INFO SELEB - Dalam Temaram cahaya di sebuah ruang yang penuh sofa berbagai jenis, Don Moko memainkan riff yang rancak. Tiga detik kemudian, Bondan Prakoso keluar dari kegelapan dan langsung mengalungkan bass, sambil mendekati mikrofon dan bernyanyi dengan lugas, “Hey, bangun wahai pemimpi. Esok pagi mungkin tak datang. Hey, tiba saatnya kita untuk kembali gerakkan dunia.”
Irama lagu pembuka penuh gairah itu selaras dengan liriknya yang mengajak siapa pun bangkit dari keterlenaan. Inilah salah satu gelaran Mola Tv dengan program Mola Chill Fridays pada Jumat malam, 6 Agustus 2021.
Baca juga:
Seperti tajuknya, Mola Chill Fridays hadir satu kali sepekan, tiap Jumat. Puluhan musisi yang hadir sejak 26 Februari silam, setidaknya menjadi solusi kerinduan banyak orang terhadap pergelaran konser musik yang senyap semenjak pandemi Covid-19 memaksa kegiatan pengundang kerumunan dihentikan.
Mola Chill Fridays juga memberi kesempatan pada setiap generasi musisi tampil. Kini giliran Bondan dan Madness, band ska legendaris dari Inggris. Bondan mendapat kesempatan tampil pertama dengan mengusung play list “Menerjang Matahari”, "Take it Easy”, “Kau Tak Sendiri", “I Will Survive”, "Luar Biasa Istimewa”, dan “What The F?!”.
Kendati termasuk generasi milenial, Bondan yang kini berusia 38 tahun bertumbuh di dunia musik sejak akhir 80-an sebagai penyanyi cilik. Namanya kian melambung bersama grup Funky Kopral di akhir 90-an. Sebuah masa ketika band Padi, Slank, Sheila On 7 juga menikmati popularitas. Umumnya penggemar musik di era tersebut kini sudah berkeluarga. Maka, kehadiran Bondan di Mola Chill Fridays boleh dibilang menjadi pengobat rindu pada sebuah masa, ketika band menikmati era keemasan.
Baca juga:
Walau demikian, daftar lagu yang dimainkan Bondan belum terlalu usang. Dari enam lagu, hanya “I Will Surive” yang lahir pada 2013, sisanya dibuat 2014 ke atas.Tidak ada ruang untuk Funchopat (penggemar Funky Kopral) membangkitkan kenangan, pun bagi mereka yang rindu gaya merepet grup Fade 2 Black saat berkolaborasi dengan Bondan pada 2005. Setidaknya, pemirsa Mola masih dapat menyaksikan kelincahan jemari eks penyanyi cilik ini mencabik bass seraya mengais nostalgia pada masa lampau.
Penampil berikutnya Madness menyajikan deretan lagu nostalgia yang tak kalah apik. Inilah grup musik dengan usia jauh lebih senior dari Bondan. Didirikan pada 1976 di Camden Town, London Utara, Madness mengusung ska two-one yang khas Inggris Raya. Beberapa kali bongkar-pasang pemain, kini grup dihuni oleh Crhis Foreman (gitar), Mike Barson (keyboard), Lee Thompson (saksofon), Graham McPherson (vokal), Dan Woodgate (drum) ,dan Mark Bedford (bass).
Di Indonesia, ska populer di pertengahan 90-an. Tipe-x, Shaggy Dog, hingga Jun Fan Gung Foo cukup digemari anak muda di era tersebut. Grup-grup ini menempatkan Madness sebagai salah satu band yang punya pengaruh besar. Madness adalah inspirator untuk musik ska.
Di panggung Mola Chill Fridays, Madness menggelar 12 play list yakni “One Step Beyond”, “Embarrasment”, “The Prince”, “My Girl”, “Sun and The Rain”, “Shut Up”, “House of Fun”, “Baggy Trousers”, “Our House”, “It Must Be Love”, “Madness”, dan “Night Boat to Cairo”. Lagu-lagu tersebut cukup menggembirakan bagi penikmat musik ska, yang tentunya mayoritas berasal dari generasi 80-an dan 90-an.
Namun, Graham McPherson tetap menyadari pertunjukan mereka malam itu yang khusus untuk penikmat musik di Indonesia berasal dari beragam usia. Generasi terkini mungkin pernah mendengar lagu Madness tanpa mengetahui asal-usulnya. “Jadi, lagu ‘House of Fun’ ini dibawakan untuk kalian agar tahu tentang kami, Madness,” kata Graham McPherson di tengah pertunjukan.
Lagu “House of Fun” memang diharapkan menjadi pemantik, bahwa Madness adalah band besar pada masanya. Terlebih, lagu ini pernah nangkring di puncak UK Singles Chart pada 1982 selama enam pekan. Generasi 90-an kembali menggemari “House of Fun” karena dirilis ulang pada 1992, dan terpilih sebagai tembang favorit masyarakat Inggris pada 2015.
Bagaimanapun, melihat mereka di atas panggung malam itu layaknya menyaksikan para lansia, kendati tetap enerjik. Terlihat dari gaya McPherson yang asyik bergoyang mengikuti irama musik, mengipaskan handuk saat kegerahan, atau mengajak Chris Foreman untuk mebajwab pertanyaan dari pemirsa. Tampaknya itulah cara McPherson mengatus napas tuanya. Wajar, usia seluruh anggota Madness sudah di atas 60 tahun.
Madness merupakan salah satu grup yang terbilang awet menjaga kebersamaan antara sesama anggota band. Sempat bubar pada 1986 dan reuni enam tahun kemudian. Selama 45 tahun karier band, Madness telah membuat 12 album. Mereka tetap berkarya bahkan ketika usia menuju senja.
Ada empat album tercipta di era 2000-an yakni The Dangermen Sessions Vol. 1 (2005), The Liberty of Norton Folgate (2009), Oui Oui Si Si Ja Ja Da Da (2012), dan Can’t Touch Us Now (2016). Ketika salah satu penyaksi Mola Chill Fridays menanyakan rencana mereka ke depan, McPherson dengan yakin menjawab, “Oh ya, kami sedang menyiapkan album baru.”
Di tengah pandemi, Bondan termasuk salah satu musisi yang aktif berkarya, dengan merilis single ‘Sama Rapuhnya’ pada Desember 2020 yang ditujukan untuk kaum difabel, dan ‘Kabut’ pada September 2020, yang menggambarkan harapan sebagian orang yang kesulitan hidup di masa tak menentu. Dia mengaku bertambah produktif saat ini. "Semua karena dari rumah, serba virtual, otomatis produksi meningkat. Karena gue aktif bikin lagu, Instagram, YouTube, jadi gue (tetap) jalan," ujarnya.
Mirwan Suwarso, perwakilan Mola mengatakan, “Mola Chill Fridays selalu berupaya menghadirkan musisi-musisi dunia dan Indonesia legendaris yang akan mengobati rasa kangen pencinta musik akan pertunjukan-pertunjukan musik bermutu dan menghibur, yang bisa dinikmati selama masih harus di rumah.”
“Madness dan Bondan Prakoso adalah dua dari banyak musisi yang kami pilih untuk menghibur akhir pekan penonton, dan mereka pasti bisa menyajikan penampilan terbaiknya,” ujar Mirwan.
Seluruh tayangan Mola Chill Fridays, serta konten Mola lainnya bisa dinikmati di mana saja dan kapan saja, melalui aplikasi mobile Mola, situs Mola.tv dan Mola Polytron Box. Aplikasi mobile Mola juga bisa diunduh langsung di apps store dan google play.
Pandemi bukan akhir segalanya. Dengan kreativitas, segala kesulitan dapat dihadapi. Pandemi telah membuka ruang pada transformasi digital menjadi lebih masif. Pertunjukan virtual kini menjadi cara bagi musisi tetap menyapa penggemar, dan Mola TV menghadirkan panggung konser di tengah ruang keluarga. Jika Anda penikmat musik sejati, saatnya mengagendakan Mola Chill Fridays setiap Jumat malam. Let’s chill every Friday (*)