TEMPO.CO, Jakarta - Penulis novel JK Rowling baru saja merilis buku baru berjudul Troubled Blood pada Selasa, 15 Sepember 2020. Buku tersebut bercerita tentang pelaku pembunuh berantai yang berpakaian seperti perempuan saat dia melakukan teror pembunuhannya.
Sehari sebelum novel itu resmi diluncurkan, Twitter ramai dengan tagar #RIPJKRowlin. Di dalam perdebatan daring yang hangat, tagar pro dan anti Rowling trending di Twitter karena ulasan awal di surat kabar Telegraph mengatakan pesan moral dalam buku itu tampaknya "jangan percayai pria yang memakai gaun".
Banyak netizen di Twitter menganggap penulis novel Harry Potter itu resmi "tamat" kariernya dengan dirilisnya buku itu. "Dalam kenangan JK Rowling. Dia tidak mati tapi dia sudah membunuh kariernya sendiri dengan membenci orang-orang trans dan tak akan ada yang kangen dia juga," cuit salah satu pengguna Twitter.
Menyampaikan pembelaannya, J.K Rowling mengatakan salah satu karakter yang dia tulis, lelaki pembunuh yang pada suatu kesempatan menyamar jadi perempuan untuk menculik korban, diangkat dari dua pembunuh di dunia nyata.
Para kritikus menuduh JK Rowling mengungkapkan prasangka transfobia, sementara pendukung membela haknya untuk menulis fiksi tanpa harus diserang orang yang langsung menyimpulkan keyakinan Rowling atau mengecamnya.ap
Sudah lama Rowling dituduh transfobia, anggapan yang dia bantah, akibat sebagian cuitannya. Dalam sebuah esai Juni lalu, dia membela haknya untuk bicara mengenai isu gender dan trans tanpa takut dikecam dan membeberkan kekhawatiran mengenai dampak aktivisme trans terhadap hak perempuan.
Buku Troubled Blood yang memiliki 900 halaman adalah seri kelima dari novel detektif partikelir Cormoran Strike yang Rowling tulis dengan nama alias Robert Galbraith.
Dikutip dari Reuters, JK Rowling menulis di laman Galbraith bahwa karakter tersebut adalah "pembunuh serial sadis yang aktif pada 60-an dan 70-an, yang sedikit terinspirasi dari pembunuh betulan bernama Jerry Brudos dan Russell Williams - keduanya manipulator ulung yang menyimpan kenang-kenangan dari korban mereka."
Brudos dan Williams mencuri pakaian korban mereka sebelum akhirnya mereka dipenjara, masing-masing di Amerika Serikat dan Kanada, atas beberapa pembunuhan.
Penerbit mengatakan sebanyak 100.000 eksemplar Troubled Blood dijual di pasar Inggris pada hari pertama, termasuk buku dalam bentuk fisik, e-book dan buku audio.