"Ada beberapa alasan kenapa aku mau saat ditawari menjadi reporter," akunya saat dihubungi, Sabtu (17/10). Yang pertama, aku mahasiswi Fakultas Teknik Industri Institut Teknologi 10 Nopember Surabaya (ITS) ini, melalui dunia jurnalistik, dirinya telah ikut memberikan sumbangsih dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pasalnya, jelas gadis bertinggi badan 172 centimeter ini, informasi adalah salah satu sarana untuk pembelajaran dan mengasah kecerdasan. Sementara, di sisi lain, proses pembelajaran masyarakat berlangsung sepanjang hayat, tidak pernah pada umur tertentu.
"Apalagi di Indonesia, harus jujur kita akui, budaya baca masyarakat kita masih tertinggal jauh dibanding rakyat negara lain. Sementara di era global, dengan segala kecanggihan teknologinya, perubahan dan perkembangan begitu cepat," tuturnya. Sehingg, diperlukan upaya yang terus menerus untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi masyarakat.
Lantaran itulah, bila masyarakat tak siap menghadapinya, maka Indonesia hanya akan menjadi penonton di ajang percaturan dunia. "Masyarakat Indonesia, akan terjajah secara budaya, politik, maupun ekonomi. Karenanya, masyarakat harus dicerdaskan. Sarananya, tidak melalu dari sekolah, tetapi juga dari saluran informasi," tandasnya.
Sementara alasan kedua, kata mantan Duta Wisata Kota Blitar ini, dengan menekuni dunia jurnalistik dirinya juga terus dituntut untuk menambah pengetahuan. Sebab, sebelum melaporkan kejadian di lapangan, bertemu dengan narasumber, maupun membuat laporan ia harus memahami dulu persoalan yang menjadi tanggung jawabnya.
"Istilahnya, kita harus memiliki stock of knowledge yang cukup. Sehingga, menghadapi persoalan yang kita temui di lapangan kita juga harus tahu dan paham," jelas perempuan yang pernah menjadi Juara Kang Mas Diajeng Kota Blitar semasa duduk di bangku SMA itu.
Dan alasan yang ketiga, "Dunia jurnalistik itu dinamis, mengasyikan. Itu yang membuat aku tertarik," ungkapnya.
Yang pasti, dengan menjadi reporter ini, Raemawasti mengaku menambah jumlah langgan koran dan majalah. Selain terbitan daerah, ia kini rajin mengoleksi koran dan majalah terbitan Jakarta. "Semua koran dan majalah, baik itu koran bisnis, politik, tabloid, majalah dari yang hiburan maupun politik aku langganan," tambahnya.
Sementara soal bidang tugas yang paling disukainya, gadis yang ingin menjadi pengusaha ini, mengaku tak pilih-pilih, semua bidang disukainya. Meski begitu, menurutnya, secara pribadi ia menaruh perhatrian besar dalam bidang perekonomian Indonesia.
"Terutama kalau melihat kondisi saat ini. Begitu negara maju mengalami krisis kita ikut demam. Ini menunjukkan, bahwa fundamental ekonomi kita belumlah kokoh. Orang boleh bilang kita di era global memang tak bisa lepas dari negara lain. Tapi ceritanya akan lain, kalau ekonomi kita juga memiliki dasar yang kuat," sebut Raemawasti.
Ia pun mengaku sangat prihatin mengapa bangsa Indonesia melupakan pelajaran yang pernah diberikan oleh para pendiri negara. "Saya ingat apa yang pernah diucapkan Bung Karno, bahwa pada masa mendatang penjajahan bukan melalui senjata, tetapi melalui ekonomi dan pendidikan," paparnya.
Itulah serangkaian alasan Raemasawati menerima tawaran menjadi presenter sekaligus repoter. Dan yang pasti, kini dirinya bertambah kesibukan, yaitu saban pagi membaca semua koran sebelum berangkat menjalankan tugas. Ihwal anggaran mbeli koran dan majalah? Ia enggan menjelaskan. "Pokoknya ada aja," imbuhnya.
Sementara itu, Kepala Divisi Pemberitaan TRANS7, Titin Rosmasari, dalam siaran persnya Jumat (18/10), Raemawasti dipilih menjadi ikon presenter di Redaksi Siang, karena dia memiliki prestasi dan wawasan luas mengenai budaya dan suku bangsa.
Raemawasti juga dinilai aktif terlibat dalam berbagai aktivitas sosial dan peduli terhadap peningkatan gizi dan nutrisi anak bangsa, hal ini sejalan karena program ini yang sebagian besar pemirsanya adalah ibu-ibu "Dia juga akan menjadi reporter di program Selamat Pagi karena ia merupakan seorang wanita pilihan yang punya prestasi dan mempunyai wawasan yang luas mengenai budaya," ujar Titin.
Arif Arianto