TEMPO.CO, Jakarta -Pematung kondang Nyoman Nuarta mengandalkan penjualan karya patungnya untuk menghidupi 200 karyawannya di masa pandemi virus Corona. Sudah sebulan ini lokasi wisata seni miliknya yaitu NuArt Sculpture Park di Bandung harus ditutup untuk mencegah penyebaran virus Corona. “Kolektor karya saya banyak tapi mereka kesulitan seperti pabriknya nggak jalan sama dengan kita,” katanya.
Sejak muncul kasus positif COVID-19 di Indonesia, Nuarta mengaku sejauh ini kondisinya sudah terasa berat karena penutupan tempat usaha. Seniman berusia 68 tahun itu berharap ada kolektor luar negeri seperti dari Cina dan Singapura yang mau membeli karya patungnya. “Mudah-mudahan mereka cepat recovery jadi bisa cepat kita jual, kalau di Indonesia kolektornya lagi begini keadaannya,” ujarnya 9 April 2020.
Sejumlah wisatawan berfoto dengan latar Patung Dewa Wisnu di Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana, Badung, Bali, Kamis 7 November 2019. Patung ini merupakan karya pematung terkenal Bali, I Nyoman Nuarta. ANTARA FOTO/Zabur Karuru
Menurut Nuarta sebelum pandemi Corona, dalam setahun ia bisa menjual 15 karya patung. Walau sedang dalam kondisi sulit dia tetap membuat karya baru di studio patungnya di Bandung bersama pekerjanya yang digilir. Sejak merebak COVID-19 kini sudah lima karya diselesaikan bersama tim pekerjanya. “Pembuatan karyanya nggak normal, pekerja nggak bisa banyakan dan jaraknya juga jauh sekitar 3 meteran,” kata dia.
Nuarta mengaku tidak punya niat memberhentikan pekerjanya. Dia mengaku punya pengalaman menghadapi krisis berkali-kali. Seperti waktu krisis moneter 1998, jumlah pekerjanya yang sekitar seribu orang yaitu 600 orang di Bali dan 400 pekerja di Bandung perlahan dipangkas. “Di Bali tinggal sedikit, di Bandung sekarang 200 orang,” katanya.
ANWAR SISWADI