TEMPO.CO, Jakarta -Sebanyak 27 alumni kelas menulis Kaizen Writing Workshop binaan penulis Dewi Lestari yang tergabung dalam komunitas Semut Merah Kaizen meluncurkan buku antologi berjudul Cerita Saat Jeda: Kumpulan Rasa Saat Pandemi Mengimpit pada Selasa malam, 8 September 2020.
Peluncuran buku ini sekaligus untuk merayakan Hari Literasi Internasional atau Hari Aksara Internasional/Sedunia atau Hari Melek Huruf Internasional, yang diperingati setiap tanggal 8 September. Buku yang diluncurkan melalui live Instagram @semutmerahkaizen itu berisi 27 cerpen fiksi dan non-fiksi yang terinspirasi berbagai fenomena yang terjadi di masyarakat saat pandemi Covid-19.
Dewi Lestari selaku penggagas kelas menulis Kaizen Writing Workshop, menyatakan bahwa terbentuknya komunitas Semut Merah Kaizen berikut karya buku antologi ini adalah proses yang organik dan tanpa campur tangan dirinya. Ia juga merasa terharu sekaligus bangga saat mendapat kabar alumni didikannya membuat buku antologi.
"Tidak terbayangkan komunitas ini bisa menghasilkan karya dan menerbitkannya hanya dalam periode 2,5 bulan. Terutama, dengan dikerjakan secara bersama-sama dan tidak sporadis. Sebagai pengajar, ini adalah salah satu hadiah terbesar yang bisa saya peroleh," kata Dewi Lestari dalam acara peluncuran buku.
Selain itu, Dewi Lestari juga kagum dengan upaya yang mereka lakukan di situasi pandemi saat ini di mana industri literasi menjadi salah satu yang paling terpukul karena pandemi. Penjualan buku sempat merosot hingga 90 persen karena toko-toko buku di mal terpaksa tutup. Para penerbit lantas menurunkan kuota percetakan hingga hanya 10 persen dari yang biasa mereka terbitkan.Dewi Lestari (Dok. Pribadi)
"Saya salut pada orang-orang yang masih bisa berkarya di saat pandemi ini, karena saya tahu betapa sulitnya. Di sisi lain, para penulis juga bisa memanfaatkan periode penuh kegelisahan ini untuk menghasilkan karya," kata Dewi Lestari dalam konferensi pers yang diadakan usai acara peluncuran buku.
Salah satu penulis buku antologi ini, Mutiarini menceritakan kisah nyatanya di mana ia bercerai dengan mantan suaminya di tengah pandemi. "Pandemi ini adalah peristiwa penting, dan kami ingin berpartisipasi memakmanainya dalam bentuk karya. Pandemi telah memaksa kita untuk diam, melihat ke dalam, dan menghadapi serta melewati perasaan dan pengalaman apa pun dalam hidup. Kita tidak bisa lagi mendistraksi diri dengan berkumpul bersama teman, bekerja, ataupun bepergian," kata Mutiarini.
Acara peluncuran buku turut diramaikan oleh perancang busana kenamaan
Didiet Maulana, yang juga ketua komunitas Semut Merah Kaizen. "Dalam menulis, ambillah sesuatu yang dekat dengan kita dan memiliki rasa personal. Pandemi ini telah mempengaruhi semua lini, baik itu dunia seni, literasi, dan lain sebagainya. Sangat menarik bagaimana tema pandemi diangkat oleh 27 orang penulis buku ini, dan bagaimana mereka dengan jujur memberikan impresi dari kacamatanya masing-masing," kata Didiet Maulana.
Dewi Lestari menyatakan bahwa bukan tidak mungkin di masa depan ia akan
berkolaborasi dengan alumni kelas menulis Kaizen Writing Workshop untuk menghasilkan karya-karya baru. Ia juga menyebut akan mengadakan kembali kelas-kelas menulis baru dengan berbagai modul di waktu yang akan datang.