Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Usmar Ismail, Bapak Film Indonesia Jadi Pahlawan Nasional

Reporter

image-gnews
Usmar Ismail. Wikipedia
Usmar Ismail. Wikipedia
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Jokowi menyebut Usmar Ismail sebagai Pahlawan Nasional, saat menghadiri gelaran Festival Film Indonesia (FFI) 2021, pada 10 November 2021. “66 tahun yang lalu Usmar Ismail dan Jamaludin Malik memprakarsai penyelenggaraan Festival Film Indonesia, sebagai perayaan dan apresiasi tertinggi bagi industri perfilman Indonesia,” kata Presiden Jokowi di JCC, Senayan, Jakarta Pusat.

Laman badanbahasa.kemdikbud.go.id menulis bahwa sedikit yang tahu bahwa Usmar Ismail adalah pelopor drama modern di Indonesia dan juga Bapak Film Indonesia. Kendati semula Usmar Ismail mengawali debutnya di panggung teater, namun selama sisa hidupnya, ia lebih banyak menggeluti perfilman.

Usmar Ismail lahir di Bukittinggi, Sumatera Barat, pada 20 Maret 1921. Ayahnya adalah Datuk Tumenggung Usmar Ismail, guru Sekolah Kedokteran di Padang, dan ibunya, Siti Fatimah. Ia adalah adik dari Abu Hanifah yang juga seorang sastrawan dengan nama pena, El Hakim.

Perjalanan pendidikan Usmar Ismail cukup mulus. Usmar kecil bersekolah di HIS, setara sekolah dasar, di Batusangkar, lalu melanjutkan ke MULO, setara SMP, di Simpang Haru, Padang, kemudian merantau ke Yogyakarta untuk melanjutkan AMS, setara SMA. Setelah lulus dari AMS, Usmar melanjutkan pendidikannya ke University of California di Los Angeles, Amerika Serikat.

Sejak SMP, bakat sastra Usmar sudah terlihat. Suatu ketika Ratu Wilhelmina, di Pelabuhan Muara, Padang merayakan ulang tahun Putri Mahkota. Usmar Ismail bersama teman-temannya, antara lain Rosihan Anwar yang merupakan tokoh jurnalis Indonesia, ingin tampil dalam acara perayaan itu. Usmar ingin menampilkan suatu pertunjukan dengan penampilan yang gagah, unik, dan mengesankan.

Usmar bersama teman-temannya berangkat ke perayaan itu dengan menyewa perahu dan pakaian bajak laut. Sayang, acara yang direncanakan gagal karena mereka baru sampai saat matahari tenggelam dan mereka hampir pingsan karena kelelahan mengayuh perahu menuju Pelabuhan Muara.

Rosihan Anwar mencatat perjuangan Usmar Ismail dan kawan-kawannya sebagai tanda bahwa temannya itu memang berbakat menjadi sutradara, yang mempunyai daya khayal untuk menyajikan tontonan yang menarik dan mengesankan.

Setelah merantau di Yogyakarta untuk menempuh pendidikan SMA, Usmar Ismail semakin banyak terlibat dengan dunia sastra. Di sana ia memperdalam pengetahuan dramanya dan aktif dalam kegiatan drama di sekolah.

Usmar juga mulai mengirimkan karangan-karangannya ke berbagai majalah. Bakat sastra Usmar makin berkembang saat bekerja di Keimin Bunka Sidosho atau Kantor Besar Pusat Kebudayaan Jepang. Di tempat itu, ia bersama Armijn Pane dan budayawan lainnya bekerja sama untuk mementaskan drama.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pada 1943, Usmar bersama abangnya, El Hakim, dan rekan-rekannya yakni Rosihan Anwar, Cornel Simanjuntak, serta H.B. Jassin mendirikan kelompok sandiwara yang diberi nama Maya. Maya mementaskan sandiwara berdasarkan teknik teater Barat, yang kemudian dianggap sebagai tonggak lahirnya teater modern di Indonesia. Sandiwara yang dipentaskan Maya, antara lain, “Taufan di Atas Asia (El Hakim)”, “Mutiara dari Nusa Laut (Usmar Ismail)”, “Mekar Melati (Usmar Ismail)”, dan “Liburan Seniman (Usmar Ismail)”.

Usmar Ismail mulai menaruh minatnya yang lebih serius pada perfilman. Sewaktu masih di Yogyakarta, Usmar Ismail hampir setiap Ahad bersama teman-temannya berkumpul di suatu gedung di depan Stasiun Tugu untuk berdiskusi mengenai seluk-beluk film.

Teman berdiskusinya antara lain, Anjar asmara, Armijn Pane, Sutarto, dan Kotot Sukardi. Anjar Asmara-lah orang pertama yang menawarinya menjadi asisten sutradara dalam film “Gadis Desa”.

Setelah itu, berlanjut pada penggarapan film berikutnya, seperti “Harta Karun”, dan “Citra”. Film-film yang pernah disutradarai oleh Usmar Ismail, antara lain, “Darah dan Doa” (1950), “Enam jam di Yogya” (1951), “Dosa Tak Berampun” (1951), “Krisis” (1953), “Kafedo” (1953) “Lewat Jam malam” (1954), “Tiga Dara” (1955), dan “Pejuang” (1960).

Usmar Ismail meninggal pada 2 Januari 1971 karena stroke, dalam usia hampir genap lima puluh tahun. Untuk mengenang jasanya sebagai pelopor perfilman, diabadikanlah namanya di sebuah gedung perfilman, yaitu Pusat Perfilman Usmar Ismail di daerah Kuningan, Jakarta. 

Baca: Jokowi Anugerahkan Gelar Pahlawan Nasional ke 4 Tokoh

HENDRIK KHOIRUL MUHID | EK

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Profil Pemeran Utama Godzilla x Kong: The New Empire

14 jam lalu

Godzilla x Kong: The New Empire. Foto: Warner Bros.
Profil Pemeran Utama Godzilla x Kong: The New Empire

Film Godzilla x Kong: The New Empire tayang pada 27 Maret 2024


5 Film Disney dengan Lagu Ikonik yang Cocok untuk Nostalgia

20 jam lalu

High School Musical. Dok. Disney+ Hotstar
5 Film Disney dengan Lagu Ikonik yang Cocok untuk Nostalgia

Daftar film Disney yang memiliki lagu ikonik tak terlupakan yang cocok untuk bernostalgia bersama keluarga dan sahabat.


8 Film Bioskop Indonesia Terbaru yang Tayang di Netflix pada 2024

1 hari lalu

Sederet film Indonesia yang tayang di bioskop akan tayang di Netflix pada 2024. Dok. Netflix
8 Film Bioskop Indonesia Terbaru yang Tayang di Netflix pada 2024

Tahun ini, Netflix menargetkan lebih dari 50 film Indonesia yang tayang di bioskop untuk masuk ke dalam platform, berikut 8 di antaranya.


Dibintangi Ma Dong Seok, Ini Sinopsis The Roundup: Punishment

4 hari lalu

Don Lee atau Ma Dong Seok dalam film The Roundup: Punishment. Dok. ABO Entertainment
Dibintangi Ma Dong Seok, Ini Sinopsis The Roundup: Punishment

Cerita film The Roundup: Punishment berpusat detektif Ma Seok do (Ma Dong Seok) yang bergabung dengan Tim Investigasi Siber


Netflix akan Menayangkan The Tearsmith, Simak Sinopsis Film Ini

6 hari lalu

The Tearsmith. Foto : Imdb
Netflix akan Menayangkan The Tearsmith, Simak Sinopsis Film Ini

Netflix mengumumkan tanggal tayang The Tearsmith, pada 4 April 2024


4 Perbedaan Road House Tahun 2024 dan 1989

6 hari lalu

Film Road House yang tayang di Prime Video. (dok. Prime Video)
4 Perbedaan Road House Tahun 2024 dan 1989

Road House (2024) merupakan konsep ulang dari film klasik tahun 1989 yang berjudul sama


10 Film di Bioskop Terbaru Maret-April 2024 yang Bisa Ditonton

7 hari lalu

Poster Badarawuhi di Desa Penari. Foto: Instagram.
10 Film di Bioskop Terbaru Maret-April 2024 yang Bisa Ditonton

Ada beberapa film di bioskop terbaru yang cocok Anda tonton. Di antaranya ada Godzilla x Kong: The New Empire hingga Badarawuhi.


Metamorfosa Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono, Puisi ke Layar Lebar

7 hari lalu

Aktor Koutaro Kakimoto (kiri), Velove Vexia, dan sutradara Hestu Saputra dalam Meet and Greet Film Hujan Bulan Juni di Jakarta, 1 November 2017. Film ini bercerita tentang kisah cinta dosen bernama Pingkan (Velove Vexia), dengan sang kekasih Sarwono (Adipati Dolken). Tempo/ Fakhri Hermansyah
Metamorfosa Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono, Puisi ke Layar Lebar

Puisi Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono telah bermetamorfosa dalam banyak bentuk, mulai dari komik, novel, hingga film.


Mengenang Pujangga Sapardi Djoko Damono, Tentang Hujan Bulan Juni dan Lainnya

7 hari lalu

Sapardi Djoko Damono saat acara Meet and Greet film Hujan Bulan Juni di Jakarta 1 November 2017. Tempo/ Fakhri Hermansyah
Mengenang Pujangga Sapardi Djoko Damono, Tentang Hujan Bulan Juni dan Lainnya

Sastrawan Sapardi Djoko Damono lahir di Kampung Baturono, Solo, 20 Maret 1940. Berikut kiprah sang pujangga.


Selain Dian Sastro - Reza Rahadian, Pasangan di Film Lain Reza Rahadian dan BCL Setidaknya di 5 Film Ini

9 hari lalu

Reza Rahadian dan BCL dalam film My Stupid Boss.  foto: dok. Falcon Pictures
Selain Dian Sastro - Reza Rahadian, Pasangan di Film Lain Reza Rahadian dan BCL Setidaknya di 5 Film Ini

Selain Dian Sastro dan Nicholas Saputra, Indonesia punya pasangan aktor Reza Rahadian dan BCL yang kerap dipasangkan dalam film.