Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kisah Eduard Douwes Dekker Alias Multatuli, Menulis Max Havelaar di Lebak?

Reporter

image-gnews
Max Havelaar karya Douwes Dekker
Max Havelaar karya Douwes Dekker
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Eduard Douwes Dekker lahir di Amsterdam, Belanda pada 2 Maret 1820. Eduard Douwes Dekker atau Multatuli, sejak masa kecilnya mengenyam bangku pendidikan di sekolah Latin. Ia adalah murid yang pandai dan rajin, namun semakin lama prestasinya merosot. Akhirnya, ayahnya yang seorang kapten kapal dengan penghasilan cukup mengeluarkannya dari sekolah dan memindahkan Eduard di sebuah kantor dagang.

Penempatannya di sebuah kantor dagang membuatnya merasa jauh dari pergaulan. Ia bertahan selama empat tahun, kemudian pada 1838, Eduard memutuskan untuk pergi ke Pulau Jawa, Hindia Belanda (Indonesia). Tidak lama kemudian, berkat relasi-relasi dari ayahnya, ia mempunyai pekerjaan sebagai pegawai negeri atau ambtenaar di kantor pengawasan keuangan Batavia.

Selanjutnya, tiga tahun kemudian ia melamar pekerjaan sebagai ambtenaar pamong praja di Sumatera Barat. Gubernur Jenderal Andreas Victor Michiels mengirimnya ke Kota Natal, Sumatera Utara yang daerahnya masih terpencil sebagai seorang kontrolir. Hingga pada akhirnya, lantaran sikapnya yang sering mengabaikan perintah atasannya, Eduard diberhentikan dari posisinya. Kemudian ia tinggal di Padang tanpa penghasilan, lalu pada September 1844 ia pulang ke Batavia.

Sambil menunggu penempatan tugas di Batavia, ia menjalin hubungan asmara dengan gadis keturunan bangsawan yang jatuh miskin. Gadis itu bernama Everdine van Wijnbergen, yang sama-sama berasal dari Belanda sepertinya. Akhirnya, keduanya menikah pada April 1846 saat Eduard menjabat sebagai ambtenaar sementara di kantor asisten residen Purwakarta.

Tidak hanya Purwakarta, Eduard juga menjalankan pekerjaan di beberapa daerah seperti Manado, Bogor, dan Ambon. Namun, pekerjaannya sebagai seorang asisten residen di Lebak, Banten pada Januari 1856 memiliki memori yang terkenang.

Belum genap satu bulan Eduard ditugaskan di Lebak, ia menulis surat untuk atasannya, residen C.P. Brest van Kempen dengan penuh emosi mengenai adanya kejadian di wilayahnya. Ia meminta supaya bupati beserta putra-putranya ditahan dan situasi yang tidak beres segera diselidiki. Hal itu dilakukannya lantaran kerja rodi yang diterapkan pada rakyat Lebak telah melampaui batas, bahkan cenderung kea rah pemerasan.

Namun sayang, perjuangannya untuk membela rakyat Lebak bertentangan dengan pemerintah kolonial. Ia bahkan menerima peringatan keras. Kecewa dengan apa yang didapatnya, akhirnya Eduard mengundurkan diri dari jabatan.

Pengalamannya bekerja selama di Lebak ditulisnya ke dalam sebuah buku berjudul Max Havelaar. Buku itu ditulisnya di sebuah kamar hotel di Brusel, Belgia dan merupakan hasil pengumpulan berbagai salinan surat-surat ketika dirinya menjabat sebagai asisten residen di Lebak. Buku itu diterbitkan pada 1860 dalam versi yang sudah diedit oleh penerbit.

Begitupun dengan nama Multatuli, merupakan nama samaran yang dipakainya sebagai nama penulis buku Max Havelaar. Nama ini berasal dari bahasa latin yang artinya “Aku sudah banyak menderita”. Eduard juga menerbitkan buku-buku lain yang menguraikan pendapatnya mengenai politik, etika, dan filsafat. Ia terkenal sebagai tokoh pengarang yang satir.

RISMA DAMAYANTI 

Baca: Menjajal Jelajah Museum Multatuli Secara Virtual

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Menengok Jalur Trem yang Tersisa di Kota Tua Jakarta

11 hari lalu

Jalur trem yang pernah digunakan di Jakarta dari zaman Hindia Belanda hingga awal masa kemerdekaan Indonesia yang terdapat di Kota Tua, Jakarta Barat. (TEMPO/Mila Novita)
Menengok Jalur Trem yang Tersisa di Kota Tua Jakarta

Trem merupakan salah satu transportasi yang digunakan pada zaman Hindia Belanda. Ada monumen jalur trem yang bisa dilihat di Kota Tua Jakarta.


Menelusuri Kronik Kota Sukabumi Sedari Era Hindia Belanda

14 hari lalu

Deretan rumah di sekitar Stasiun Batu Tulis, Kota Bogor, yang akan terdampak pembangunan rel ganda Bogor-Sukabumi, Jumat 8 November 2019. TEMPO/M.A MURTADHO
Menelusuri Kronik Kota Sukabumi Sedari Era Hindia Belanda

Meskipun berada di kaki gunung, letak Kota Sukabumi cukup strategis karena berada alur lintasan Ibukota Provinsi Jawa Barat dengan Ibukota Jakarta.


Kilas balik Pendirian Kota Malang yang dibentuk Pemerintah Hindia Belanda

14 hari lalu

Wahana bianglala di Alun-alun Batu Kota Malang pada malam hari, Senin, 15 Juli 2019. TEMPO/Abdi Purmono
Kilas balik Pendirian Kota Malang yang dibentuk Pemerintah Hindia Belanda

Seperti kebanyakan kota di Indonesia, Kota Malang mengalami pertumbuhan dan perkembangan setelah kedatangan pemerintah kolonial Belanda.


Perajin Kolang Kaling Lebak Panen di Bulan Ramadan, Bisa Jual Rp5 Juta per Hari

34 hari lalu

Pedagang tengah memilah biji kolang kaling untuk dijual di Pasar Induk Kramatjati, Jakarta, Kamis, 23 Maret 2023. Salah satu bahan hidangan takjil  tersebut didatangkan dari Medan dan dijual dengan harga Rp.12 ribu hingga Rp.14 ribu per kilo tergantung dari ukurannya. Tempo/Tony Hartawan
Perajin Kolang Kaling Lebak Panen di Bulan Ramadan, Bisa Jual Rp5 Juta per Hari

Perajin kolang kaling di Kabupaten Lebak, Banten, panen, setiap Ramadan, Salah seorang di antaranya bisa menjual dengan harga sampai Rp5 juta per hari


Gempa M5,7 Tidak Timbulkan Kerusakan di Lebak dan Sukabumi

50 hari lalu

Peta Gempa Baiyah, Banten sebesar M 5,7 pada Minggu malam, 25 Februari 2024. X.COM/BMKG
Gempa M5,7 Tidak Timbulkan Kerusakan di Lebak dan Sukabumi

Gempa magnitudo 5,7 yang berpusat di Bayah tidak menimbulkan kerusakan di wilayah Kabupaten Lebak dan Sukabumi, dua lokasi terdekat dengan pusat gempa


Tom Lembong Sebut Kantong Kemiskinan di Jawa, Contohkan Daerah Stunting 1 Jam dari Istana Bogor

10 Februari 2024

Tim Nasional Pemenangan (TPN)  Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar, Tom Lembong, ketika ditemui di Gedung Pakarti Centre Jakarta pada Rabu, 6 Desember 2023. TEMPO/Riri Rahayu
Tom Lembong Sebut Kantong Kemiskinan di Jawa, Contohkan Daerah Stunting 1 Jam dari Istana Bogor

Co-Captain Timnas AMIN,Tom Lembong, mengatakan kabupaten termiskin di Indonesia justru berada di Pulau Jawa.


Berburu Durian di Perkampungan Badui Lebak sambil Menikmati Panorama Alam

21 November 2023

Wisatawan menikmati buah durian di kawasan permukiman Badui di Kabupaten Lebak, Banten dengan harga rata-rata Rp30 ribu per buah, Minggu (19/11/2023). ANTARA/Mansyur
Berburu Durian di Perkampungan Badui Lebak sambil Menikmati Panorama Alam

Pada musim buah durian, hampir semua rumah di permukiman Badui berdagang buah tersebut. Diperkirakan musim durian berlangsung sampai Januari 2024.


Bangun 3 Ribu Rumah di Citra Maja Raya 3, Ciputra Siapkan 2 Triliun

30 Oktober 2023

Perumahan Citra Maja Raya. citramaja.com
Bangun 3 Ribu Rumah di Citra Maja Raya 3, Ciputra Siapkan 2 Triliun

Lahan seluas 2.600 hektar akan dibuka untuk perumahan Citra Maja Raya 3.


Ciputra Gelontorkan Rp 20 Miliar untuk Bangun Masjid dan Gereja di Citra Maja Raya

30 Oktober 2023

Managing Director Ciputra Group Budiarsa Sastrawinata,  Bupati Lebak Iti Octavia Jayabaya (tengah) saat peletakan batu pertama pembangunan masjid dan gereja bersama di Citra Maja Raya, Senin 30 Oktober 2023. TEMPO/JONIANSYAH HARDJONO
Ciputra Gelontorkan Rp 20 Miliar untuk Bangun Masjid dan Gereja di Citra Maja Raya

Citra Maja Raya merupakan kawasan kota baru di Kecamatan Maja, Kabupaten Lebak yang dibangun PT Citra Residence anak perusahaan Ciputra.


Lebak Bersedia Tampung Sampah dari Tangsel hingga 500 Ton per Hari

3 Oktober 2023

Wali Kota Tangerang Selatan Benyamin Davnie dan Bupati Lebak Iti Jaya Baya saat meninjau TPA Cipeucang pada Sabtu, 30 September 2023.  Pemkab Lebak sepakati kerja sama menampung sampah dari Tangerang Selatan. (TEMPO/Muhammad Iqbal)
Lebak Bersedia Tampung Sampah dari Tangsel hingga 500 Ton per Hari

Bupati Lebak, Iti Octavia Jayabaya, mengatakan kesepakatan kerja sama dengan Kota Tangsel akan berkontribusi menambah pendapatan daerah