TEMPO.CO, Jakarta - Persoalan privasi menjadi hal yang kerap dipersoalkan dengan adanya revolusi digital. Masalah privasi ini diangkat ICT Watch Indonesia dan kelompok Studio Malya dalam sebuah pameran bersama berjudul Kendalikan Privasimu pada November 2020.
Pameran ini bertema tentang masalah privasi di jagat maya Internet. Instalasi karya seni rupa mereka yang berjumlah enam judul bisa disaksikan langsung maupun secara daring (online). Temanya mengusung batas privasi di dunia maya.
Belasan foto berbingkai bulat dengan warna putih ditata seperti tombol akses di layar smartphone. Foto-fotonya menggambarkan beragam aksi dan gerak tubuh orang sedang mengintip atau menatap orang lain. Karya berjudul Aku Mengintip Kamu Mengintip itu menggambarkan situasi terkait topik besar tentang privasi.
Karya berjudul Aku Mengintip Kamu Mengintip di pameran Kendalikan Privasimu. Dok. Galeri Privasi
Sambil menunggu Undang-undang Perlindungan Data Pribadi disepakati, karya itu mengajak pengguna Internet untuk melindungi perangkat komunikasi digitalnya. “Ranah privasi menjadi wilayah yang rentan diterobos demi hasrat untuk menatap dan mengintip,” kata kurator pameran Gustaff H. Iskandar lewat keterangan tertulis, Sabtu 21 November 2020.
Kabar soal kebocoran data pribadi dituangkan lewat karya berjudul Data Diecer. Menggunakan setumpuk replika kartu tanda penduduk yang mengalir dan beterbangan di layar komputer miring, identitas warga itu masuk ke dua kaleng kerupuk dan tumpah di meja. Data pribadi yang harusnya dijaga kerahasiaannya itu dengan mudah beredar kemana-mana.
Karya berjudul Data Diecer di pameran Kendalikan Privasimu. Dok. Galeri Privasi
Memaknai kehadiran gawai telepon seluler yang telah begitu melekat dengan hidup pemiliknya, hadir karya berjudul Organ Vital Keenam. Seni Instalasi berupa kabel pengisi baterai yang terhubung dengan kantong darah di samping sofa. Gabungan objek tersebut tersebut mengingatkan siapa pun agar tidak berlebih-lebihan, termasuk ketika menggunakan gawai.
Selain itu ada karya lain yang berkisah tentang suasana pandemi Covid-19 lewat karya berjudul Bahagia di Balik Layar. Situasi dunia nyata dan dunia maya yang dialami banyak orang diilustrasikan lewat ikan cupang di dalam akuarium. Rumah ikan itu dihiasi aneka perabot kecil seperti miniatur hunian manusia yang terbagi menjadi ruang tidur, kamar mandi, dan ruang keluarga.
Sementara karya berjudul Tak Semua (Obat) Mengobati mengandung pesan bahaya obat-obatan, selain dari virus dan informasi palsu. Untuk masalah informasi sesat, ada karya berjudul Keranjang Hoaks sebagai solusinya. Menurut Gustaff, pameran akan berlangsung hingga 31 Januari 2021.
ANWAR SISWADI