TEMPO Interaktif, Jakarta: Selembar tikar bambu selebar 40 sentimeter terhampar sepanjang 3 meter. Di atasnya berbaris lebih dari 30 patung kecil dengan kepala terlingkari. Lembaran bambu itu tersambung ke dinding dan menyajikan imaji Buddha. Di kiri-kanannya juga terdapat miniatur Buddha, yang semuanya terbuat dari bambu.
Karya seni berbahan bambu dan rami berjudul Traffic ini dibuat oleh seniman serat asal Jepang, Shoai Ou. Karya Shoai itu dipamerkan bersama lebih dari 70 karya seniman lainnya yang berasal dari lima negara Asia, yakni Jepang, Indonesia, Cina, Korea, dan Malaysia. Karya-karya mereka dipajang di Bentara Budaya Jakarta pada 4-14 September.
Pameran bertajuk "Tradition Into Modernity" ini rangkaian kegiatan Asia Fiber Art Exhibition. Indonesia menjadi tempat penyelenggaraan untuk keenam kalinya. Tahun lalu, pameran berlangsung di Museum Urasoe, Okinawa, Jepang. Indonesia dipercaya sebagai tuan rumah karena memang seni ini belum populer di Indonesia. "Padahal Indonesia sangat potensial," kata Ketua Yayasan Seni Rupa Indonesia Miranda Goeltom.
Menurut Miranda, Jepang dan Korea lebih maju dalam bidang seni serat. Tengok saja karya-karya seniman Jepang lainnya, seperti Rieko Yashiro, yang memamerkan karya berjudul Memory. Empat kelopak bunga raksasa setinggi lebih dari satu meter dipajang di tengah-tengah ruangan. Berbahan kertas Jepang, bunga putih itu memikat perhatian banyak pengunjung.
Menurut Miranda, karya seni serat Jepang, yang mengutamakan kertas, memang lebih maju dibanding negara Asia lainnya. "Mereka rata-rata menekuni satu bidang saja," ujar Miranda, yang juga Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia. Ganjarannya, kreativitas, originalitas, ide, dan eksklusivitas karya senimannya lebih mencuat.
Kenji Sato, salah seorang seniman Jepang, mengatakan kertas banyak digunakan dalam seni serat karena mudah didapatkan dan harganya murah. "Kertas merupakan material yang familiar di Jepang," kata Sato, yang juga pengajar di Osaka Kyoto University.
Kemajuan Korea dan Jepang dalam bidang seni serat, Sato melanjutkan, karena sejarah tradisi yang panjang. "Selain itu, kami lebih dekat dengan Eropa dan Amerika sehingga gaya dan bentuknya lebih kontemporer," ujarnya.
Walau didominasi karya brilian Jepang dan Korea, seni serat Indonesia sejatinya juga memiliki sejarah yang panjang. Menurut Josephine Werratie Komara, salah satu peserta pameran, kain batik merupakan salah satu karya seni serat asal Indonesia yang memiliki tradisi panjang. "Sayangnya, perhatian terhadap seni batik kurang. Padahal ini merupakan bentuk harmoni antara tradisi dan modernitas," ujar Josephine, yang juga memamerkan sehelai kain batik sutra.
Perpaduan konsep tradisional dan modern lebih terungkap dalam karya Kahfiati Kahdar berjudul Dear, Motherland. Kegelisahan akan pemanasan global dijewantahkan perempuan lulusan Seni Institut Teknologi Bandung ini. Sebuah manekin berbalut semacam tikar plastik hitam dan menjuntai panjang hingga ke lantai. Daun-daun kering berserakan di sekitarnya.
Karya itu mengajak berpikir, apakah mungkin kain dan plastik bersahabat di alam?
Tito Sianipar