Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Iwan Fals Pernah Kritisi Ibu Kota Baru, ini 5 Lagunya Tentang Krisis Lingkungan

Reporter

image-gnews
Musisi Iwan Fals menyapa penggemar saat tampil di Konser Perayaan Karya Iwan Fals di Jakarta, Sabtu (3/9) malam. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A.
Musisi Iwan Fals menyapa penggemar saat tampil di Konser Perayaan Karya Iwan Fals di Jakarta, Sabtu (3/9) malam. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A.
Iklan

TEMPO.CO, JakartaMusisi legendaris Iwan Fals pernah angkat bicara soal wacana pemindahan ibu kota Indonesia dari Jakarta ke Kalimantan Timur. Menurutnya, proyek pembangunan ibu kota baru di Kalimantan akan berdampak pada rusaknya lingkungan. Ia menyebut, ancaman kebakaran hutan berpotensi terjadi. 

Hal itu, pernah diungkapkan Iwan Fals lewat akun Twitternya @iwanfals pada Senin, 12 Agustus 2019, jauh sebelum disahkannya tentang Ibu Kota Baru atau Ibu Kota Negara (IKN). “Iya ya, kalau ibu kota pindah ke Kalimantan mungkin jauh dari ancaman gempa, tetapi bahaya ancaman kebakaran hutan dan serangan darat dari negara tetangga,” cuitnya. 

Iwan Fals adalah sosok musisi senior yang kerap menyuarakan kritik sosial dan politik dalam lagu-lagunya. Salah satunya, yakni kritik seputar masifnya pembangunan yang berdampak pada krisis lingkungan. Dihimpun Tempo.co, berikut 5 lagu Iwan Fals bertema krisis lingkungan: 

  1. Isi Rimba Tak Ada Tempat Berpijak Lagi 

Lagu ini mengisahkan tentang hutan yang dulunya masih lestari. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, manusia mulai merusaknya dengan ambisi pembangunan industri demi keuntungan semata, tanpa mempertimbangkan akibat yang ditimbulkannya.

Akibat dari penebangan hutan itu, makhluk hidup penghuni hutan kehilangan tempat tinggalnya. Dikutip dari Musica Studio's, salah satu penggalan lirik dalam lagu tersebut bertuliskan: “Isi rimba tak ada tempat berpijak lagi, punah dengan sendirinya akibat rakus manusia.” 

  1. Esek Esek Udug Udug (Nyanyian Ujung Gang) 

Bagi yang pertama mendengar lagu ini, sedikit membutuhkan pemahaman lebih untuk memahami makna di balik lirik-liriknya. Judulnya yang nyentrik, sama sekali tidak menggambarkan adanya kritik atas krisis lingkungan. 

Namun, dalam satu penggalan liriknya: “mengalir sungai-sungai plastik jantung kota, menjadi hiasan yang harusnya tak ada,” Iwan Fals menyampaikan kritik bahwa kemajuan pembangunan membawa petaka berupa polusi lingkungan, baik air yang tercemar plastik dan udara yang penuh tembaga dari pabrik-pabrik industri. 

  1. Balada Orang Pedalaman 

Di mana mencari ranting pohon (he), kalau sang pohon tak ada lagi. Pada siapa mereka tanyakan hewannya, saudaraku di pedalaman menanti,” kata Iwan Fals saat menyanyikan lagu “Balada Orang Pedalaman” dalam konser SOS Rain Forest Live yang diselenggarakan oleh rainforest Foundation US, 21 Juni 2020. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Lagu yang dibawakan Iwan Fals pada pukul 06.30 WIB tersebut, mengisahkan kehidupan masyarakat adat yang terancam tempat tinggalnya karena kerakusan manusia yang membabat hutan. Balada Orang Pedalaman dirilis tahun 1998 dalam album 1910. 

  1. Panggilan Dari Gunung

Banyak interpretasi dalam lagu yang dirilis Iwan Fals pada 1995 ini. Namun yang pasti, dalam lirik-liriknya menggunakan kata-kata yang berunsur lingkungan. Sehingga, dapat dicermati bahwa salah satu interpretasi lagu adalah menyoal tentang isu-isu lingkungan. Hal itu, terlihat dari akhir liriknya yang bertuliskan: “Berapa lama diam, pohon-pohon berkurang, kura-kura terbius.”

  1. Nyala Tanpa Asap 

Lagu berjudul “Nyala Tanpa Asap” merupakan salah salah satu lagu ciptaan Iwan Fals yang tidak beredar. Diberitakan tempo, Iwan Fals menyanyikan lagu ini dalam konsernya yang berlangsung di Stadion Kridosono, Yogyakarta pada 26 Oktober 2015. 

Lagu ini, kata Iwan Fals, sengaja dinyanyikannya kembali sebagai rasa prihatinnya terhadap kabut asap yang menimpa Indonesia saat itu akibat kebakaran lahan dan hutan. Dalam liriknya, Iwan Fals tegas mengatakan bahwa pemilik lahan dan pemerintah harus bertanggung jawab atas timbulnya kebakaran hutan. 

HARIS SETYAWAN 

Baca: Iwan Fals Ulang Tahun ke-60 Meluncurkan Lagu Selamat dan Album Pun Aku

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Bertemu Jokowi Bahas IKN, AHY Instruksikan Pembebasan Lahan untuk Percepat Investasi Tak Asal Gusur

1 jam lalu

:Menteri Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Tempo/Pribadi Wicaksono
Bertemu Jokowi Bahas IKN, AHY Instruksikan Pembebasan Lahan untuk Percepat Investasi Tak Asal Gusur

AHY mengaku telah membahas progres perkembangan pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) dengan Presiden Joko Widodo atau Jokowi.


Riwayat Jakarta dari Berstatus Ibu Kota Negara DKI Jakarta Kemudian Hanya Daerah Khusus Jakarta

4 jam lalu

Gedung bioskop Menteng di Jakarta, 1984. Dok. TEMPO/Nanang Baso
Riwayat Jakarta dari Berstatus Ibu Kota Negara DKI Jakarta Kemudian Hanya Daerah Khusus Jakarta

Sejak abad ke-16, Kota Jakarta telah mengalami berbagai perubahan dan perkembangan hingga secara resmi berubah menjadi DKI Jakarta, terakhir DKJ.


Groundbreaking Keenam di IKN, Kepala OIKN: Ada Al Azhar, Sekolah Bina Bangsa hingga Universitas dari Malaysia

20 jam lalu

Kepala Badan Otorita Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara Bambang Susantono saat wawancara dengan Tempo di Palmerah, Jakarta, Senin 21 Maret 2022. Tempo/Tony Hartawan
Groundbreaking Keenam di IKN, Kepala OIKN: Ada Al Azhar, Sekolah Bina Bangsa hingga Universitas dari Malaysia

Kepala Otorita IKN Bambang Susantono buka suara soal peletakan batu pertama (groundbreaking) tahap keenam di ibu kota baru itu dalam waktu dekat.


Terkini: Bandara Sam Ratulangi Masih Ditutup hingga Senin, Sri Mulyani Siapkan Strategi Jaga Rupiah

3 hari lalu

Gunung Raung terlihat mengeluarkan abu vulkanik ketika kapal penyebrangan yang mengangkut pemudik  di Pelabuhan Gilimanuk, Jembrana, Bali, 12 Juli 2015. Pemudik lebih banyak memilih mudik dengan jalur darat laut dikarenakan Gunung Raung terus bererupsi. TEMPO/Johannes P. Christo
Terkini: Bandara Sam Ratulangi Masih Ditutup hingga Senin, Sri Mulyani Siapkan Strategi Jaga Rupiah

Penutupan Bandara Internasional Sam Ratulangi Manado, Sulawesi Utara diperpanjang hingga Senin, 22 April 2024 akibat erupsi Gunung Ruang.


Dianalogikan sebagai Bandung Bondowoso saat Bangun IKN, Respons PUPR?

4 hari lalu

Ketua Satgas Pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur IKN Danis Sumadilaga Ketika ditemui di Kementerian PUPR pada Jumat, 19 April 2024.  TEMPO/Riri Rahayu.
Dianalogikan sebagai Bandung Bondowoso saat Bangun IKN, Respons PUPR?

Kementerian PUPR memastikan pihaknya idak bekerja terburu-buru dalam membangun IKN.


Ada 107 Titik Panas di Kaltim, BMKG Ingatkan Bahaya Cuaca Kering

4 hari lalu

Petugas Pusdalops Kabupaten Penajam Paser Utara sedang memadamkan api setelah mendapat informasi titik panas dari BMKG Balikpapan pada 2022. (Antara/ HO Pusdalops BPBD PPU)
Ada 107 Titik Panas di Kaltim, BMKG Ingatkan Bahaya Cuaca Kering

BMKG Balikpapan masih mendeteksi 107 titik panas di area Kalimantan Timur hingga 19 April lalu. Jumlahnya menurun namun tetap harus diantisipasi.


Meningkat, BMKG Temukan 167 Titik Panas di Kalimantan Timur

10 hari lalu

Pantauan udara karhutla di Kelurahan Sungai Parit, Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), Kaltim, pada Sabtu, 13 April 2024) (Antara/ HO Pusdalops Kabupaten PPU)
Meningkat, BMKG Temukan 167 Titik Panas di Kalimantan Timur

Sebanyak 167 titik panas ini terpantau sepanjang hari Minggu kemarin mulai pukul 01.00 hingga 24.00 WITA.


BMKG Deteksi 169 Titik Panas di Kalimantan Timur, Terbanyak di Kutai Timur

12 hari lalu

Petugas Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memeriksa alat Actinograph untuk mengukur intensitas radiasi matahari di Taman Alat Cuaca BMKG Jakarta, Rabu, 11 Oktober 2023. BMKG memprediksi musim kemarau di sebagian besar wilayah Indonesia akan berlangsung hingga akhir Oktober dan awal musim hujan terjadi pada awal November 2023. Tempo/Tony Hartawan
BMKG Deteksi 169 Titik Panas di Kalimantan Timur, Terbanyak di Kutai Timur

BMKG mendeeteksi ada 169 titik panas di Kalimantan Timur. Terbanyak di wilayah Kutai Timur.


Pakar Lingkungan Anjurkan Penerapan Konsep Green Idul Fitri, Apa Maksudnya?

17 hari lalu

Ilustrasi Salat Idul Fitri. ANTARA FOTO/Jojon
Pakar Lingkungan Anjurkan Penerapan Konsep Green Idul Fitri, Apa Maksudnya?

Pakar lingkungan Dr Latifah Mirzatika mengajak masyarakat untuk melaksanakan konsep Green Idul Fitri.


BMKG Deteksi 84 Titik Panas, Naik Dari Sebelumnya, di Kalimantan Timur

18 hari lalu

Sejumlah pengendara melintasi jalan yang berselimut kabut asap kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di jalan lintas nasional Medan-Banda Aceh Desa Suak Raya, Johan Pahlawan, Aceh Barat, Aceh, Sabtu 29 Juli 2023. Menurut pantauan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Kabupaten Nagan Raya melalui satelit NASA/MODIS terdapat dua titik api (hotspot) di kabupaten itu dengan suhu udara mencapai 31 celsius pada siang hari dengan kecepatan angin 3 knots/jam yang rata-rata bertiup dari arah timur laut, BMKG juga menghimbau masyarakat dan pengguna jalan lintas mengenakan masker medis apabila keluar rumah dan berhati-hati karena kabut asap berdampak pada minimnya jarak pandang. ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas
BMKG Deteksi 84 Titik Panas, Naik Dari Sebelumnya, di Kalimantan Timur

BMKG mendeteksi 84 titik panas, naik dari sehari sebelumnya yang 59, di Kalimantan Timur.