TEMPO Interaktif, Jakarta :Bagi Nia Dinata inspirasi sebuah ide untuk mencipta sebuah karya bisa datang dari mana saja dan kapan saja. Dan perempuan kelahiran Jakarta 4 Maret 1970 itu, seolah tak pernah mengalami kehabisan inspirasi.
Termasuk di saat masyarakat dilanda demam sepak bola baik saat musim pertandingan Liga Inggris, Liga Itali, Piala Dunia, atau berbagai kejuaraan lainnya.
Segala tingkah polah masyarakat saat menyikapi hajatan olah raga itu, telah membuat perempuan yang dinobatkan sebagai Sutradara Terbaik dalam International Independent Film Festival Brussel ke 34 pada 2007 lalu ini, terinspirasi membuat film bertema fenomena sosial tersebut.
Terlebih, pemilik nama asli Nurkurniati Aisyah Dewi itu, juga termasuk sedikit dari perempuan penggila bola di negeri ini. Sehingga, keinginan untuk membuat film bertema laga perebutan si kulit bundar itu serasa begitu membuncah.
"Dan aku pikir, selama ini belum ada ya, film-film nasional yang bercerita tentang sepakbola dengan segala aspek implikasinya, atau bagaimana sikap masyarakat yang terkena demam olah raga itu," tuturnya saat ditemui Tempo di sela-sela acara peluncuran film 'Gara-Gara Bola' di Jakarta, Jumat (10/10). Tak hanya itu, sebut sineas yang mengawali karirnya dari pembuat video klip dan film iklan ini, permainan bola saat ini telah menjadi sebuah gaya hidup masyarakat.
Keinginan seperti membuat film bertema sepak bola itu, aku cicit Pahlawan Nasional Otto Iskandar Dinata ini, sudah ada sejak 2006 lalu, yaitu saat perhelatan Piala Dunia digelar. Dan beruntung, naskah untuk film itu juga sudah ada. Sebab duo penulis naskah, yaitu Agasyah Karim dan Khalid Kasoghi juga telah rampung menulis naskahnya dan telah menyerahkannya ke Nia.
Hanya memang, karena Nia harus menyelesaikan film 'Queckie Express' dan 'Perempuan Cerita', film yang direncanakan itu pun harus molor. Namun, bukan berarti semangat meredup. Ketika hajatan Piala Euro 2008 akan digelar Juli 2008, semangat itu tersulut kembali. Nia pun bertekad menyelesaikan film yang kemudian diberi judul 'Gara-Gara Bola' itu.
Film yang disutradarai sang penulis naskah Agasyah dan Khalid itu, syutingnya dimulai sejak Maret. Tetapi baru rampung pada September lalu. "Memang, aku nggak terpaku pada jadwal yang kaku. Karena bagaimana pun, keseriusan dalam proses itu sangat penting. Soal bertepatan dengan satu momen tertentu apa nggak itu bukan masalah," paparnya.
Dan soal tema film dan karakternya yang berbeda dengan film-film garapan garapan dia sebelumnya dan telah mendulang sukses, Nia mengaku hal itu bukan persoalan besar. "Sebab, aku buka orang yang pretensius. Melihat persoalan bukan dari kacamata yang serius," akunya.
Begitu pun dalam menilai kualitas sebuah karya. Karya yang bagus, sebutnya, bukan semata-mata karya yang bersifat serius dan berat. "Sebuah drama komedi yang benar-benar pure hanya menonjolkan unsur entertain pun juga memiliki kualitas bagus bila digarap dengan serius dan dipersiapkan secara matang," tandasnya.
Lantaran itupula, Nia yang mendirikan perusahaan film independen Kalyana Shira Film itu, mengaku sangat tertarik membuat film yang bersifat ringan, menghibur, dan mengangkat tema-tema keseharian di masyarakat termasuk soal sepak bola.
Lantas, sejak kapan punya hobi nonton bola? "Sebenarnya sudah lama. Awalnya yang ikut-ikutan nonton. Tapi lama-lama asyik juga, terlebih suami, anak-anak dan adikku semua suka bola. Lalu aku pun jadi gila bola," ucapnya terbahak. Yang pasti, menjadi penggila bola ternyata memberinya insipirasi membuat film.
Arif Arianto