Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Butet Kartaredjasa dan Seniman Melukis Bareng Sambil Soroti Politik Identitas

Seniman, budayawan dan kurator berkumpul di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta pada Sabtu (28/11). Mereka menggelar dialog sembari melukis bersama. TEMPO|Pribadi Wicaksono
Seniman, budayawan dan kurator berkumpul di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta pada Sabtu (28/11). Mereka menggelar dialog sembari melukis bersama. TEMPO|Pribadi Wicaksono
Iklan

TEMPO.CO, Yogyakarta - Butet Kartaredjasa bersama puluhan seniman, budayawan dan kurator berkumpul di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta pada Sabtu, 28 November 2020. Mereka berkumpul untuk mendialogkan tentang kondisi Indonesia kekinian sembari melukis bersama Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Al Makin.

Butet membuka dialog dengan menceritakan uneg-unegnya.
Seniman monolog yang juga pimpinan Teater Gandrik itu mengungkap, belakangan dirinya sebagai bagian masyarakat merasakan makin kuatnya persoalan politik identitas merasuk ke berbagai ranah kehidupan. Persoalan politik identitas itu pun dikhawatirkan menjadi sumber perpecahan bangsa jika tak segera diantisipasi.

“Beberapa tahun ini kita seperti diancam oleh kekuatan politik identitas khususnya yang menyangkut persoalan kehidupan beragama,” ujar Butet.
Persoalan politik identitas yang makin mengemuka belakangan ini, ketika semua seolah menjadi sangat sensitif dengan perbedaan agama atau kepercayaan. 

Butet teringat pengalamannya 50 tahun silam bersama sang ayah, almarhum Bagong Kussudiardja, penari, koreografer, pelukis dan aktor Indonesia. “Saat itu, ayah saya yang beragama Kristen menciptakan tari Sunan Kalijaga,” ujar Butet.

Seniman, budayawan dan kurator berkumpul di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta pada Sabtu (28/11). Mereka menggelar dialog sembari melukis bersama. TEMPO|Pribadi Wicaksono

Dalam penciptaan tari itu, ujar Butet, Bagong Kussudiardja berhasil menciptakan karya monumental itu karena berdiskusi dan dibantu penuh Abdul Mukti Ali, seorang ulama yang menjunjung tinggi prinsip kebhinekaan. Mukti Ali adalah mantan Menteri Agama Republik Indonesia pada Kabinet Pembangunan II yang juga alumnus angkatan pertama Sekolah Tinggi Islam (STI) Yogyakarta, cikal bakal UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Namun yang lebih istimewa, ujar Butet, lakon tari Sunan Kalijaga ciptaan sang ayah itu dalam pertunjukkan perdananya dibawakan Yohanes Sumandyo Hadi, seorang penari beragama Katolik dari Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta- yang dulu bernama Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI).

“Jadi saat itu koreografernya Kristen, penarinya Katolik, dan adviser (penasehatnya) pak Mukti Ali (seorang ulama),” ujar Butet.
Butet pun merasa sudah cukup lama tak merasakan kolaborasi lintas iman yang bisa membawa kesejukan bersama dalam kehidupan beragama itu saat ini.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Butet mengaku prihatin, saat ini yang terjadi justru aksi provokasi. Agama diacak-acak hanya demi untuk kepentingan-kepentingan politik dan kekuasaan. Bukan kolaborasi yang membawa kesejukan dan persatuan.

Butet pun berharap, kolaborasi lintas iman serta kerjasama antar insan Indonesia tanpa tersekat persoalan identitas seperti yang diwariskan pendiri bangsa bisa kembali digairahkan. Salah satunya melalui perguruan tinggi seperti UIN Sunan Kalijaga.

Menurut Butet, belum lama ini ia juga terlibat dialog bersama elemen organisasi Muhammadiyah dan membahas tentang upaya-upaya membangun kolaborasi lintas iman itu. Butet tak memungkiri, perjalanan kariernya sebagai seniman hingga saat ini, turut dipengaruhi dengan berbagai kerjasama lintas iman dihidupnya.

Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Al Makin menuturkan forum bersama seniman itu menjadi upaya untuk mengkampanyekan kembali semangat kebhinekaan dari kacamata seni budaya. “Seni itu bisa menyatukan yang berbeda-beda. Dalam seni tidak akan ada yang bertanya agamanya apa, etnisnya apa, semua yang berbeda menyatu menikmati keindahannya, hingga bisa melupakan konflik untuk membangun bangsa,” ujarnya.

Sejumlah seniman turut hadir dalam forum itu. Selain Butet Kartaredjasa, ada juga pelukis kawakan Djoko Pekik, Rektor ISI Yogyakarta M. Agus Burhan, seniman Marwoto Kawer, pelukis Nasirun, Ivan Sagito, Hari Budiono, Bambang Herras, Yuswantoro Adi, Jumaldi Alfi, hingga Shri Krishna Encik.

PRIBADI WICAKSONO

Iklan




Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.




Video Pilihan


Ahmad Basarah: Politik Identitas Membelah Masyarakat

20 hari lalu

Ahmad Basarah: Politik Identitas Membelah Masyarakat

Pelaku politik identitas rela melakukan kampanye hitam lewat berita-berita bohong.


Cara Lucu Slamet Rahardjo dan Butet Kartaredjasa Mengenang Nano Riantiarno

22 hari lalu

Slamet Rahardjo dan Butet Kartaredjasa di acara 100 Hari Nano Riantiarno, di Gedung Kesenian Jakarta (GKJ) pada 30 April 2023. Foto: Urry Kartopati
Cara Lucu Slamet Rahardjo dan Butet Kartaredjasa Mengenang Nano Riantiarno

Saat acara 100 Hari Nano Riantiarno, Slamet Rahardjo dan Butet Kartaredjasa mengungkapkan sisi lain pendiri Teater Koma itu dengan cara unik.


100 Hari Nano Riantiarno Berpulang, Ini Kenangan Rangga Bhuana

37 hari lalu

Nano Riantiarno dan putranya, Rangga Bhuana. Foto dok: Rangga Bhuana
100 Hari Nano Riantiarno Berpulang, Ini Kenangan Rangga Bhuana

Hari ini, 100 hari Nano Riantiarno berpulang. Berikut kenangan putranya, Rangga Bhuana terhadap pendiri Teater Koma dan budayawan itu.


Kapolri Kerahkan Brimob Cegah Polarisasi Pemilu Serentak 2024

55 hari lalu

Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo pada peringatan HUT ke-76 Korps Brimob Polri di Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok, Ahad, 14 November 2021. TEMPO/M Taufan Rengganis
Kapolri Kerahkan Brimob Cegah Polarisasi Pemilu Serentak 2024

Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo berencana mengerahkan personil Brimob sebagai upaya mencegah polarisasi pada Pemilu Serentak 2024.


Kapolri Listyo Sigit akan Kerahkan Brimob untuk Cegah Polarisasi di Pemilu 2024

55 hari lalu

Kapolri Jendral Pol Listyo Sigit Prabowo (tengah) didampingi Dankorbrimob Irjen Anang Revandoko (kiri) menghadiri lomba tembak Kapolri Cup 2022 di Lapangan Tembak Hoegeng Iman Santoso Community 300, Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat, Sabtu, 11 Juni 2022. ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha
Kapolri Listyo Sigit akan Kerahkan Brimob untuk Cegah Polarisasi di Pemilu 2024

Menurut Kapolri, potensi polarisasi sangat memungkinkan terjadi akibat dari permainan politik identitas berbagai kelompok.


AHY: Hindari Politik Identitas pada Pemilu 2024

6 April 2023

Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menggelar dialog bersama anak-anak muda Sragen, di kedai Jhos Gandhos, Selasa (4/4) malam. FOTO/Koordinator Juru Bicara DPP Partai Demokrat
AHY: Hindari Politik Identitas pada Pemilu 2024

Ketua Umum Partai Demokrat AHY mewanti-wanti masyarakat untuk menjaga agar politik di Indonesia tidak dieksploitasi politik identitas.


Aktivis 98 Sodorkan 8 Kriteria Capres 2024, Apa Saja?

20 Februari 2023

Politikus PDI Perjuangan Adian Napitupulu seusai penyuntikan sel dendritik di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta, Kamis, 22 April 2021. TEMPO/Putri.
Aktivis 98 Sodorkan 8 Kriteria Capres 2024, Apa Saja?

Persatuan Aktivis 98 menyodorkan 8 kriteria Capres 2024. Apa saja kriteria itu? Yuk, disimak.


Serba-Serbi Dominasi Pemilih Milenial di Pemilu 2024 Akibat Pengaruh Sosial Media

18 Februari 2023

Pelajar bernama Resti memakai pakaian SMA saat mencoblos TPS 03, Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Rabu, 9 Desember 2020. Aksi ini juga dilakukan sebagai bentuk rasa rindu akan sekolah dan untuk memprotes pemerintah yang menutup sekolah selama pandemi namun tetap membuka sarana hiburan dan pariwisata. TEMPO/Prima Mulia
Serba-Serbi Dominasi Pemilih Milenial di Pemilu 2024 Akibat Pengaruh Sosial Media

KPU sebut Pemilu 2024 didominasi generasi milenial sebesar 60 persen.


KPU Sebut 60 persen Pemilih Indonesia di Pemilu 2024 Didominasi Kelompok Muda

17 Februari 2023

Komisioner KPU August Mellaz didampingi Betty Epsilon Idroos, Idham Kholik dan Mochamad Afifuddin memberikan konferensi pers terkait hasil Pendaftaran Partai Politik Calon Peserta Pemilu 2024 di Gedung KPU Republik Indonesia, Jakarta, Selasa, 16 Agustus 2022. TEMPO / Hilman Fathurrahman W
KPU Sebut 60 persen Pemilih Indonesia di Pemilu 2024 Didominasi Kelompok Muda

KPU menyatakan pemilik suara pada Pemilu 2024 akan didominasi Gen Z dan Milenial.


Jokowi Minta Media Tak Tergelincir Polarisasi di Tahun Politik Pemilu 2024

9 Februari 2023

Presiden Jokowi memberikan sambutan pada acara perayaan satu abad Nahdlatul Ulama di Stadion Gelora Delta Sidoarjo, Jawa Timur, Selasa, 7 Februari 2023. TEMPO/MIRZA BAGASKARA
Jokowi Minta Media Tak Tergelincir Polarisasi di Tahun Politik Pemilu 2024

Jokowi menyadari industri media konvensional menghadapi tantangan berat. Salah satunya sekitar 60 persen belanja iklan telah diambil media digital.