TEMPO.CO, Jakarta - Polemik mengenai terpilihnya Nagita Slavina dan Raffi Ahmad sebagai ikon PON Papua 2021 terus memanas. Olvah Alhamid, finalis Puteri Indonesia Papua Barat 2015 ikut angkat bicara.
Olvah menilai penunjukkan Raffi Ahmad dan Nagita Slavina sebagai ikon PON Papua 2021 adalah langkah tepat. Menurut Olva, langkah ini diambil karena pemerintah tidak memiliki kapasitas cukup untuk menjangkau seluruh lapisan masyarakat. “Dirangkullah orang-orang yang punya kapasitas ini, contohnya Raffi - Nagita. Tidak ada orang yang tidak tahu mereka,” ujar Olvah saat melakukan live di akun Instagram dan YouTube nya, Kamis, 3 Juni 2021.
Padahal menurut Olvah, pemerintah sudah mengucurkan dana sampai Rp 3,7 triliun untuk PON ini sejak 2016. Itu berarti, sudah 4,5 tahun lamanya persiapan dilakukan namun berita soal PON belum tersampaikan ke masyarakat luas. “Sebelum Raffi dan Nagita mengunggah atau menyuarakan PON, banyak yang tidak tahu hal ini,” ujar finalis Miss Eco Universe 2016 ini.
Ragam busana Nagita Slavina saat pemotretan ikon Pekan Olahraga Nasional atau PON XX di Papua, Oktober 2021. Foto: Tangkapan Layar YouTube Rans Entertainment
Pendapat Olvah ini berbeda dengan opini beberapa selebritas seperti Arie Kriting dan Dian Sastro yang menilai pemilihan Raffi Ahmad dan Nagita Slavina sebagai Ikon PON Papua 2021 ini sebagai Kultur Apropriasi, lantaran tidak menghadirkan perempuan Papua dengan gambaran yang jelas. Kultur apropriasi adalah istilah untuk menggambarkan pengambilan bentuk, tema, proses kreatif atau sesuatu yang artistik oleh seseorang atau kelompok dari kelompok budaya yang lain.
Menurut Olvah, yang dikatakan sebagai kultural apropriasi itu jika budaya suatu daerah dipakai oleh organisai atau negara lain yang tidak memilikinya. Bisa dikatakan sebagai kultural apropriasi jika terjadi silang negara atau benua. “Papua itu di Indonesia, bagaimana kalau dikatakan culture appropiation kalau sama-sama di Indonesia,” ucapnya.
Ia juga menambahkan bisa dikatakan kultural apropriasi jika pihak yang menggunakan budayanya itu untuk menguntungkan dirinya sendiri. Hal ini, menurutnya, tidak akan dilakukan oleh Nagita ataupun Raffi. “Tidak mungkin dia mau menjelek2an atau sengaja menjelekkan budaya Papua,” kata dia.
Olvah Alhamid. Instagram/@olvaholvah
Olvah Alhamid berpandangan, pemerintah pasti sudah memiliki pertimbangan saat memilih pasangan yang menurut Olvah memiliki kekuasaan untuk merangkul masyarakat. “Daripada mengeluarkan orang banyak untuk TV, untuk marketing, mending bekerja sama dengan orang-orang yang punya POWER,” ujarnya.
Olvah juga mmengklarifikasi tudingan mengenai ketidaksetujuannya tentang pemilihan Boaz Solossa sebagai Duta PON Papua. Ia sendiri tidak pernah bilang tidak setuju duta PON adalah orang Papua. Jika ditilik, PON yang merupakan kepanjangan Pekan Olahraga Nasional, merupakan kegiatan olahraga. “Kakak Boaz adalah sosok yang sangat tepat merepresentasikan PON Papua ini, karena beliau atlet nasional, di bidang sepakbola, PON adalah Pekan Olahraga Nasional, “ ucapnya.
Dalam kesempatan itu, pemenang Putri Intelegensia 2015 meminta kepada pihak-pihak yang memiliki patform bear untuk tidak menggiring opini yang tidak benar. Ia bisa memahami kalau masalah budaya ini sensitif, tapi jangan sampai membuat orang takut memakai budaya Papua. Ia juga mengajak semua orang untuk tidak mudah berasumsi dan lebih baik menanyakan hal yang benar kepada pihak yang kompeten.
Pemilihan Boaz Solossa sebagai Duta PON XX dan Raffi Ahmad, Nagita Slavina sebagai Ikon PON XX sebenarnya sudah diumukan sejak April 2021 lalu. Hal ini dapat dilihat di akun Instagram Boaz yang mengunggah foto dia bersama dengan Raffi, Nagita dan Roy Letlora Ketua II PB PON XX 2021. “Sah !!! Saya Sebagai Duta PON dan Raffi Ahmad, Nagita Slavina sebagai Ikon PON. Yuk sama2 kita sukseskan PON Papua 2021. Torang bisa!” tulis Boaz.
DEWI RETNO
Baca juga: Arie Kriting Usul Nowela Jadi Duta PON, Dian Sastro: Saya Teman Nagita, Tapi..