TEMPO.CO, Jakarta - Ratna Asmara adalah seorang aktris sekaligus sutradara perempuan pertama di Indonesia. Ia sangat aktif dalam dunia perfilman sejak 1940. Ratna Asmara pernah membintangi film karya suaminya, Andjar Asmara yang berjudul Kartinah.
Perjalanan karir Ratna Asmara di dunia perfilman sebenarnya dimulai saat ia dan suaminya pertama kali bergabung dengan kelompok sandiwara yang bernama Dardanella pada awal tahun 1930-an. Dengan kelompok itulah, kemudian Ratna Asmara dikenal masyarakat sebagai aktris yang memiliki kualitas suara yang bagus.
Setelah memainkan peran di beberapa film, akhirnya Ratna Asmara memutuskan untuk menjadi sutradara di film buatannya sendiri yang berjudul Sedap Malam pada 1950. Disusul pada 1951, Ratna Asmara menjadi sutradara kembali di film yang berjudul Musim Bunga di Selabintana dan di tahun 1952 di film berjudul Dr. Samsi.
Lalu dilansir dari p2k.itbu.ac.id, pada 1953 Ratna Asmara pernah mendirikan perusahaan yang bergerak dalam jasa perfilman. Perusahaan tersebut bernama Ratna Films, sebelum akhirnya berganti nama menjadi Asmara Films. Di perusahaan itu, Ratna berhasil membuat karya film yang berjudul Nelajan (1953) serta Dewi dan Pemilihan Umum (1954).
Kemudian, pasca Ratna Asmara meninggal pada 1981, tiga perempuan Indonesia meneruskan karir Ratna Asmara sebagai sutradara wanita. Mereka adalah Chitra Dewi, Sofia W.D., dan Ida Farida. Tidak bisa dipungkiri di zaman itu profesi sebagai seorang sutradara perempuan memang jarang mendapat pengakuan yang sama seperti sutradara pria. Bila ingin mendapat prestasi yang lebih tinggi, maka profesi sebagai aktris-lah yang layak untuk mendapatkan hal itu.
PRIMANDA ANDI AKBAR
Baca: Sedikit Wanita jadi Sutradara Film Hollywood