TEMPO Interaktif, Jakarta: Tiga kota yang menjadi tempat perjalanan pelukis Salim adalah Indonesia, Belanda, dan Prancis. Indonesia negeri kelahirannya, Belanda tempat masa mudanya bergelora, dan Prancis dipilihnya untuk menghabiskan masa tua hingga kini.
Kesimpulan hidup Salim tertuang dalam lukisan karya Dandi Achmad Ramdhani berjudul Self Portrait. Lukisan ini menampilkan sosok Salim dalam tiga gambar.
Tiga gambar yang sama itu hanya berbeda pada warna dan sorot mata Salim yang menunjuk ke tiga arah, ke kanan, ke depan, dan ke kiri. Bola mata itu refleksi tentang cara pandang Salim yang berbeda, dari segi budaya, cara berkarya, dan sudut pandang.
Lukisan itu menemani karya-karya Salim yang dipamerkan di Galeri Nasional dalam tajuk "Salim/Siapa Salim", 2-14 September 2008. Pada pameran ini juga diceritakan sejarah perjalanan hidup Salim sebagai pelukis yang tak banyak dikenal orang di negerinya sendiri.
Lebih dari 50 kanvas karya Salim yang merupakan koleksi Galeri Cemara 6 disuguhkan. Sebagian besar lukisan dibagi dalam tiga kelompok: Figurative, Flower, dan Landscape.
Karya-karya Figurative terdiri atas kumpulan lukisan Salim yang bertajuk potret seorang wanita. Lukisannya menceritakan sesosok wanita yang cenderung abstrak. Misalnya dalam gambar Donatela (2000-2006), Chez Armand (2004), La Petite (2004), dan Rouqoine (2001).
Di deret sebelah terpampang kumpulan lukisan bertema bunga. Bunga Kuning I dan II, Nocturne, dan Karangan Bunga (1988) adalah bunga-bunga abstrak yang digurat Salim.
Dan pada kumpulan Landscape, Salim mencoba merangkai wajah tata kota dari atas udara. Ia seolah membuat foto udara dalam kanvasnya, misalnya Kenang-kenangan dari Meaux (1990), Lorong di Quersy, dan Kota di Paris (1990).
Kurator pameran, Rifky Effendy, mengaku ingin memperkenalkan Salim lebih dalam lewat pameran ini. "Ini seperti tribute to Salim," ujarnya. Menurut dia, Salim, yang kini berusia 100 tahun, hingga kini belum dikenal dekat oleh generasi muda pencinta seni rupa. Bahkan Rifky ingin memberikan sebuah penawaran. "Bagaimana mendudukkan karya-karya Salim dalam peta-peta seni lukis Indonesia sendiri," ujarnya. Untuk itu, Rifky pun menggandeng perupa-perupa muda untuk ikut merefleksikan diri terhadap Salim.
Selain Dandi, yang disebutkan di awal tulisan ini, ada Indra Gunadharma, yang menghadirkan lukisan berjudul I Will Not Die. Guratan pelukis lulusan Desain Grafis Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung ini menggambar wajah jumbo Salim tua dengan kacamata tebalnya.
Ada pula Hamdan Omar, yang menghadirkan karya berjudul Super Salim berupa dua gambar Salim Muda yang duduk berselimut mantel. Yang satu dengan mantel tertutup, satu lagi mantelnya terbuka lebar, hingga lambang Superman di balik mantelnya terlihat jelas.
Juga ada instalasi milik Rotua Maghdalena Pardede Agung berjudul Salim dan Ruangku serta lukisan karya Yus Herdiawan dan Helmut Huang. Semua tentang dan untuk Salim.
Aguslia Hidayah