TEMPO Interaktif, Jakarta: "Aku kembali dari pengasingan untuk memulai perang melawan manusia," kata Pangeran Nuada (diperankan oleh Luke Gross) di hadapan ayahnya, Raja Balor (Roy Dotrice). Balor, raja kaum elf, semacam makhluk jadi-jadian setengah raksasa, menolak hal itu. Pasalnya, antara kerajaannya yang berada di bawah tanah dan manusia sudah ada perjanjian damai.
Nuada tidak peduli dengan perjanjian itu dan ingin menguasai dunia. Ia membunuh ayahnya dan bertekad membangunkan kembali 70 x 70 tentara emas yang tertimbun di tanah. Masalahnya, untuk membangunkan pasukan robot sadis tersebut, dibutuhkan tiga keping mahkota, yang salah satunya dipegang saudari kembarnya, Nuala (Anna Walton). Anna tidak setuju dengan rencana Nuada bekerja sama dengan manusia.
Itulah plot singkat film Hellboy II: The Golden Army yang disutradarai Guillermo del Toro. Film ini mengisahkan si tokoh utama, Hellboy (Ron Perlman), yang berusaha menyelamatkan dunia. Hellboy bukanlah manusia, melainkan makhluk menyerupai setan, dengan badan berwarna merah, bekas dua tanduk yang dipotong pada dahi, dan berekor. Ia bekerja sebagai agen Biro Pertahanan dan Penelitian Paranormal.
Sejarah keberadaan Hellboy tersaji pada sekuel sebelumnya yang berjudul Hellboy (2004). Sebagai tanda kesinambungan, Guillermo, yang juga menyutradarai film sebelumnya, tetap mempertahankan pemeran utama dan beberapa pemeran lainnya, seperti Selma Blair dan Doug Jones.
Sebagai mutan yang dinamai "bocah neraka", Hellboy sama sekali tidak mencerminkan sikap seorang setan, walau digoda dengan kekuasaan oleh Nuada. Keseharian Hellboy lebih banyak bertindak sebagai manusia. Bahkan dalam satu kesempatan, Hellboy rela bersusah payah mengalahkan musuhnya, Elemental, sembari menyelamatkan sesosok bayi. Sifat manusia lainnya dalam diri Hellboy adalah mencintai kekasihnya, Liz (Selma Blair).
Walaupun ini adalah film sekuel, penonton dipastikan bisa menikmatinya walau tidak menonton film pertamanya. Penonton bakal menikmati sajian istimewa khas Guillermo berupa ide cerita yang menarik, efek spesial yang menawan, makhluk-makhluk baru hasil kreasinya, hingga akting aksi para pemainnya.
Berbagai kritikus film memuji karya Guillermo yang menghabiskan dana US$ 85 juta ini. "Ini merupakan campuran karya terbaiknya," kata Michael Rechtshaffen dari Hollywood Reporter. Dalam situs Rotten Tomatoes, 88 persen review memberi penilaian positif dengan nilai rata-rata 7,2 dalam skala 10.
Sukses sequel pertama yang menghasilkan sekitar US$ 100 juta boleh jadi juga akan menyertai film yang diproduksi Dark House Entertainment ini.
Tito Sianipar