Planetarium Jakarta, Pejabat Kemenko PMK Lihat Banjir dan Kotoran Kucing

Anggota Akademi Jakarta, Karlina Supelli, mengungkap perkembangan terbaru dari Planetarium Jakarta.


KPPU Sebut Jakpro Bantah Dugaan Persekongkolan Tender Proyek Revitalisasi TIM Tahap III

54 hari lalu

Revitalisasi Taman Ismail Marzuki (TIM) di Cikini, Jakarta Pusat, telah selesai. Namun, sampai hari ini Planetarium dan Observatorium Jakarta masih ditutup. Tak ada kunjungan publik apalagi kegiatan peneropongan bintang.
KPPU Sebut Jakpro Bantah Dugaan Persekongkolan Tender Proyek Revitalisasi TIM Tahap III

KPPU mengatakan para terlapor, termasuk PT Jakpro menolak soal dugaan persengkokolan tender proyek revitalisasi Taman Ismail Marzuki (TIM) Tahap III.


JakPro Buka Suara soal Kasus Dugaan Persekongkolan dalam Proyek Revitalisasi TIM

56 hari lalu

Foto udara proyek revitalisasi Taman Ismail Marzuki (TIM) di Cikini, Jakarta Pusat, Jumat, 11 Maret 2022. Pengerjaan revitalisasi TIM yang dimulai pertengahan tahun 2019 tersebut ditargetkan selesai pada akhir tahun 2022. TEMPO / Hilman Fathurrahman W
JakPro Buka Suara soal Kasus Dugaan Persekongkolan dalam Proyek Revitalisasi TIM

Komisi Pengawas Peraingan Usaha (KPPU) tengah mengusut dugaan persekongkolan dalam tender proyek revitalisasi TIM yang melibatkan PT Jakpro


KPPU Gelar Sidang Perdana Dugaan Persekongkolan Tender Revitalisasi TIM

17 Januari 2023

Kantor Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU). TEMPO/Tony Hartawan
KPPU Gelar Sidang Perdana Dugaan Persekongkolan Tender Revitalisasi TIM

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) menggelar kasus dugaan persekongkolan tender revitalisasi Pusat Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki (TIM)


Marak Pencurian Helm di TIM, Pengelola Bakal Siapkan Tempat Penitipan

6 Januari 2023

Revitalisasi Taman Ismail Marzuki (TIM) di Cikini, Jakarta Pusat, telah selesai. Namun, sampai hari ini Planetarium dan Observatorium Jakarta masih ditutup. Tak ada kunjungan publik apalagi kegiatan peneropongan bintang.
Marak Pencurian Helm di TIM, Pengelola Bakal Siapkan Tempat Penitipan

Viral sebuah video pengakuan salah satu warganet yang mengaku kehilangan helm saat mengunjungi Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta


Police Art Festival, Wadah Polri Berikan Seniman Ruang Kritik

18 Desember 2022

Sembilan orang penari Saman beserta satu penyanyi atau pemberi aba-aba membuka acara
Police Art Festival 2022 di Taman Ismail Marzuki, Sabtu 17 Desember 2022. Foto: Purwanta BS
Police Art Festival, Wadah Polri Berikan Seniman Ruang Kritik

Polri berupaya menggelar event untuk masyarakat yang adil dan ramah kepada disabilitas.


Teater Musikal Cek Toko Sebelah Undang Tangis, Tawa Hingga Decak Kagum Penonton

16 Desember 2022

Teater Musikal Cek Toko Sebelah
Teater Musikal Cek Toko Sebelah Undang Tangis, Tawa Hingga Decak Kagum Penonton

Setelah sukses di layar lebar dan series, kini Cek Toko Sebelah hadir dalam medium baru yaitu panggung teater musikal