TEMPO.CO, Jakarta - Pada era 1960-an akhir dunia sedang diokupasi oleh musik-musik Rock n Roll. Sebut saja Led Zeppelin, The Who, atau Bee Gees. Di era inilah terbentuknya band asal Tuban, Jawa Timur Koes Plus. Dengan popularitasnya, Koes Plus menjadi salah satu band legendaris yang memperkenalkan musik Pop dan Rock n Roll di Indonesia.
Grup ini dibentuk setelah Koes Bersaudara vakum tak lama setelah personelnya, Tony, Yon, dan Yok Koeswoyo ditangkap oleh tentara dari Komando Operasi Tertinggi (KOTI). Tidak ada musabab yang jelas mengenai penangkapan mereka. Namun, mereka dianggap memainkan musik "ngak ngik ngok" istilah pemerintahan Orla yang berkuasa saat itu, musik yang menurut Presiden Sukarno cenderung imperialisme pro barat.
Formasi Koes Plus yang dikenal publik adalah Tony Koeswoyo (kibor dan gitar melodi), Yon Koeswoyo (gitar), Yok Koeswoyo (bass), dan Murry (drum). Tidak bisa dipungkiri, Koes Plus adalah grup musik yang produktif. Hal ini dibuktikan dari personelnya yang selalu mengisi vokal setiap lagu dan selalu menciptakan lagu-lagunya sendiri seperti band asal Inggris Queen ataupun The Beatles. Tidak hanya itu, berikut diskografi Koes Plus di awal popularitasnya.
Dheg Dheg Plas (1969).
Album musik ini menjadi pertanda lahirnya musik pop dan Rock n Roll di Indonesia. Album ini pun menjadi titik balik bagi Koes Plus setelah keluarnya Yok Koeswoyo dan dipecatnya Nomo Koeswoyo. Album ini pun melahirkan beberapa lagu hits seperti, Cintamu Telah Berlalu, Derita, Kelelawar, Manis dan Sayang, dan Kembali ke Jakarta.
Berdasarkan majalah the Rolling Stones Indonesia, album Dheg Dheg Plas termasuk dalam 150 Album Terbaik di Indonesia dan album ini berada di peringkat ke-4. Sedangkan lagu-lagu seperti, Kelelawar, Kembali ke Jakarta, dan Manis dan Sayang masuk ke dalam 150 Lagu Terbaik versi majalah tersebut.
Volume 2 (1970).
Setelah keluarnya album Dheg Dheg plus, Yon dan saudaranya semakin percaya diri untuk membuat album selanjutnya pada 1970. Album yang terdiri dari 12 lagu ini bernuansa musik Pop dan Rock. Album yang sangat terinspirasi dari Bee Gees ini memiliki hits seperti Andaikan Kau Datang, Kisah Sedih di hari Minggu, dan Hidup Jang Sepi.
Dengan materi yang luas dalam menggabungkan warna musik, Yon percaya diri bahwa album ini akan terjual hingga 3 juta kopi. Namun, sayangnya album ini hanya terjual 1,04 juta kopi. Walaupun tidak mencapai target penjualan, tidak banyak album musik Indonesia yang penjualannya tembus hingga jutaan kopi saat itu.
Volume 3 (1971).
Album musik ini menjadi album ketiga Koes Plus yang diterbitkan oleh label Mesra. Album ini tidak seperti album sebelumnya, tidak banyak lagu-lagu hits di dalamnya. Walaupun begitu, Koes Plus berhasil menelurkan satu lagu yang akrab di telinga pencinta musik kala itu, Doa Suciku. Album musik ini berdurasi 28 menit dan bernuansa musik Pop dan Rock n Roll.
GERIN RIO PRANATA
Baca: Mengenang Tonny Koeswoyo Idealisme Maestro Koes Plus dan Koes Bersaudara