TEMPO Interaktif, Jakarta :Mira Lesmana tak bisa menyembunyikan kegembiraan kala mendengar informasi Film Laskar Pelangi yang diproduksinya telah ditonton 1,1 juta penonton dalam kurun waktu 10 hari. "Terus terang begitu baca berita di internet film ini sudah ditonton satu juta orang lebih dalam tempo 10 hari aku merasa kaget, suprise banget," ucapnya saat dihubungi, Senin (6/10).
Dan yang membuat istri aktor Mathias Muchus itu lebih bahagia lagi adalah, apresiasi dari sang penulis novel Laskar Pelangi Andrea Hirata. Andrea, kata ibu dari Galih dan Kafka itu, mengaku puas dan memberikan pujian atas film tersebut.
Padahal, pada saat proses penggarapan film yang bertutur tentang gigihnya perjuangan masyarakat pinggiran di Pulau Belitung itu, Mira sempat mulas-mulas dan dag dig dug karena Andrea Hirata juga membaca draft ke 11 skenario film. "Tetapi begitu dia mengaku oke dan menyatakan puas setelah membacanya, aku merasa lega hingga akhirnya sampai pada draft ke 18," tuturnya.
Namun, kecemasan bukan berarti sirna seiring dengan rampungnya film yang digarapnya bersama Riri Riza dan Salman Aristo penulis skenario Film Ayat-Ayat Cinta itu. Pasalnya, komentar dari berbagai kalangan yang menyebut leletnya proses penggarapan film itu bakal melunturkan minat masyarakat untuk menyaksikan film kisah 10 anak yang ingin mewujudkan impiannya bersekolah di tengah keterbatasan tersebut, sempat membuatnya termenung.
Maklum, waktu yang dibutuhkan Mira dan kawan-kawan enam bulan. Satu waktu yang terasa lama bagi orang awam. Tapi, anggapan dan komentar itu tak membuat tekad dan semangat pemilik nama asli Mira Lesmanawati itu luntur. "Biasanya orang nggak sabar. Tapi bagi aku kesabaran dan keseriusan ini penting untuk satu produk yang benar-benar berkualitas," sebut putri mendiang musisi jazz Jack Lesmana ini.
Dan ternyata, kesabaran itu berbuah manis. Film garapannya selain menerima banyak pujian juga menarik minat orang untuk menontonnya. Terlebih, Mira dan kawan-kawan dalam pembuatan film ini tidak membuat persiapan khusus yang berbeda dengan penggarapan film-film sebelumnya. "Persiapan standar saja, cuma sabar dan serius itu saja kuncinya," akunya.
Sementara, ihwal besarnya minat masyarakat untuk menyaksikan film ini, menurut produser yang sukses melahirkan film 'Ada Apa Dengan Cinta', 'Petualangan Sherina', 'Eliana-Eliana', dan 'Rumah ke Tujuh' itu, karena tingginya keinginan dan kebutuhan masyarakat untuk mendapatkan sebuah hiburan alternatif.
Masyarakat ingin menyaksikan sebuah tontonan yang merefleksikan kehidupan nyata mereka sehari-hari. Pendek kata, ungkap Mira, masyarakat menginginkan tontonan yang mereka nikmati bukanlah sebuah mimpi yang jauh dari jangkauan rasional mereka. Mereka ingin sesuatu yang berpijak pada kenyataan yang sebenarnya.
"Karena itu, film ini bukanlah sebuah drama cinta, tetapi sebuah drama serius meski didalamnya juga tidak menepis bumbu komedi," papar Mira.
Pada sisi lain, ada kerinduan yang besar dari masyarakat akan hadirnya film nasional di tengah maraknya film impor dan film di layar kaca alias sinetron. Lantas bagaimana Mira mampu menangkap keinginan masyarakat untuk mendapatkan tontonan yang menghibur sekaligus memenuhi kebutuhannya? Lagi-lagi Mira memberi jawaban, dengan mengamati dan mengajak berdialog mereka dengan sabar dan serius.
Memang, bagi Mira, berdialog tak musti bertatap dan berbincang langsung. Melalui pengamatan sikap keseharian masyarakat dalam menyikapi wacana sosial yang ada pun bisa ditangkap keinginan mereka yang sebenarnya. Tapi tentunya dengan kesabaran dan serius. "Yang terang, masyarakat sangat merindukan sebuah film nasional yang berkualitas. Dan ini harus kita sikapi serius," tandas Mira.
Arif Arianto