Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Video Rasis di Bandara Viral, Olvah Alhamid: Seharusnya Tidak Saya Lakukan

Reporter

Editor

Marvela

image-gnews
Olvah Alhamid. Instagram/@olvaholvah
Olvah Alhamid. Instagram/@olvaholvah
Iklan

TEMPO.CO, JakartaSelebgram dan Puteri Indonesia Papua Barat 2015, Olvah Alhamid mendapat kecaman setelah videonya viral karena dinilai menunjukkan sikap rasis terhadap WNA yang datang ke Indonesia. Kejadian tersebut direkam sendiri olehnya saat tiba di Bandara Soekarno-Hatta.

Ia menyoroti sejumlah turis yang masih diperbolehkan masuk ke Indonesia di tengah situasi pandemi Covid-19. "Nih orang-orang ini orang Cina semua nih. Mereka takut sama kita padahal mereka yang bawa penyakit ke Indonesia. Eh Cina-Cina," kata Olvah dalam video yang diunggah di Instagram Storynya.

Melengkapi video tersebut, perempuan 31 tahun itu juga meluapkan kekesalannya terhadap situasi di bandara yang dipenuhi oleh WNA. "Bingung aja masih banyak banget WNA boleh masuk keluar apalagi yang dari China. Tadi di bandara Kendari mereka banyak banget. Apalagi pas di bandara Makassar, udah berasa di Beijing," tulisnya.

Video tersebut langsung ramai dan menjadi sorotan netizen yang merasa kecewa terhadap tindakan Olvah. Terlebih lagi, selama ini Olvah selalu menyuarakan stop rasisme dan diskriminasi seperti yang tertulis di bio Instagramnya. Namun dengan adanya video tersebut, Olvah justru dinilai menjadi pelaku rasisme dan mendapatkan kecaman dari netizen.

Olvah lantas meminta maaf atas tindakan dan perkataannya terhadap WNA di bandara. Ia langsung membuat video klarifikasi dan permintaan maaf yang diunggah di Instagram dan kanal YouTube pribadinya pada Selasa, 7 Desember 2021.

"Saya ingin meminta maaf sebesar-besarnya, sedalam-dalamnya terhadap apa yang saya bilang di video itu yang seharusnya tidak saya lakukan. Apapun penjelasan saya di sini tidak membenarkan sikap saya," kata Olvah di awal video berdurasi empat menit tersebut.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Lebih lanjut, ia menceritakan pengalaman pahitnya pernah menjadi korban rasisme oleh WNA dan meninggalkan luka yang mendalam. Sampai kejadian tersebut kembali ia rasakan saat berada di pesawat kemarin. Olvah mengatakan sebelum video itu direkam, ia terlebih dulu mendapatkan perlakuan kurang baik dari para WNA selama berada di pesawat sehingga membuatnya kembali terluka. "Sebelum video itu, perlakuan jijik atau sikap dari mereka sama saya dan teman-teman di pesawat saat itu membuat saya terluka lagi 'kok masih sih'," katanya.

Dari kejadian ini, Olvah mendapatkan pelajaran berharga untuk bisa lebih bijaksana dalam bersikap. "Penjelasan-penjelasan saya di sini tidak membenarkan sikap saya, harusnya saya harusnya lebih hati-hati dan bijaksana lagi, tidak emosional saat itu, cuma memang berdasarkan hal-hal inilah saya semakin sering menggaungkan stop rasisme dan diskriminasi," katanya.

Video permintaan maaf Olvah Alhamid ini justru bukan mendapat simpati dari masyarakat, melainkan semakin membuat netizen kecewa. "Kalau anda betul pejuang melawan rasisme. Masa lalu bukanlah penyebab anda mengatakan rasis. Tapi masa lalu adalah hal yang memotivasi apa yang ada di ko pu bio instagram itu," tulis @dna_***. "Judulnya KLARIFIKASI 5 % CURHAT 95%," tulis @brun***. "Hadeh udah tau ada luka, tau rasanya gak enak di rasisin dimasa lalu, tapi ngelakuin gitu juga ke orang lain. Gimana sih logika berpikirnya. Aneh," tulis @mich***.

Baca juga: Sebut ASN Dibayar Pemerintah, Olvah Alhamid Panen Hujat dan Ledekan

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik Tempo.co Update untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Mangkrak 20 Tahun, Apa Itu RUU PPRT yang Belum Juga Disahkan DPR?

9 hari lalu

Aktivis dari Aliansi Pekerja Rumah Tangga (PRT) menggelar aksi mogok makan di depan Gedung DPR RI, Senin, 14 Agustus 2023. Mereka berencana melakukan aksi mogok makan setiap hari ,dari pukul 10.00-17.00 WIB sampai RUU PPRT disahkan. TEMPO/M Taufan Rengganis
Mangkrak 20 Tahun, Apa Itu RUU PPRT yang Belum Juga Disahkan DPR?

Dua dekade RUU Perindungan Pekerja Rumah Tangga mangkrak tidak disahkan. Ini penjelasan mengenai RUU PPRT.


International Women's Day Jogja 2024, Srikandi UGM: Rebut Kembali Hak Perempuan yang Tidak Diperjuangkan Pejabat Negara

10 hari lalu

Salah satu turunan tuntutan utama aksi International Women's Day Jogja 2024 berupa akses pendampingan bagi korban kekerasan difabel, pada Jumat 8 Maret 2024. TEMPO/Rachel Farahdiba R
International Women's Day Jogja 2024, Srikandi UGM: Rebut Kembali Hak Perempuan yang Tidak Diperjuangkan Pejabat Negara

Peringatan International Women's Day Jogja 2024, Ketua Divisi Aksi dan Propaganda Srikandi UGM sebut mengusung tema "Mari Kak Rebut Kembali!"


Tentara Perempuan Ukraina Berperang di Dua Front: Melawan Rusia dan Diskriminasi di Militer

10 hari lalu

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy memberikan penghargaan kepada seorang Marinir Ukraina pada perayaan Hari Marinir Ukraina di garis depan, di tengah serangan Rusia terhadap Ukraina, di lokasi yang tidak diketahui. Ukrainian Presidential Press Service/via REUTERS
Tentara Perempuan Ukraina Berperang di Dua Front: Melawan Rusia dan Diskriminasi di Militer

Kementerian Pertahanan Ukraina mengatakan pada Oktober lalu bahwa hampir 43.000 tentara perempuan saat ini bertugas di militer.


Cerita Umar WNA Bangladesh 24 Tahun Menunggu Dideportasi: Tak Mau Pulang, Ingin Jadi WNI

10 hari lalu

Suasana pemeriksaan kesehatan deteni atau tahanan WNA di Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) Jakarta di Cengkareng, Jakarta Barat. Foto: TEMPO/ JONIANSYAH HARDJONO
Cerita Umar WNA Bangladesh 24 Tahun Menunggu Dideportasi: Tak Mau Pulang, Ingin Jadi WNI

Umar Syarif, 56 tahun, sudah 24 tahun berada di Rumah Detensi Imigrasi Jakarta. WNA asal Bangladesh ini sudah betah dan tak ingin pulang


Malaysia Menang Terkait Isu Diskriminasi Uni Eropa terhadap Sawit di WTO

11 hari lalu

Seorang pekerja menurunkan kelapa sawit dari sebuah truk di pabrik kelapa sawit di Salak Tinggi, di luar Kuala Lumpur, Malaysia, 4 Agustus 2014. [REUTERS / Samsul Said / File Foto]
Malaysia Menang Terkait Isu Diskriminasi Uni Eropa terhadap Sawit di WTO

Malaysia memenangkan gugatan di WTO melawan tindakan diskriminasi Uni Eropa terhadap produk biofuel dari minyak sawit.


Cara Klaim Asuransi Kecelakaan Bagi Turis Asing dari Jasa Raharja

11 hari lalu

Saat tengah berlibur, tentunya ada risiko kecelakaan yang mungkin terjadi. Berikut ini cara klaim asuransi kecelakaan bagi turis asing.  Foto: Canva
Cara Klaim Asuransi Kecelakaan Bagi Turis Asing dari Jasa Raharja

Saat tengah berlibur, tentunya ada risiko kecelakaan yang mungkin terjadi. Berikut ini cara klaim asuransi kecelakaan bagi turis asing.


Kantor Imigrasi Klaim Golden Visa Diminati Warga Negara Asing di Jawa Timur

12 hari lalu

Siapapun Bisa Dapat Golden Visa, Ini Syaratnya
Kantor Imigrasi Klaim Golden Visa Diminati Warga Negara Asing di Jawa Timur

Kantor Imigrasi Kelas I Khusus TPI Surabaya mengatakan sejumlah warga negara asing di Jawa Timur telah memegang Golden Visa untuk investasi.


Kantornya Didemo, ICW Sebut Tak Pernah Ujarkan Rasisme ke Forum Masyarakat Pemuda Timur

21 hari lalu

Puluhan masyarakat yang mengklaim sebagai mahasiswa melakukan aksi demonstrasi di depan gedung ICW, Kalibata, Jakarta Selatan pada Senin, 26 Februari 2024. TEMPO/Desty Luthfiani.
Kantornya Didemo, ICW Sebut Tak Pernah Ujarkan Rasisme ke Forum Masyarakat Pemuda Timur

ICW juga menanggapi perihal dugaan demonstrasi itu dilakukan berhubungan dengan isu pemakzulan Presiden Jokowi.


Arya Wedakarna yang Dipecat DPD RI karena Dugaan Rasis Gugat ke PTUN

22 hari lalu

Arya Wedakarna. Instagram
Arya Wedakarna yang Dipecat DPD RI karena Dugaan Rasis Gugat ke PTUN

Mantan senator asal Bali, IGN Arya Wedakarna, menggugat Ketua Badan Kehormatan Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) ke PTUN Jakarta


Tuding Wali Kota London Dikendalikan Islamis, Anggota Partai Berkuasa Inggris Diskors

23 hari lalu

Wakil Ketua Partai Konservatif Lee Anderson. REUTERS
Tuding Wali Kota London Dikendalikan Islamis, Anggota Partai Berkuasa Inggris Diskors

Lee Anderson kini duduk sebagai anggota independen di parlemen Inggris setelah pernyataannya menuai kritik.