TEMPO.CO, Jakarta - Pameran bersama AD Pirous juga menghadirkan seniman muda Bandung, Maharani Mancanagara, 31 tahun. Ia mengusung karya bertema pengembaraan dalam pameran bersama di Serambi Pirous, Bandung. Lulusan Seni Grafis Institut Teknologi Bandung itu menggambar karyanya di atas kayu dengan charchoal sebanyak tiga judul. Perempuan kelahiran Padang, Sumatera Barat, itu ikut menyisipkan pepatah Minang soal merantau.
Pameran di Serambi Pirous yang sedang berlangsung itu sebagai perayaan 90 tahun usia seniman Abdul Djalil atau AD Pirous. Dia mengajak 14 seniman untuk pameran bersama di rumahnya. Menurut Maharani, tim dari Serambi Pirous pada awal tahun ini mengajaknya ikut untuk memperingati hari lahir AD Pirous pada 11 Maret 1932 di Meulaboh, Aceh Barat.
Maharani membuat karya terbarunya dengan judul Karatau Tumbuah #1 berukuran 57 x 72 x 12 sentimeter. Kemudian Karatau Tumbuah #2 dengan ukuran 57 x 72 x 7 sentimeter. Juga Buku Biru #2 yang ukurannya lebih besar yaitu 100 x 140 x 7 sentimeter. Kekaryaannya itu bertema soal pengembaraan hidup. “Tak jarang ketika sudah jauh mengembara, manusia luput dari asal mula dimana mereka berpijak,” katanya, Jumat, 15 April 2022.
Menurutnya, dorongan semangat mengembara, pencarian ilmu, dan sesuatu yang berguna, terkadang memerlukan refleksi untuk tetap sadar dengan tujuan hidup yang ditempuh. Dengan membuka kembali catatan dan lipatan keseharian yang sudah dilalui, adakalanya akan membantu untuk mengingatkan soal kebutuhan dan keinginan yang sedang dicapai.
Dia terkesan dengan pameran karya AD Pirous yang berjudul Ja’u Timu: Mengarahlah ke Timur di Selasar Sunaryo Art Space Bandung pada Maret 2012, terkait dengan ulang tahunnya yang ke-80 tahun. Pameran lukisan itu menurut Maharani mengingatkan untuk selalu mencatat, melipat, membentuk, merekam, dan mengarsipkan berbagai hal yang pernah menjadi bagian dari perjalanan seseorang. “Saat berada di persimpangan perjalanan hidup, mengambil jarak untuk melihat kembali apa yang menjadi awal mula tujuan yang ingin dicapai,” ujarnya.
Pameran Ja’u Timu itu menjadi pengalaman perdana bagi Maharani untuk terlibat dan berkesempatan mengenal sosok AD Pirous yang lebih dari sekadar teks di buku seni kebanyakan. Dalam pameran itu, menurut dia, Ja'u Timu dimaknai sebagai semangat mengembara, sikap mencari ilmu, mencari sesuatu yang berguna, dan jalan untuk menemukan diri sendiri.
Prinsip itu mengingatkannya pada sebuah pepatah Minang yang diturunkan bergenerasi. Bunyinya, Karatau tumbuah di hulu, babuah babungo alun, marantau bujang dahulu, di rumah baguno alun. “Maknanya jika di kampung belum bisa berguna untuk orang banyak, sebaiknya merantaulah dahulu,” ujarnya.
Sosok AD Pirous memberikannya banyak pelajaran dari pemikiran, karya, dan pengalaman keseharian. Pengaruhnya juga dalam pengembangan dunia pendidikan di ITB khususnya pada jurusan seni rupa dan desain komunikasi visual. Pirous juga ikut mempelopori acara Pasar Seni ITB yang dinilai sebagai upaya untuk memasyarakatkan seni sehingga lebih dekat gunanya kepada lingkungan sekitar.
Setiap bertemu AD Pirous, kata Maharani, dia selalu merefleksikan diri tentang apa yang sudah dilakukan sampai sekarang. “Kala beliau di usia 90 tahun dalam keadaan sehat walafiat, masih bisa berbuat baik dan memiliki ingatan yang tajam.”
ANWAR SISWADI
Baca: Rayakan Ultah ke-90, AD Pirous Ajak 14 Seniman Pameran Bersama di Rumahnya
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.