TEMPO.CO, Jakarta - Pendiri MAPALA UI, Herman Lantang meninggal pada Senin pukul 3 dinihari, 22 Maret 2021 di RSUD Tangerang Selatan dalam usia 80 tahun. Sahabat Soe Hok Gie, aktivis muda penentang Presiden Soekarno pada 1966 meninggal karena sakit stroke yang sudah lama dideritanya.
Kabar Herman meninggal diungkapkan di akun Instagram Herman Lantang Camp, tempat perkemahan yang dimilikinya di kawasan Halimun - Salak National Park, Curug Nangka, Bogor. "Telah dimuliakan Bapa di Sorga, Papa, Opa, Buyut, Om, Bung kami yang terkasih: Herman Onesimus Lantang pada hari Senin, 22 Maret 2021, pukul 3 WIB di RSUD Tangerang Selatan," tulis akun ini, empat jam lalu.
Di Instagram story akun ini, terlihat mobil jenazah yang membawa jenazah penyokong besar semua aktivitas Soe Hok Gie ini menuju rumah duka. Jenazah Herman Lantang akan disemayamkan di Rumah Duka Harapan Kita, Jakarta Barat.
Baca juga: Menggaungkan Surat-surat Gie
Herman Lantang. Instagram/@hermanolantang
Jeanne Mamboe dan Josi Katoppo, sahabat Herman dan Soe Hok Gie yang kini berdiam di Amerika Serikat juga mengabarkan berita duka itu. Jeanne, menelepon Tempo untuk mengabari kabar sedih tersebut.
"Terakhir kami ketemu saat Tides (Aristides) meninggal. Herman, meski berjalan harus dituntun, datang bersemangat sekali, walaupun sebenarnya sudah stroke," kata adik ipar Aristides Katoppo ini menuturkan. Aristides meninggal pada 29 September 2019.
Jeanne menuturkan, semula ia baru janjian dengan sahabat lain untuk datang ke perkemahan Herman Lantang itu setelah pandemi selesai dan bisa kembali ke Indonesia. "Herman selalu minta kami untuk camping di tempatnya," tuturnya.
Tempo pernah beberapa kali bertemu dengan Herman Lantang. Ia mengatakan, dia adalah pendukung utama setiap Soe Hok Gie memiliki gagasan untuk membuat gerakan mahasiswa menentang Presiden Soekarno pada 1966. "Saat Hok Gie punya gagasan apa, kita-kita ini di Fakultas Sastra yang mengeksekusinya," katanya pada pertemuan empat tahun lalu di bumi perkemahan miliknya.