TEMPO.CO, Jakarta -Punk tidak hanya menjadi genre musik. Alirannya juga diserap seniman seperti Erlangga yang menggelar pameran tunggal berjudul Punk Ceramic di Galeri Orbital, Bandung, 2-17 September 2020. “Jumlahnya ada 80 patung setinggi maksimal 25 sentimeter,” kata penyelenggara pameran Rifky Effendy seusai pembukaan acara, Rabu, 2 September 2020.
Berfigur utama orang, patung-patung keramik buatan Erlangga itu bertubuh tambun dengan tangan ceking dan kepala yang terkesan mungil. Seri karyanya ada yang dikelompokkan misalnya sebagai kwartet musisi. Mereka diantaranya ada yang berkalung alat perkusi, memainkan tuba, dan seorang berkostum raja sedang menggesek contra bass alias bas betot.
Sekumpulan patung lainnya berjejer sambil membawa ranting, kendi, atau potongan log kayu. Menurut kurator dan seniman patung dari Institut Teknologi Bandung Asmudjo Jono Irianto, bentuk patung keramik yang terkesan unik dan lucu itu mengingatkan pada masa Funk Ceramic di Amerika Serikat pada 1960-1970-an. “Tampil aneh atau ganjil (bizarre) , tidak elegan, sekenanya dan bersifat parodi,” katanya.
Judul pameran Punk Ceramic dari plesetan Funk Ceramic itu sekaligus juga menandakan beberapa figur patung karyanya yang bergaya punk. Tampilan karya dan cara berkarya Erlangga seperti muncul dari dunia sub-culture. “Seadanya namun jujur,” kata Asmudjo. Jiwa punk pada kekaryaan Erlangga dinilainya muncul dari sosok seniman yang rendah hati. Bentuk patung keramik Erlangga yang terkesan unik dan lucu itu seperti karya pada masa Funk Ceramic di Amerika Serikat pada 1960-1970-an. TEMPO/Prima Mulia
Erlangga lahir di Bengkulu, 21 Maret 1976. Dia pernah belajar di Seni Rupa IKIP Padang yang sekarang menjadi Universitas Negeri Padang. Aktif berkesenian sejak 2000-an, dia ikut merintis pembentukan Kelompok Belanak sebagai wadah kolektof seni di Padang.
Tanpa berlatar pendidikan keramik, Asmudjo menilai beberapa cara bekerja Erlangga tidak selaik teknik pembuatan keramik. Bekerja cepat dan menghindari kesempurnaan, hasil karyanya membawa kejutan. Narasi patung-patungnya sebagian tentang perjalanan hidupnya yang lama di tanah rantau dan terkenang masa kecilnya di Bengkulu.
Pengunjung yang ingin melihat langsung pameran Erlangga diminta pihak galeri untuk memperhatikan protokol kesehatan yang berlaku.