TEMPO.CO, Jakarta - Reza Rahadian tampil di pementasan bertajuk Taksu Ubud yang berfokus pada ekspresi seniman Ubud dalam menyampaikan perasaannya pada alam dan pencipta. Pertunjukan ini merupakan hasil kolaborasi Titimangsa Foundation bersama Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia untuk tetap mengadakan pertunjukan di masa pandemi.
Taksu Ubud adalah sebuah pertunjukan seni drama, tari dan musik yang menampilkan Ubud sebagai bagian penting dari wajah Bali. Melalui kisah yang sederhana, Taksu Ubud merupakan buah dari keinginan untuk menyatukan sebagian kecil dari keindahan seni Ubud. Pertunjukan ini adalah sebuah inisiatif kecil untuk mengadakan kembali ruang bagi sebagian pelaku seni Ubud untuk membangun kembali suasana Ubud yang sarat akan adat dan tradisi Bali.
Ubud sebagai benteng pertahanan dalam pelaksanaan adat dan tradisi leluhur masyarakat Bali. Hampir seluruh masyarakat Ubud hidup dekat dengan adat dan tradisi. Pada siang hari mereka bekerja sebagai petani, pedagang, pengajar dll. Malam hari mereka hidup sebagai pelaku kesenian di Ubud. Pendapatan yang mereka hasilkan dari pekerjaan harian mereka, dikembalikan untuk pengembangan adat.
Founder sekaligus ketua Titimangsa Foundation, Happy Salma yang bertindak sebagai produser bagi pementasan ini menjelaskan bahwa Taksu Ubud terinspirasi dari alam, gerak, tutur dan rasa ikhlas yang tidak berputus asa dari teman-teman di Bali, khususnya Ubud yang memang dekat di hatinya secara pribadi. Kesenian di Bali terutama selalu menjadi jendela keindahan Indonesia. Pada masa sekarang ini rasanya penting memberi ruang untuk para pelakunya mengekspresikan perasaannya. Upaya kecil tapi penting untuk dilakukan.
“Poin paling utama dalam proses kali ini adalah menyatukan energi kerja kolaborasi. Rasa yang menurut saya perlu dimiliki dalam situasi serba sulit seperti sekarang ini. Menyatukan perasaan kebersamaan dengan penuh tanggung jawab dan menghadirkan energi optimisme dan rasa saling mendukung untuk sebuah kerja kreatif yang datangnya dari hati karena bakti dan kecintaan pada seni, adat dan tradisi,” kata Happy Salma dalam keterangan resmi yang diterima Tempo pada Senin, 5 Juli 2021.
Pertunjukkan Taksu Ubud. (Dok. Kemendikbud).
Berkisah tentang seorang pemuda Ubud, Umbara, yang sejak kecil tinggal jauh dari Ubud dan ibunya. Tiba saatnya sang Ibu meminta Umbara untuk pulang ke Ubud. Seketika Umbara berhadapan dengan dilema. Haruskah kenyamanan dan kemudahan yang ia peroleh selama di perantauan ia tinggalkan demi cinta Ibu dan Ubud, sebuah tempat leluhur yang asing baginya? Saksikan kisah perjalanan batin Umbara lewat ekspresi para seniman Ubud dalam menyampaikan perasaannya pada alam dan pencipta.
Selain Reza Rahadian, ada pula aktris senior Christine Hakim yang turut tampil. Taksu Ubud melibatkan banyak kelompok penari, penabuh, dan penggiat seni yang memiliki integritas dan dedikasi pada profesi.
Hilmar Farid selaku Direktur Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia menjelaskan dengan melakukan kesenian, masyarakat Ubud berhubungan dengan Tuhannya dan membina hubungan baik juga dengan sesama manusia. Adat dan tradisi masyarakat Ubud ini yang juga menarik wisatawan lokal dan dunia untuk datang ke Ubud dan melihat serta merasakan taksu-nya Ubud.
“Berkesenian bagi masyarakat Bali, khususnya Ubud, bukan hanya menjadi kerja kebudayaan, tetapi juga berlaku sebagai ibadah kepada Tuhannya, sebuah identitas diri dan masyarakat, serta pengejawantahan dari taksu—jiwa—masyarakat Ubud itu sendiri,” kata Hilmar.
Reza Rahadian dalam pertunjukkan Taksu Ubud. (Dok. Kemendikbud).
Ida Ayu Wayan Arya Satyani atau lebih dikenal dengan Dayu Ani, sebagai Sutradara Gerak mengungkapkan, pemetasan ini merupakan karya unik dan menantang dikarenakan buah kerja kolaborasi. “Saya yakin, karya yang didedikasikan sebagai sebuah persembahan/doa/jantra/mantram, getaran itu jauh lebih penting daripada pemahaman. Pemahaman akan menyusul kemudian,” kata Dayu Ani.
Sutradara Tabuh, I Wayan Sudirana, sependapat, bahwa proses pengerjaan komposisi pementasan menantang dan sekaligus menyenangkan ketika menyesuaikan dengan tema dan konsep yang tumbuh karena proses bersama. “Contohnya seperti nomor musik ‘Orkestra Semesta’ yang menjadi pembuka pentas. Komposisinya memang panjang secara durasi karena di dalamnya ada siklus nada di sembilan arah mata angin,” kata Sudi, panggilan akrabnya.
Pentas Taksu Ubud telah direkam beberapa waktu lalu bertempat di Arma Museum, Ubud sebagai tuan rumah. Masyarakat dapat menikmati pementasan Taksu Ubud secara daring yang ditayangkan perdana pada Selasa, 6 Juli 2021 pukul 19.00 WIB di kanal Youtube Budaya Saya. Taksu Ubud dapat disaksikan secara bebas selama satu minggu hingga tanggal 12 Juli 2021.
Baca juga: Angga Dwimas Sasongko Berbagi Tips Bikin Film Pendek Pakai Ponsel