TEMPO.CO, Jakarta - Beberapa waktu belakangan, masyarakat Indonesia sempat dihebohkan dengan penampilan tiga pemuda yang diduga memiliki kemiripan dengan personil Warkop DKI—Dono, Kasino, dan Indro. Jika diamati lebih lanjut, ketiga pemuda tersebut memiliki garis wajah, garis kumis, dan garis gigi yang hampir mirip dengan Dono, Kasino dan Indro. Ketiganya punya lebih banyak kemiripan dengan aktor yang membintangi film Warkop DKI Reborn.
Warkop DKI versi KW itu bermula dari media sosial TikTok. Adapun yang pertama kali muncul yaitu Alvin Dwi Krisnandi yang disebut memiliki kemiripan dengan Indro atau Indrodjojo Kusumonegoro. Setelah itu, muncul pemuda yang memiliki kemiripan dengan Kasino Handiwibowo, Dimas. Yang terakhir adalah Sepriadi yang disebut mirip Dono, terutama pada garis giginya.
Jika banyak masyarakat yang menyebut mereka sebagai titisan Warkop DKI di era milenium walaupun versi KW, namun Warkop DKI yang asli tetap memiliki orisinalitas tersendiri. Mereka sudah hadir sejak 1970-an. Hal ini bermula ketika Temmy Lesanpura dari Radio Prambors mengajak tiga mahasiswa FISP UI (Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Indonesia), yakni Rudy Badil, Nanu Mulyono, dan Kasino, untuk mengisi program acara hiburan di radio tempatnya bekerja. Ketiganya terkenal dengan humornya yang acap kali menyerempet persoalan politik.
Hal ini juga membuat eksistensi Prambors yang melejit di kalangan anak muda ini tidak lepas dari siaran-siarannya yang menghibur dan dekat dengan kehidupan kawula muda. Seiring berjalannya waktu, pengisi acara itu bertambah menjadi Kasino, Dono, Indro, Nanu, dan Rudy Badil.
Awalnya grup ini menjadi penyiar radio untuk mengisi oborolan santai warung kopi untuk program lawak di stasiun Radio Prambors. Program ini biasanya tayang pada hari Jumat pukul 20.30 hingga 21.15. Awal nama Warkop Prambors tercetus ketika program ini sedang berlangsung. Program ini pun menjadi program yang paling dinanti pendengar setia Prambors.
Seperti yang disebutkan sebelumnya, grup ini acap kali menyeletuk kritikan-kritikan dan membalutnya dengan lawak. Tidak heran jika mereka disebut grup lawak yang kritis dan acap kali menyelutuk perkataan satire.
Adapun sentilan-sentilan mereka terhadap penguasa Orde Baru kala itu seperti kebijakan pemerintah, berbagai peristiwa penting termasuk Malapetaka 15 Januari (Malari) 1974, militerisasi kampus, juga propaganda rezim seperti Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4).
Dengan banyaknya pendengar dan penikmat lawakan grup ini, membuat mereka melebarkan sayapnya ke berbagai panggung hiburan. Awalnya grup ini rutin manggung di Taman Ismail Marzuki atau TIM dan mengisi acara-acara prom night.
Ketika mengisi acara di luar Prambors mereka masih menggunakan nama panggung Warkop Prambors. Melihat semakin besarnya nama mereka akhirnya grup ini mengubah nama menjadi Warkop DKI, sebab ketika menggunakan nama Warkop Prambors mereka akan dikenakan royaliti.
DKI dalam nama grup tersebut kerap diartikan masyarakat Dono, Kasino, dan Indro. Bahkan ada juga yang mengartikannya Daerah Khusus Ibukota. Nama ini dibuat setelah dua penggawa dan pendiri lainnya keluar grup yaitu Nanu dan Rudy Badil.
GERIN RIO PRANATA
Baca juga: Indro Warkop Minta 3 Orang Mirip Warkop DKI Setop Acara Komersial Mereka